Pagi harinya Aurora terbangun dengan kepala yang sakit.
“Sudah bangun, Nona?” Suara maskulin itu menyapa Aurora.
Aurora segera mengalihkan pandangannya pada pria yang saat ini bertelanjang dada. Pria itu sedang memegang secangkir kopi sembari menatapnya.
“Aku akan memberikan ganti rugi atas apa yang terjadi semalam.” Aurora langsung pada inti.
Pria itu tersenyum kecil. “Bagaimana kau akan memberiku ganti rugi? Semalam adalah pertama kalinya bagiku.”
“Apapun yang kau inginkan, aku pasti akan memberikannya.”
Pria itu mendekati Aurora sembari tersenyum licik. “Benarkah?”
“Aku tidak pernah mengingkari kata-kataku.”
Kalimat yang diucapkan oleh Aurora membuat pria itu membatin di dalam hatinya. Nyatanya Aurora telah mengingkari kata-kata yang pernah diucapkannya lebih dari dua puluh tahun lalu.
“Kalau begitu ayo menikah denganku.”
Aurora diam sejenak, wanita itu menatap pria di depannya seksama. Pria ini benar-benar tidak masuk akal, mereka baru bertemu satu kali, tapi pria itu sudah mengajaknya untuk menikah.
“Baiklah.” Aurora pikir dengan pria mana saja ia menikah akan sama. Daripada memilih orang lain, lebih baik memilih pria pertama yang tidur dengannya ini. Selain itu pria ini juga memiliki penampilan yang sangat bagus. Tidak kalah dengan Savero sama sekali. Ia terlihat cukup tampan dengan sentuhan dingin di wajahnya. Ia juga memiliki tempramen yang cukup baik.
“Apa?” Pria itu sekali lagi dibuat terkejut oleh Aurora.
“Kau ingin menikah denganku, bukan? Ayo menikah.”
“Nona, kau bahkan tidak tahu siapa namaku.”
“Aurora Keenes.” Aurora mengulurkan tangannya.
Ace terbawa ke masa lalu, ia ingat dengan jelas seperti inilah Aurora memperkenalkan diri padanya.
Sejenak tangan Aurora tergantung di udara. Lawan bicaranya saat ini hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Aurora.
Satu kata yang ada di dalam otak pria itu saat ini mengenai Aurora adalah ‘gila’, sejak kecil hingga sekarang kegilaan Aurora masih tetap sama.
Ia ingat dengan jelas ketika ia dan Aurora sama-sama berusai enam tahun, saat itu mereka pertama kali bertemu di sekolah. Aurora mendatanginya dan melamarnya ‘ayo menikah ketika kita sudah dewasa’.
“Ace Mierro.” Pria itu akhirnya membalas uluran tangan Aurora.
“Sekarang aku sudah tahu namamu, tidak ada lagi masalah, bukan?”
“Apakah kau tidak takut jika aku adalah seorang penjahat?”
“Wajahmu menunjukan bahwa kau bukan penjahat.”
Ace terkekeh geli. “Apakah kau tidak pernah mendengar jangan menilai seseorang dari penampilannya?”
“Aku cukup yakin dengan penilaianku sendiri.”
“Baiklah, jangan menyesal atas pilihanmu.”
“Aku tidak akan menyesal.” Aurora memiliki insting yang kuat, jadi ia yakin ia tidak akan salah.
“Kapan kita akan menikah?”
“Aku harus mengurus masalahku terlebih dahulu. Beri aku waktu tiga hari.”
Tiga hari? Aurora benar-benar sesuatu. Ace tahu bahwa Aurora telah bertunangan dengan Savero apakah mungkin dalam tiga hari itu Aurora akan memutuskan pertunangan dengan Savero?
Ace tidak mengerti apa yang ada di kepala Aurora. Wanita ini akan menikah dengannya padahal ia sudah memiliki tunangan yang merupakan salah satu pengusaha paling berpengaruh di negara ini.
Sebelumnya Ace tidak mendengar Aurora memiliki masalah dengan Savero, jadi bisakah pertunangan keduanya berakhir begitu saja?
