Share

Kekhawatiran Delia

Author: Errenchan
last update Last Updated: 2023-11-05 10:10:56

“Mama sejak kapan ada di sini?” tanya Ravindra yang terkejut melihat sang mama yang berdiri tak jauh dari mereka. Lelaki itu pun segera mendekat diikuti Haruna di belakang. “Ada apa, Ma?” tanyanya lagi.

“Kamu nggak ngerencanain sesuatu yang aneh, kan?” tanya sang mama melihat mereka secara bergantian dengan curiga.  

“Rencana? Aku sama Haruna cuma ngobrol biasa,” alibi Ravindra. Namun, tampaknya wanita setengah baya itu tidak mempercayai anaknya, dan memilih menoleh pada Haruna.

“Bener, Na? Anak tante nggak bikin rencana aneh, kan?” tanya Delia, mama yang membuat Haruna terdiam sejenak sampai akhirnya Ravindra sedikit menggerakkan lengan, seolah memberikan kode pada wanita itu.

Haruna langsung memberikan senyuman dan menganggukkan kepala. “Iya, tante, dia nggak bikin rencana yang aneh, kok. Tante nggak perlu khawatir,” jawabnya sedikit melihat ke arah Ravindra.

“Kok masih panggil tante, sih, Haruna bisa panggil dengan sebutan mama juga, bagaimanapun kalian kan segera menikah,” ucap Delia yang membuat Haruna hanya tersenyum canggung dan menganggukkan kepala. “Coba panggil mama,” lanjutnya.

“Ma, udah, jangan bikin Haruna canggung. Kita juga setuju buat saling mengenal dulu, jadi nikahnya—”

“Jadi … Haruna sudah menerima perjodohan ini?” tanya Delia menyela perkataan sang anak dengan senyuman senang.

“Iya, tan—eh, Ma,” ucap Haruna yang menuruti kemauan Delia untuk memanggilnya dengan sebutan mama.

Delia tampak tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, dia langsung merangkul lengan Haruna sehingga membuat gandengan Ravindra lepas begitu saja, lalu keduanya masuk secara bersamaan meninggalkan lelaki itu yang masih berdiri di luar.  

“Adele, kau harus tau kalau—”

“Kalau Haruna menolak perjodohan ini, bukan? Saya juga tau itu, dia sangat sulit dibujuk,” sela Adele yang enggan menatap anaknya karena masih marah dengan keputusan Haruna.

“Tidak, justru Haruna sudah menerima perjodohan ini!” seru Delia dengan senyuman bahagia dan membuat Adele menoleh dengan tatapan tak percaya, dia juga terlihat senang. Haruna yang melihat keduanya hanya bisa mengembuskan napas pelan dan memberikan senyuman paksa.

“Senyum yang bener!” peringat Ravindra yang sudah berdiri di samping Haruna.

Haruna pun sekilas menoleh dan refleks berjalan satu langkah ke arah kanan guna menjaga jarak. Namun, saat kedua mama kembali melihat ke arahnya, Ravindra juga refleks menarik Haruna dan merangkul dengan mesra.

“Ternyata kamu maunya dibujuk langsung sama calon suami mu?” canda Adele yang membuat Haruna tak tahu lagi harus menjawab apa.

“Biasa, anak muda. Saya sendiri juga terkejut kalau Ravindra berhasil membujuk Haruna. Oh iya, gimana kalau pernikahannya dipercepat aja? Kalau bisa minggu ini, biar kita bisa cepat gendong cucu,” saran Delia pada Adela yang membuat Haruna membulatkan matanya lebar.

“Apa? Percepat—” Haruna terhenti saat Ravindra menahan pergelengan tangan wanita itu untuk tidak melanjutkan ucapannya. “Kenapa lo malah diem aja?”

“Biarin mereka bahagia, gue udah bilang di awal, kita cuma pura-pura jadi pasangan di depan mereka,” jawabnya dengan berbisik. Haruna menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan, dia tak bisa lagi melakukan perlawanan.

“Kita harus siapin seribu undangan,” ucap Adele yang membuat Haruna lagi-lagi terkejut.

