Accueil / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 140. Takut Hanya Milik Pengecut

Share

140. Takut Hanya Milik Pengecut

Auteur: Enday Hidayat
last update Dernière mise à jour: 2024-01-15 20:57:42
Pangeran Penamburan dan Srikiti menghela kuda cukup cepat melewati jalan setapak di tengah perkebunan wilayah barat daya, di belakang mereka mengikuti belasan tokoh golongan hitam.

Mereka hendak menyerbu ke Pondok Asmara dan Puri Mentari, sebagai balasan terhadap pemiliknya yang telah campur tangan dalam meruntuhkan istana Curug Satu.

Mereka sengaja tidak mengambil jalan umum, menghindari kecurigaan warga dan mengurangi rintangan jika ada pendekar kampung berani menghadang. Tapi pasti pikir-pikir, kecuali sudah bosan hidup.

"Kita berpisah di ujung perkebunan," kata Srikiti. "Kau pergi ke Pondok Asmara, aku pergi ke Puri Mentari."

Perkebunan itu sangat luas seolah tak berujung. Satu-satunya perkebunan kayu langka di wilayah Nusa Kencana.

Kayu langka itu sangat digemari kaum bangsawan dan saudagar kaya untuk bangunan dan perabotan. Harganya tidak terjangkau oleh rakyat biasa.

Belum pernah terjadi penebangan liar karena hukuman berat menanti. Perkebunan ini merupakan jalur pintas me
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   397. Puri Abadi

    Raden Manggala bersama beberapa pembantu dekatnya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri dua ratus istrinya. Perempuan-perempuan muda dan cantik itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. Memicu kegaduhan dengan berbagai modus diakui sebagai hak asasi bangsa Luhan. Mereka bangsa yang bodoh. Bangsa yang mencontek sepenuhnya kebebasan dengan mengangkangi norma yang ada. Bangsa Luhan terlihat maju padahal sesungguhnya tengah menuju kehancuran hakikat kebebasan. "Perjuangan takkan pernah padam laksana api abadi," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau hidangan mewah di hadapan mereka adalah hasil rampokan. Mereka mengira semua i

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra banyak memiliki waktu senggang. Ia sudah memantau keadaan di jazirah tirta dan jazirah bentala dengan ilmu Tembus Pandang Paripurna dengan kekuatan intisari roh, situasi cukup kondusif. Kelompok pergerakan di perbukitan Luhan bukan ancaman serius secara global, skalanya kecil, dan semakin hilang gemanya setelah harta karun disita untuk negara. Maka itu Cakra tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk merayakan ikatan janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." Mereka meninggalkan kemeriahan pesta dan memilih beristirahat di kamar pengantin. "Adakah kearifan lokal di jazirah tirta yang terlewati?" tanya Cakra. "Di jazirah bentala, malam pertama disaksikan oleh ayah dan ibu mertua." "Di jazirah tirta malam pertama dihabiskan putera mahkota di pesanggrahan ibu mertua, untuk menerima hadiah perkawinan." Sebuah tradisi yang sangat memanjakan Cakra. Ibu Suri terlihat menawan dan

  • Perjanjian Leluhur   395. Ratu Pengantin

    Dengan bantuan energi intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," kata Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan." "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau ingin ditampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, kau bisa menciptakan tiruannya." "Lalu kau datang untuk apa?" Plak! Plak! "Aku datang untuk menamparmu!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di langit dan bumi gara-gara dirimu!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu Kencana sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau harusnya memberi klarifikasi

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. Mereka bingung anaknya pergi pesta dansa dicurigai anggota pergerakan. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan mengajukan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami!" "Bebaskan istri

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. Tuan Khong sangat dihormati di pantry. Ia sangat perhatian pada pegawai. Ia menginginkan kesempurnaan dalam pekerjaan. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat di dapur minuman. Gadis itu ahli meracik minuman. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong dengan tamu kaum bangsawan. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. Ia ingin menciptakan citra yang baik di penginapan untuk kelancaran misinya. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selal

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di bawah selimut di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Biasanya panggil kang mas." "Aku merasa ada jarak, formil banget, padahal sebentar lagi kita tanpa jarak." Cakra sepakat, panggilan tidak mengurangi rasa hormat kepada pasangan, tergantung bagaimana menempatkan diri. "Aku ada informasi penting," kata Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Teratai, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman paus. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ratu Paus biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau calon garwaku, ia jadi bete." "Da

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status