Tujuan Ace datang ke negara ini memang untuk mencuri Aurora dari Savero. Ia sudah siap untuk berurusan dengan Savero, tapi ia tidak menyangka bahwa semuanya akan berjalan dengan sangat lancar.
Ia tidak perlu melakukan apapun, Aurora datang dengan sendirinya padanya.
“Baik, berikan nomor ponselmu padaku. Aku takut kau akan sadar dan melarikan diri dari tanggung jawab.” Ace meletakan cangkir kopinya lalu kemudian menyerahkan ponselnya pada Aurora.
Aurora meraih ponsel Ace, ia kemudian menyimpan nomor ponselnya di sana. Setelahnya Aurora turun dari ranjang, ia tidak repot-repot untuk menutupi tubuhnya. “Aku akan membersihkan tubuhku.”
“Ya, silahkan.”
Aurora pergi ke kamar mandi, ia segera membersihkan tubuhnya. Setelah ia selesai ia keluar dari kamar mandi. Di atas ranjang sudah terdapat satu set pakaian.
“Aku harap ukurannya pas untukmu.” Ace kini telah memakai t-shirt yang membungkus dada bidang dan perut berototnya.
Aurora segera memakai dalaman dan setelan berwarna merah maroon itu. Ukurannya benar-benar pas di tubuh Aurora. Selain tampan, rupanya Ace memiliki penilaian yang sangat akurat.
“Kopi dan sarapanmu.” Selain pakaian, Ace juga telah menyiapkan kopi dan sarapan untuk Aurora.
Aurora sebenarnya ingin segera pergi, tapi karena Ace sudah repot-repot menyiapkan maka ia tidak boleh mengecewakan pria itu. Ia menyesap kopi dan memakan sarapannya.
Selesai sarapan Aurora segera meninggalkan Ace. Ia perlu membuat perhitungan dengan Gianna.
“Bagaimana?” Ace bertanya pada asisten pribadinya yang sudah selesai menyelidiki tentang apa yang terjadi pada Aurora semalam.
“Nona Aurora tampaknya dijebak oleh sahabatnya sendiri.” Pria itu menunjukan rekaman kamera pengintai hotel. Orang lain akan sulit mendapatkannya, tapi tidak dengan Ace karena dia adalah pemilik dari hotel ini.
Wajah Ace terlihat suram. Untung saja Aurora bisa melarikan diri, jika tidak hal buruk pasti sudah menimpa Aurora.
“Siapkan mas kawin untuk Aurora, dalam tiga hari lagi aku akan menikah dengan Aurora.” Ace memberitahu asisten pribadinya.
“Menikah?” Pria itu seperti salah dengar.
“Ya, menikah.”
Meski asisten pribadi Ace merasa bingung, tapi ia tidak banyak bertanya dan segera menyiapkan apa yang diperintahkan oleh Ace.
Di tempat lain saat ini Aurora sedang mengemudikan mobilnya.
“Ace Mierro.” Aurora menyebutkan nama yang terasa tidak begitu asing baginya, tapi meski ia mencoba mengingat ia masih tetap tidak bisa ingat di mana kira-kira ia mendengar nama ini.
Aurora mengambil ponsel di dalam penyimpanan di mobilnya. Barang-barang pribadinya saat ini ada pada Gianna, jadi ia hanya bisa menggunakan ponsel cadangan.
“Savana, hubungi Gianna dan tanyakan padanya di mana dia berada.”
“Ada apa?”
“Aku akan menjelaskannya padamu nanti.”
“Baik. Aku akan menghubungi Gianna.”
Panggilan itu terputus sejenak lalu beberapa detik selanjutnya panggilan masuk dari Savana muncul di ponsel cadangan Aurora.
“Gianna ada di galerinya.”
“Ayo pergi ke galeri Gianna.”
“Baik.”
Aurora mencengkram setir mobilnya dengan kuat, ia sangat membenci pengkhianatan terlebih ketika itu dilakukan oleh orang terdekatnya. Hari Aurora sakit bukan main, Gianna sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri, tapi wanita itu tega menikamnya dengan sangat kejam.
Lima belas menit kemudian Aurora sampai di galeri Gianna, wanita itu masuk ke dalam sana dengan wajah yang sangat dingin. Ia segera pergi ke ruang kerja Gianna, wanita itu membuka pintu ruangan itu dengan kasar.