“Ma, aku terima perjodohan ini, tapi ada syarat dari aku yang nggak bisa diganggu gugat,” ucap Haruna membuat kedua mama itu menoleh.

“Syarat?”

“Aku nggak mau semua orang tau tentang pernikahan ini, jadi aku mau acaranya tertutup. Undangan cuma boleh antar keluarga, itupun nggak boleh ada yang ngerekam ataupun memotret. Mama tau kan kalau aku artis baru, agensi punya peraturan sendiri buat talentnya,” jelas Haruna yang membuat suasana seketika menjadi hening.

Haruna yang merasakan perubahan atmosfer pun menutup kedua bibirnya rapat karena takut kalau ia salah bicara dan menyinggung perasaan mereka.

Adele pun tersenyum dan berjalan menghampiri Haruna, lalu merangkulnya dengan tawa kecil. “Oh, ternyata kamu sudah memikirkan semua ini? Jadi, sejak awal kau sudah setuju dengan perjodohan ini, kan?” tanya sang mama yang membuat Delia juga ikut tertawa.

Haruna hanya bisa menghela napas panjang karena lega kalau mereka mengerti kemauannya. Melihat Ravindra yang menahan tawa, wanita itu melototkan mata dan membuat Ravindra langsung bungkam.

“Baik lah, mama mengerti, yang penting kalian menikah. Kalau begitu, mulai hari ini Haruna tidak perlu tinggal apartemen agensi,” ujar Adele dengan senyuman penuh rencana.

“Maksud mama?”

“Mulai hari ini kau bisa tinggal di rumah Ravindra, itung-itung buat saling kenal satu sama lain.”

“Ma, tapi aku sama dia belum—”

“Udah, jangan dipikirkan. Toh, dalam hitungan hari kalian sah di mata hukum, jadi nggak masalah kalau satu rumah lebih awal,” sela Delia yang menyetujui saran sahabatnya. “Oh iya, besok libur kan? Gimana kalau besok kita ke butik buat liat dress pernikahan?”

Haruna yang sudah tidak ada tenaga lagi hanya bisa menganggukkan kepala. “Ini … sudah tidak ada yang dibahas, kan? Kalau tidak ada, aku mau pamit pulang karena udah capek banget hari ini.”

“Rav, kau sudah membersihkan kamar untuk Haruna, kan?” tanya Delia yang dijawab satu anggukan oleh Ravindra. “Bagus, kalau gitu sekarang kalian pulang, kasihan Haruna sudah kelelahan hari ini.”

“Tidak, tidak, aku harus pulang ke apartemen, aku nggak bawa baju ganti.”

“Udah, tenang aja, jangan khawatir masalah pakaian.”

Ravindra menoleh pada Haruna dan mendekatkan bibirnya ke telinga, lalu mengatakan, “Ayo, pulang, lo nggak perlu buang tenaga buat lawan emak-emak, lo bakal kalah telak.”

Haruna yang merasa geli pun refleks tertawa dan sedikit menjauhkan telinganya. Karena telinga wanita itu sangat sensitif, membuat telinga itu memerah sehingga membuat Adele dan Delia yang melihat interaksi mereka langsung berpikir yang tidak-tidak.

“Nggak salah kita jodohin mereka berdua,” gumam Delia pada Della.

“Benar, mereka baru bertemu, tapi sudah terlihat sangat dekat.”

“Ma, aku pulang dulu,” pamit Haruna dan Ravindra secara bersamaan.

“Iya, hati-hati,” jawab Adele dengan senyuman hangat.

“Jangan ngebut, Rav, apalagi yang duduk di sampingmu adalah calon istri!” peringat Delia yang membuat Ravindra memberikan senyuman manis dan satu anggukan.

“Mama tenang saja, aku akan menjaga calon istriku dengan baik,” jawab Ravindra lembut dan membuat Haruna yang mendengar langsung merasa merinding. Lelaki itu menggandeng tangan Haruna, saat wanita itu hendak melepas gandengan itu, Ravindra justru menahannya. “Akting kita belum berakhir,” bisiknya.

Haruna hanya bisa mengembuskan napas panjang dan berjalan lebih dulu, lalu diikuti Ravindra yang bisa secara langsung menyamakan langkah wanita itu. Adele dan Delia yang masih memperhatikan mereka berdua pun tampak semakin senang.

