Ki Gendeng Sejagat mulai dapat membaca keanehan yang terjadi pada muridnya. Ia teringat pada petuah pangeran generasi kedua bahwa suatu saat akan muncul masa di mana pangeran malas untuk belajar ilmu kanuragan, dan hal ini berbahaya untuk kelangsungan kerajaan dan klan Bimantara. Pada generasi ketujuh sudah terbukti kalau Pangeran Wikudara tidak mempunyai kesaktian. Ia dilarang untuk belajar ilmu kanuragan oleh Ratu Nusa Kencana, tapi baginda ratu tentu tidak dapat menghalangi seandainya ia berniat dan gigih.Generasi kedelapan menjalani siklus baru dan parahnya ia tak percaya dengan perjanjian leluhur. Ia bukan hanya tidak berminat mempelajari ilmu kanuragan, namun juga tidak tertarik untuk tinggal di kerajaan, padahal sudah tahu bagaimana makmurnya negeri ini.Ia bersikeras ingin pulang untuk memenuhi janji kepada orang tuanya, membajak sawah, bercanda dengan kerbau, makan petai. Ia tidak tergiur dengan kehidupan mewah di kerajaan.Air kehidupan adalah untuk menyalakan semangat yang
Pekerjaan Jaka di lembah Cemara hanya menangkap ikan, mengisi gentong air, dan tidur. Namun ia mengalami perkembangan yang luar biasa dalam belajar ilmu kanuragan. Ki Gendeng Sejagat jadi percaya kalau tidur adalah tirakatnya Jaka Slebor.Jadi kakek sakti itu membiarkan saja Jaka tertidur pulas ketika ia mengajarkan ajian Badai Cemara. Dalam tidurnya, pemuda itu pasti menyimak dengan bantuan dua air mustika yang sudah mengalir dalam darahnya. Jaka Agusti Bimantara adalah generasi pertama dari siklus kedua klan Bimantara. Ia memiliki keistimewaan yang unik dalam menyerap ilmu yang diajarkan. Fenomena yang belum pernah terjadi pada generasi sebelumnya.Jaka tidak terbangun ketika angin topan melanda lembah di sekitar goa. Pohon meliuk dihantam deru angin yang hebat. Beberapa dahan patah.Ki Gendeng Sejagat tampak berdiri sambil merentangkan tangan ke depan dengan telapak tangan terbuka. Ia tengah mengeluarkan ajian Badai Cemara.Kemudian kakek berselempang putih itu menambah kekuatan, t
Jaka dan Ki Gendeng Sejagat membersihkan areal sekitar goa yang porak poranda."Mulai saat ini kau tidak boleh tidur lagi saat latihan," kata kakek sakti itu. "Kau sangat pemalas, leluhurmu sampai turun tangan untuk mengajarimu dalam mimpi.""Ngomong saja kau merasa tersaingi.""Berhentilah bercanda, anak muda.""Bagaimana aku berhenti bercanda sementara kau minta makanan model seronok setiap hari?""Aku hentikan fantasiku mulai hari ini, maka kamu juga hentikan malasmu! Kita serius berlatih!""Belajar ilmu kanuragan dalam mimpi itu enak. Tidak perlu keluar tenaga." "Leluhurmu butuh energi yang luar biasa untuk masuk ke dalam mimpimu. Kau tidak kasihan pada pangeran pertama?""Aku tidak minta diajari. Pangeran Restusanga datang sendiri dalam mimpiku.""Air kehidupan memanggilnya.""Kenapa air kehidupan tidak memanggilmu yang ada di depanku? Kenapa air itu memanggil pangeran pertama yang sudah hidup tenang di alamnya?""Buat apa aku masuk ke dalam mimpimu?""Buat mengajari aku.""Aku t
"Kenapa aku tidak dapat membuka tabir mimpiku, Kek?" tanya Jaka."Mimpi berada di alam roh. Kau bisa membuka tabir mimpi kalau sudah jadi roh."Jaka ingat sesuatu. "Eh, bukankah kau berjuluk makhluk setengah roh? Kau berarti bisa membuka tabir mimpiku?""Itu kan julukan, anak muda. Nyatanya aku bukan roh.""Padahal jadi roh saja sekalian.""Sialan kau...!""Mereka harusnya jangan menjuluki makhluk setengah roh, tapi setengah edan!""Brengsek...!""Kau minta makanan apa sebelum aku tirakat, Kek?""Tirakat untuk apa?""Aku ingin mengetahui nasib temanku dengan ilmu Tembus Pandang.""Tirakat adalah melatih kepekaan panca indera untuk menerima getaran negatif dan positif dari sekitar.""Lalu aku harus bagaimana?""Kau duduk tafakur, pusatkan titik pandang dalam kegelapan, pikiran fokus pada apa yang kau inginkan."Jaka duduk bersila di atas batu ceper, dan mulai memusatkan perhatiannya dengan mata terpejam, karena ia ingin melihat situasi yang lokasinya sangat jauh.Satu titik terang perla