“Aurora.” Gianna terkejut melihat Aurora.
“Kenapa terkejut? Apakah kau tidak memprediksi aku akan datang padamu, Gianna?” Aurora melangkah mendekati Gianna. Tangannya bergerak melayang di udara, lalu kemudian sebuah tamparan keras mendarat di wajah Gianna.
“Aurora, kau menamparku.” Gianna terlihat sangat terkejut.
Aurora tidak menjawab, tapi ia melayangkan tangannya sekali lagi. Sebuah tamparan keras dengan suara nyaring terjadi satu kali lagi.
“Ya, aku menamparmu.” Aurora menjawab dengan acuh tak acuh.
“Aurora, apa yang terjadi?” Savana tiba, ia melangkah dengan tergesa mendekati Aurora dan Gianna.
Aurora tidak menjawab pertanyaan Savana, ia tetap memandang Gianna. “Katakan padaku siapa yang memerintahkanmu untuk menjebakku!”
“Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti maksudmu.”
Suara tamparan menggema sekali lagi. “Kau mengkhianatiku dengan kejam, dan kau pikir aku tidak bisa menemukan buktinya? Gianna, apakah di matamu aku sangat bodoh?”
Gianna tahu bahwa ia tidak akan bisa berpura-pura lagi. “Aurora, jangan terlalu rakus. Berhentilah berebut kekuasaan dengan Paman Marco dan Ares!”
“Ah, jadi mereka yang membuatmu mengkhianatiku. Gianna, mulai hari ini kau bukan sahabatku lagi!” Aurora tidak akan mengejar Gianna lebih jauh, ia tidak mengalami kerugian apapun. Apa yang terjadi padanya semalam telah membuatnya melihat kebusukan Gianna. Ia sakit hati karena dikhianati, tapi itu lebih baik daripada terus menerus ditipu oleh Gianna.
“Aurora, serahkan kepemimpinan perusahaan pada Paman Marco. Kau adalah seorang wanita, kau tidak perlu terlalu serakah.”
Aurora mendengkus sinis. “Serakah? Kursi kepemimpinan itu adalah apa yang sudah disiapkan sejak awal untukku. Merekalah yang serakah karena ingin memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain.”
“Gianna, kenapa kau bisa jadi seperti ini? Saat keluargamu berada dalam kesulitan Aurora yang membantu kau dan keluargamu, tapi ini balasanmu? Kau benar-benar jahat, Aurora.” Savana tidak tahu kejadian pastinya seperti apa, tapi ia bisa menyimpulkan dengan sedikit percakapan yang baru saja ia dengar.
“Savana, aku memang jahat, tapi aku melakukan semua itu untuk memastikan masa depan calon anakku. Aku hamil, dan Ares adalah ayah dari anak yang aku kandung. Dia berjanji akan menikahiku setelah aku membantunya menjadi penerus keluarga Keenes.
Dalam masalah ini Aurora hanya perlu mengalah. Dia seharusnya membiarkan anak laki-laki dari keluarga Keenes yang menjadi pewaris.”
Aurora menatap Gianna muak. Ia tidak menyangka bahwa Gianna akhirnya menjadi seperti ini. “Kau dan Ares memang pantas bersama, kalian sama-sama tidak tahu malu. Gianna, aku akan memberitahu padamu satu hal. Aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah menjadi hakku!”
Setelahnya Aurora berbalik dan meninggalkan ruang kerja Gianna. Persahabatannya dengan Gianna berakhir sampai di sini saja. Ia tidak akan mengejar Gianna lebih jauh mengingat mereka pernah bersahabat lebih dari sepuluh tahun.
Savana menatap Gianna kecewa. “Gianna, aku yakin kau pasti akan sangat menyesali apa yang kau lakukan pada Aurora.” Wanita itu segera menyusul Aurora.
Gianna kehilangan tenaganya. Ia pikir mengkhianati Aurora akan baik-baik saja selama ia tidak terlalu keterlaluan pada Aurora. Ia hanya ingin memberikan jalan untuk Ares agar masa depan anak mereka nanti terjamin, tapi tampaknya saat ini ia akan kehilangan segalanya, Aurora dan juga Ares.