“Semoga mereka benar-benar akan saling mencintai,” ucap Delia saat kedua anaknya sudah benar-benar keluar.

“Maksudnya? Apa mereka cuma akting?” tanya Adele yang tidak mengerti maksud Delia.

“Tadi aku tak sengaja dengar mereka ngomongin nikah kontrak, bagaimana kalau mereka hanya terpaksa melakukan perjodohan ini?” tanya Delia yang terlihat khawatir. “Apa kau tidak curiga dengan Haruna yang tiba-tiba setuju? Apa Ravindra ada ancam Haruna?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   23 -- Angin Lalu

    “Dia tau masalah perjodohan kita?” tanya Haruna dengan suara pelan karena masih tidak mempercayai kalau Chasel tau tentang perjodohannya. Karena wanita itu yakin kalau Chasel tau, ia akan sangat marah.“Dia tau kalo gue sodara lo,” jawab Ravindra yang membuat Haruna seketika menghela napas lega dan berdecak.“Sialan, lo! Gue pikir Chasel tau masalah perjodohan ini! Kalo ngomong jangan sepatah-patah!” protes Haruna yang merasa sangat kesal pada Ravindra.“Na, buruan!” teriak Chasel dari luar ruangan dan membuat Haruna segera beranjak dari duduk seraya mematikan sambungan telpon. Dia pun langsung mengganti pakaiannya dengan cepat, lalu keluar dengan senyuman menyengir saat melihat raut wajah kesal sang manager.“Lo ngapain aja di dalem? Lama bener! Ayo, buruan.” Ucap Chasel berjalan lebih dulu. Haruna segera berjalan cepat menyamakan langkah lelaki itu. “Oh, tadi sodara lo telpon. Maaf, gue angkat telponnya,” ucapnya menoleh.“Dia ngomong apa?” tanya Haruna mengingat Ravindra belum menj

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   22 - Dia Tau Semuanya?!

    Chasel yang melihat raut wajah tegang Haruna pun tertawa dan memukul punggung wnaita itu dengan tertawa. “Gue bercanda, Na, kenapa muka lo jadi orang kayak penuh beban? Lagian kalo lo nikah, nyokap lo pasti bakal bikin pesta besar,” ucapnya yang masih tertawa hingga membuat Haruna pun ikut tertawa paksa. “Hari ini lo ada syuting bareng Cherly lagi, nggak masalah?” tanya Chasel yang menghentikan tawanya. “Nggak masalah, emang kenapa?” “Gue tau masalah kemarin, kenapa lo nggak cerita sama gue?” Haruna yang lupa hanya menyengir dan membuat Chasel menggelengkan kepala. Mobil tersebut terhenti di halaman gedung, Haruna yang awalnya ingin keluar langsung ia urungkan saat menyadari pintu mobil sudah dikepung oleh para wartawan. Dia menoleh pada Chasel dengan mengangkat satu alisnya. “Kenapa ada banyak wartawan? Ada artikel buruk lagi tentang gue?” “Lo nggak baca forum?” tanya Chasel seraya mengeluarkan ponsel dan menunjukkan satu artikel itu pada Haruna. “Masalah Cherly sengaja nampar lo

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   21 -- Chasel Curiga?

    Haruna menatap Ravindra dengan mengerutkan kening dan sedikit tatapan tak suka. “Apa maksud lo ngomong gitu?” tanyanya membuat gerakan lelaki tiu terhenti. Ravindra yang selesai memberikan salep pada pipi Haruna pun sedikit memundurkan tubuh, dia merapikan kembali kotak obat tersebut lalu berdiri dari duduknya. Haruna yang belum mendapatkan jawaban langsung menahan pergelangan tangan lelaki itu dengan decakan. “Jawab dulu baru pergi.” “Lo harus percaya sama kemampuan diri sendiri, gue yakin lo bisa.” “Kenapa gue nggak tau lo punya perusahaan lo sendiri? Kenapa lo masih mau jadi penerus perusahaan bokap?” tanya Haruna membuat Ravindra menoleh. “Gue cuma nggak mau sodara tiri jadi penerusnya, dan perusahaan itu cuma kerjasama sama sahabat gue,” jelas Ravindra yang hanya di jawab satu anggukan oleh Haruna. “Mau sampe kapan lo pegang tangan gue?” tanyanya menyadarkan Haruna dan langsung melepasnya. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas dan pergi begitu saja meninggalkan Haruna. Haruna m

