Share

Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO
Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO
Penulis: DLaksana

Bab 1. Salah Naik Mobil

“Sudah Fan, lo sudah minum banyak.” Karina mengambil gelas kecil di tangan Fania.

“Sekali lagi, Rin. Gue janji ini gelas terakhir.” Fania memegang gelas dengan erat meski Karina memaksa mengambilnya.

Karina memutar bola matanya. Dia sudah sangat jengah pada sahabatnya ini.

“Terserah, lo! Kalo sampai ada apa-apa. Jangan bawa-bawa gue. Gue males berurusan sama bokap, lo!” Karina mengancam Fania. Sedangkan, Fania hanya tersenyum mengangguk.

Kesadaran Fania sudah sedikit hilang. Ia bahkan sampai limbung.

“Nah ‘kan!” Karina langsung menangkap tubuh Fania yang mulai sempoyongan. Karina bahkan sedikit panik, tetapi Fania malah tertawa terbahak-bahak.

“G**a, lo, ya, Fan. Udah kaya gini masih bisa ketawa-tawa!” seru Karina terheran.

“Udah, sih. Lo berisik banget. Lo senang  lihat gue ketawa apa nangis sih?” sahut Fania.

“Iya, ketawalah. Tapi nggak gini juga, Fan. Makanya dengerin orang tua kalo ngomong. Riko itu laki-laki nggak bener, udah tau ‘kan kalo dia buaya darat. Masih aja ke makan omongannya. Heran gue sama lo,” gerutu Karina. Badannya masih menahan Fania agar tetap berdiri tegak.

 Fania terdiam.

“Gue udah berkali-kali ngomong sama lo, tapi nggak pernah di dengerin. Cinta boleh, tapi g****k jangan,” cecar Karina lagi pada Fania yang duduk di kursinya kembali.

Fania bukannya menimpali ia malah  menangis. Membuat Karina mengusap wajahnya dengan kasar.

“Maafin gue, Fan. Bukan maksud gue marahin lo. Gue bicara kaya gitu, itu karena gue sayang sama lo. Gue peduli sama lo, Fan. Gue nggak suka lihat lo disakiti kaya gini,” ucap Karina. Ia merasa bersalah sudah bicara berlebihan pada sahabatnya. Namun, ia sendiri geram kepada sahabatnya yang masih aja mau dikibulin oleh janji manis Riko—mantan kekasih Fania.

“Lo nggak salah, Rin. Lo bener, gue emang g****k. Riko sudah berkali-kali khianati gue, tapi gue tetep aja percaya sama omongannya. Dan sekarang gue nggak mau percaya sama Riko lagi. Gue benci sama dia!” Fania mendongak menatap Karina. Dia langsung memeluk sahabatnya itu.

“Makasih, Rin. Lo baik banget sama gue. Dan lo juga peduli banget sama gue,” ucap Fania lagi saat memeluk Karina.

Karina menepuk-nepuk punggung sahabatnya. “Iya, Fan. Gue harap mata hati lo terbuka ya. Gue nggak mau lagi lihat lo kaya gini. Janji?” Karina melepas pelukannya dan menunjukkan jari kelingkingnya.

“Janji.” Fania menautkan jari kelingkingnya ke jari Karina.

Perasaan Fania langsung lega. Fania juga berharap dirinya akan lebih baik lagi dalam masalah percintaan. Dan pastinya tidak percaya dengan janji manis yang Riko berikan padanya.

Ini sudah ke sekian kalinya Riko mengkhianati. Namun, bukannya Fania meminta putus. Ia malah memaafkan kesalahannya. Dengan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

“Ingat, Fan. Selingkuh itu penyakit. Penyakitnya itu nggak ada obatnya. Dan yang bisa ngobatin itu hanya dirinya sendiri.” Karina berkata kembali pada Fania.

“Iya, Rin. Tau kok,” ujar Fania.

“Syukur, deh. Kalo lo tau sekarang.” Karina meminum soda yang ia pesan. Setelah di tenggak habis dia mengajak Fania pulang.

“Lo mau ikut pulang atau di sini aja?” tanya Karina saat ia sudah berdiri.

“Ikutlah, tapi kayanya gue nginep di tempat lo, ya. Nggak mungkin ‘kan kalo gue pulang dengan keadaan begini!” timpal Fania sambil mencoba berdiri.

“Iyalah, paham. Sini gue bantu berdiri.” Karina mengulurkan tangannya ke hadapan Fania.