Di luar, Savana sudah mengejar Aurora. “Apa sebenarnya yang terjadi?”
Aurora kemudian memberitahu Savana mengenai yang terjadi semalam. Ekspresi wajah Savana tidak terlihat baik, wanita ini tidak menyangka sama sekali bahwa Gianna akan melakukan hal seperti itu pada Aurora.
“Paman dan sepupumu benar-benar gila, Aurora. Mereka menggunakan Gianna untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.” Savana lebih menyalahkan paman dan sepupu Aurora yang rakus.
“Aku terlalu lembut pada mereka berdua karena kasihan pada Kakekku, tapi sepertinya mereka tidak pernah mengerti itu. Sudah waktunya bagiku untuk memberikan mereka pelajaran yang berharga.” Aurora memiliki banyak bukti kejahatan paman dan sepupunya. Ia sengaja menyimpannya agar tidak membuat hubungannya dan pamannya semakin memanas.
Namun, tampaknya orang-orang itu tidak tahu kapan mereka harus berhenti.
tbc
Lima tahun kemudian…“Suamiku, ayo kita punya anak lagi.” Aurora menatap suaminya dengan lembut. Ia telah memikirkan ini dalam beberapa waktu terakhir ini.Meskipun ia mengalami kehamilan yang sulit, tapi itu tidak membuatnya trauma hamil. Ia melihat Alastair sudah tumbuh besar sekarang, ia pikir akan sangat baik jika ia memiliki bayi lagi.Sebelumnya Alastair juga pernah meminta adik padanya. Memiliki saudara juga sangat bagus, jadi anak-anaknya bisa mengandalkan satu sama lain.Ace diam setelah mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya. “Sayang, mari jangan mengambil resiko.”“Aku akan baik-baik saja. Mari kita miliki satu lagi.” Aurora masih tetap pada keinginannya.“Aku tidak ingin kehilanganmu, Istriku.”“Suamiku, aku akan menjaga diriku dengan baik. Aku tidak ingin Alastair kesepian sepertiku, tidak memiliki saudara yang bisa mendukungnya.” Aurora menatap Ace memelas.Ace tidak tahu harus bagaimana. Satu-satunya keinginan Aurora yang sulit untuk ia ikuti adalah memiliki anak la
Satu tahun kemudian…Aurora sedang bermain sore dengan putranya yang saat ini sudah berusia satu tahun. Putranya yang menggemaskan telah tumbuh dengan sangat baik dan sehat.“Ibu menangkapmu.” Aurora meraih tubuh kecil putranya lalu kemudian mengangkatnya dan memeluknya, menciumnya dengan gemas.Setelahnya Aurora menurunkan putranya lagi, membiarkan putranya berjalan di atas rumput tanpa alas kaki.Ace baru kembali dari pekerjaannya. Ia langsung pergi ke taman seteah mendengar dari kepala pelayan bahwa saat ini istri dan anaknya sedang berada di sana.Saat Ace sampai, ia melihat Aurora yang sedang mencumbu putra mereka, suara gelak tawa putra kecilnya terdengar begitu manis.Dari jaraknya, Ace bisa melihat betapa bahagia wajah istrinya. Aurora benar-benar menikmati perannya sebagai seorang ibu.Bahkan setelah ia melahirkan, Aurora tidak memikirkan tentang kembali bekerja. Wanita itu tidak tega meninggalkan putra mereka, jadi ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.Satu tahun tel
Ace berlari dengan panik menyusuri koridor rumah sakit. Beberapa waktu lalu Ace menerima kabar dari kepala pelayan di kediaman kakek aurora bahwa Aurora terjatuh dari tangga dan mengalami pendarahan.Dunia Ace seperti runtuh seketika, rasa takut segera menyelimutinya. Tubuh pria itu berkeringat dingin.Setelah berlarian, Ace akhirnya sampai di depan ruang operasi.“Kakek, bagaimana kondisi Aurora?” Ace bertanya pada Richie yang mengantar Aurora ke rumah sakit.Raut wajah Richie tidak terlalu baik, pria tua itu telah terlalu sering dibayang-bayangi oleh kematian Aurora. Setelah tidak ada lagi percobaan pembunuhan, sekarang Aurora mengalami masalah serius pada kehamilannya karena terjatuh.“Saat ini dokter sedang menangani Aurora.”Sekarang dua pria itu menunggu dengan khawatir, lalu kemudian dokter keluar.“Dokter bagaimana kondisi istriku?” tanya Ace pada dokter wanita itu.Dokter wanita itu meyerahkan berkas pada Ace. “Nyonya Aurora harus melahirkan segera, Tuan tolong baca dan tanda