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   20 -- Terkunci

    Haruna menatap pintu besar yang tertutup rapat, ia mencoba mendorong engsel pintu itu, benar dugaannya, pintu itu sudah dikunci oleh Ravindra. Ia melihat jam pada ponsel yang menunjukkan pukul dua dini hari. “Ternyata dia nggak bercanda?” gumamnya dengan helaan napas panjang.Haruna ingin sekali menelpon Ravindra agar membukakan pintu, tapi mengingat dua pesannya yang hanya di baca saja, menandakan kalau lelaki itu masih marah dengannya. Haruna pun memilih untuk duduk di anak tangga dengan menyenderkan kepala di tembok. Kalau tau Ravindra serius dengan perkataannya, ia memilih untuk langsung pulang ke apartemen yang sudah lama tak dihuni.“Kenapa hari ini gue sial banget?” gumamnya menatap langit. Mengingat hari ini terjadi banyak hal setelah Chasel meninggalkan lokasi syuting. Mulai dari Cherly yang sengaja menamparnya, tertimpa properti, terjatuh dari tangga, sopir dari agensi yang mendadak tak bisa menjemput, sulit mendapatkan taksi. “Dan sekarang, gue harus tidur di luar.”Haruna

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   19 -- Dia Sengaja?

    “Na, lo kenapa?” tanya Chasel duduk di samping Haruna dan memberikan satu gelas kopi. Haruna yang sedari tadi menatap ponsel sekilas menoleh pada sang manager dengan helaan napas panjang. “Lo nggak sakit, kan?”“Sel, gue boleh tanya sesuatu?” tanya Haruna yang tidak ada pilihan lain untuk bertanya pada Chasel.“Tanya apa? Lo mau tanya kriteria cewek gue?” tanya Chasel asal dan membuat Haruna langsung berdecak dan meliriknya dengan tajam. Lelaki itu hanya tertawa seraya merangkulnya. “Bercanda. Lo masih punya waktu sepuluh menit, mau tanya apa?”“Semisal … ada cewek yang selalu bantu lo secara diem-diem, apa artinya itu cewek mulai suka sama lo?” tanya Haruna menoleh pada Chaselino dengan mengangkat satu alisnya.“Kenapa lo berpikir kalo dia suka sama gue? Gimana kalo … dia bantu gue karena merasa itu kewajibannya? Tapi tergantung juga, sih. Konteks awalnya gimana?” tanya Chasel yang membuat Haruna terdiam dan merapatkan kedua bibirnya, dia tampak memikirkan semuanya sebelum kembali be

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   18 -- Kenapa lo pilih gue?

    Haruna terkejut melihat banyak foto saat ia bersama dengan Ravindra, padahal dia sudah sangat berhati-hati saat keluar bersama. Entah karena ia sedang dilindungi oleh dewa atau keberuntungan sedang berpihak padanya, di foto itu wajah Ravindra tidak terlalu jelas. Wanita itu langsung mengontrol wajahnya yang panik untuk terlihat biasa saja.“Saya sudah tidak mempermasalahkan masalah mu dengan sutradara yang terjadi beberapa hari lalu, tapi ini apa? Kamu diam-diam mempunyai pacar?”Haruna beralih pada Pak Ares dengan senyuman. “Pacar? Saya tidak mempunyai pacar. Pak Ares tau sendiri kalau jadwal saya akhir-akhir ini mulai padat, saya tidak punya waktu untuk mencari pacar.”Ares menatapnya dengan tatapan tak percaya. “Kalau bukan pacar, siapa? Saya tau kalau kau anak tunggal, dan semua saudara mu ada di luar negeri, bukan?”“Dia saudara saya yang akan tinggal di sini, Pak. Kebetulan dia datang sendiri, jadi saya harus menemaninya,” jelas Haruna yang berharap kalau laki-laki setengah baya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status