Fania menerima uluran tangan Karina. Lalu mereka berdua berjalan keluar dari club.

Saat berjalan ke arah pintu keluar. Pandangan Karina melihat ke arah gerombolan lawan jenis yang sedang bermesraan. Lalu tatapannya tertuju pada laki-laki yang dia sangat kenali siapa lagi kalo bukan Riko—mantan kekasih Fania.

Hatinya geram melihat Riko asik merangkul wanita seksi dengan bercanda tawa.

‘B******k emang tuh laki, jangan harap Fania bisa kembali sama lo. Nggak akan gue biarkan!’ batin Karina penuh amarah.

Untung saja Fania sedikit kehilangan kesadaran membuat dirinya hanya fokus berjalan ke depan.

Sesampainya di depan club. Tiba-tiba perut Karina mulas.

“Aduh, Fan. Perut gue mules banget. Lo ke mobil dulu, ya,” ucap Karina yang langsung diangguki oleh Fania.

“Ya, udah sana. Gue ke mobil sendiri aja.” Fania berkata pada Karina yang memegang perut.

“Lo yakin bisa ke mobil sendiri?” tanya Karina cemas. Sebab, Fania berjalan saja tertatih.

“Iya, bisa. Gue masih sadar Karina,” seru Fania melolotkan matanya ke Karina. “Mobilmu urutan ke berapa?”

“Ketiga!” teriak Karina sambil berlari masuk ke dalam club.

“Iya, oke.” Fania mengacungkan jempolnya. Ia melangkahkan kakinya ke parkiran.

Namun, saat sudah di parkiran. Ternyata ada dua mobil hitam yang sama persis dengan mobil milik Karina.

Jika di hitung dari sebelah kanan dan kiri, mobil hitam yang berjejer itu sama-sama di urutan nomor tiga.

Fania masuk ke mobil hitam sebelah kanan. Kebetulan mobil tidak terkunci. Membuat dia sangat yakin jika itu mobil milik sahabatnya. Apalagi Fania tidak paham dengan nomor plat mobil Karina.

Fania yang merasa pusing ia langsung tertidur tanpa melihat isi dalam mobil itu.

Sedangkan di dalam club seorang laki-laki berbadan atlentis sedang duduk santai sambil meneguk sebotol wine.

Ketampanan yang dimiliki olehnya membuat banyak wanita datang menghampiri. Namun, ia tidak menggubris satu pun wanita yang mendekatinya.

Pikirannya masih kalut dengan masalah yang sedang ia hadapi. Apalagi seharian ia disibukkan oleh berbagai pekerjaan yang membuat dirinya semakin terasa letih. Malam pun semakin larut, pria itu  berdiri lalu meninggalkan tempat duduknya.

Sepertinya berendam air panas, enak!” gumamnya dalam hati. Lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Saat sudah sampai di depan mobilnya. Ternyata ia lupa tidak menguncinya. Ia langsung membuka mobilnya karena takut ada orang yang jahat.

Namun, saat pintu terbuka dia malah dikejutkan oleh seorang wanita yang tertidur pulas. Ya, wanita itu adalah Fania.

Pria itu mengguncangkan tubuh Fania.

“Hei ... Bangun!” kata pria itu.

Dia bahkan sudah membangunkan dengan guncangan keras. Namun, usahanya sia-sia. Fania tetap tidak bangun.

“Ah, pasti dia m***k!”

Akhirnya pria itu melajukan mobilnya dan terpaksa membawa Fania. Padahal ia bisa saja melaporkan ke penjaga club. Akan tetapi, dia tidak ingin terjadi masalah. Apalagi tampilan Fania saat ini sangat berantakan. Pasti orang akan curiga padanya.

Mobil hitam melaju meninggalkan parkiran club. Dan saat mobil itu keluar area parkir. Disitulah Karina keluar dari dalam club.

Karina berjalan tergesa-gesa karena merasa tidak enak berlama-lama di dalam. Padahal ia sudah keluar dari toilet sedari tadi. Namun, ia dicegah oleh temannya yang baru datang.

Karina sempat menolak. Akan tetapi, temannya memaksa untuk berbincang sebentar. Mau tidak mau. Karina mengiyakan.

Karina mempercepat langkahnya menuju parkiran. Saat sudah sampai di samping mobilnya. Pintu mobil langsung dibuka oleh Karina. Ia kaget. Sebab, Fania tidak ada di dalam mobilnya.

“Lho, Fania mana? Fan ... Fania ....”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rahul Tk
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
N_Sri
menarik ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status