Waktu berlalu, saat ini usia kandungan Aurora sudah melewati trisemester pertama. Mual dan muntah sudah jarang dirasakan oleh Aurora.Namun, selama periode itu, Aurora telah dilarikan ke rumah sakit dua kali karena mengalami pendarahan. Hal ini membuat Ace semakin membatasi gerakan Aurora. Ia benar-benar takut terjadi hal buruk pada Aurora dan anak mereka.Aurora yang merasa bahwa dirinya kuat harus menerima kenyataan bahwa hal-hal tidak terduga terjadi di masa kehamilannya. Ia yang biasanya tangguh menjadi tidak berdaya dan harus terbaring di rumah sakit selama beberapa hari untuk pemulihan.Baru-baru ini ia merasa jauh lebih baik, ia tidak akan merasa pusing setelah berdiri beberapa saat. Tidak, bukan hanya saat berdiri, tapi ketika duduk juga. Itulah sebabnya selama beberapa minggu ini ia lebih banyak berbaring di atar ranjangnya.Ia merasa sangat bosan, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan tentang hal itu. Ia harus menjaga kandungannya dengan baik. Anak ini adalah anak yang ia dan
Satu hari Aurora dan Ace beristirahat total, besok adalah hari pesta pernikahan mereka yang telah mereka rencanakan selama beberapa waktu lalu.“Baiklah, ayo kita tidur. Besok akan menjadi hari yang panjang.” Ace membelai kepala Aurora dengan lembut.“Ya, Suamiku.” Aurora kemudian memejamkan matanya, ia tidur dengan nyenyak dalam dekapan hangat suaminya.Ace mengecup puncak kepala Aurora, pria itu kemudian juga menutup matanya dan terlelap.Keesokan harinya, Ace dan Aurora bangun beberapa jam lebih cepat dari biasanya. Mereka berdua harus bersiap untuk pesta pernikahan mereka yang akan dilangsungkan dalam beberapa jam lagi.Setelah beberapa jam persiapan, Aurora kini telah mengenakan gaun pengantinnya, wajahnya juga telah dirias.Untuk menghindari Aurora mengalami insiden, Ace sengaja meminta agar sepatu hak tinggi diganti dengan sepatu beralas datar.Savana dan Clarette telah menemani Aurora sejak beberapa waktu lalu. Mereka kini melihat Aurora dengan pandangan berbinar.“Aurora, kau
Pagi harinya Aurora dan Ace pergi ke ruang sarapan bersama. Di sana sudah ada kakek Ace yang sedang menunggu mereka.“Selamat pagi, Kakek.” Aurora mengecup pipi Richie dengan lembut.“Selamat pagi, Kakek.” Ace juga menyapa Richie.“Selamat pagi, ayo sarapan.”“Ya, Kakek.” Aurora dan Ace duduk bersama.Ketiga orang itu mulai menyantap sarapan mereka, tapi kemudian Aurora berhenti karena ia merasa perutnya sangat mual.“Ada apa?” Ace bertanya dengan perhatian pada istrinya.Aurora tidak bisa menjawab, ia segera berdiri dari tempat duduknya lalu kemudian melangkah menuju ke toilet.Ace khawatir pada Aurora, ia segera menyusul Aurora. Ia melihat istrinya sedang muntah. Ace segera berdiri di sebelah Aurora. Ia memegangi rambut istrinya lalu kemudian mengelus pelan punggung istrinya.“Istriku, apakah kau baik-baik saja?” Ace bertanya khawatir.Aurora mengusap bibirnya. Ia berdiri dan menatap Ace. “Aku baik-baik saja.”Keduanya kembali ke ruang makan dan melanjutkan makan mereka. Namun, sete