Jaka berdiri di tengah Lembah Cemara, tangannya bergerak melingkar secara unik, kemudian tangan kanan terentang ke depan dengan telapak tangan terbuka, tangan kiri menggantung di depan dada. Ia tengah mengerahkan ajian Gerebek Nyawa.Sekilas tidak ada perubahan pada tebing karang di depannya. Tebing itu tetap berdiri kokoh membentengi lembah. Kemudian dinding karang perlahan ambruk jadi butiran debu. Ia sendiri hampir terkena longsoran kalau tidak segera menghindar. Sungguh dahsyat ajian itu. Seandainya diarahkan pada makhluk hidup, ia akan menghancurkan organ dalam tanpa merusak tubuh bagian luar, tahu-tahu tumbang meregang nyawa.Jaka pergi ke batu ceper di depan goa untuk beristirahat. Ia mencari Ki Gendeng Sejagat di sekitar, tidak ditemukan. Apakah ia tertimbun longsoran debu karang? Bodo amat!Jaka rebahan di atas batu. Semilir angin sejuk menerpa tubuhnya. Matanya terasa sangat berat. Gundukan debu karang tiba-tiba beterbangan, dari dalam gundukan melesat keluar kakek berselem
Jaka duduk bersila di atas batu ceper. Ia tengah bersiap untuk mengeluarkan pelajaran terakhir dari Lembah Cemara, ilmu pamungkas dari leluhur kerajaan Nusa Kencana, ajian Lampus Umur.Gerakan yang dilakukan Jaka adalah gerakan jurus masa lampau, sehingga aneh kelihatannya karena jurus itu sudah punah dan lama tidak terlihat. Pewaris terakhir jurus langka itu adalah Ki Gendeng Sejagat dan ia jarang sekali mengembara, beberapa puluh tahun belakangan bahkan ia tirakat di dalam goa di Lembah Cemara.Ajian Lampus Umur berupa hawa yang sangat dingin dan disalurkan melalui telapak tangan kiri dengan kekuatan sangat dahsyat. Makhluk atau benda yang terkena ajian itu akan membeku terbungkus salju putih dan mencair tanpa sisa.Ki Gendeng Sejagat tidak berani main-main dengan ajian yang satu ini. Kena hawanya saja bisa tewas! Maka itu ia tak berani berada di daerah di hadapan Jaka. Ia menunggu di sampingnya.Tangan kiri Jaka meliuk-liuk melakukan gerakan unik, sementara tangan kanan terlipat di
Jaka berseru dengan kalap, "Aku tidak akan pergi sebelum kau keluar!"Suara Ki Gendeng Sejagat membahana memenuhi lembah, "Anak muda! Kita bertemu di waktu yang tidak diduga! Kita berpisah di masa yang tidak disangka! Usiaku hanya untuk menunggumu tiba! Laraswati sudah menjemputku! Selamat tinggal, anak muda!"Jaka duduk bersimpuh dan menangis sedih. "Guru....Maafkan muridmu yang kurang ajar ini...!"Jaka sadar bahwa waktu untuk berpisah telah tiba. Tujuh purnama mereka bersama telah terjalin ikatan batin secara unik. Ia kini sendirian dengan tanggung jawab besar di pundaknya. Menyelamatkan kerajaan dari kehancuran!"Guru.... Aku berjanji untuk kembali, setelah memenuhi janjiku pada Abah dan Ambu, karena janji pada orang tua di atas segalanya...!"Sungguh perpisahan yang tidak terduga, padahal Jaka sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk perjamuan mereka yang terakhir. Barbeque dengan model Adriana Chechik, bintang film dewasa peraih AVN Awards!Jaka tidak menyesal belajar ilmu kanura
"Kau yakin kuda betina hamil karenamu?" tanya Jaka sambil menunggangi si Gemblung dengan santai. "Bukan sama majikannya?""Majikannya perempuan, Yang Mulia."Jaka mengernyitkan alis sedikit. "Patih Mahameru adalah ksatria pinilih, masa tega membunuh perempuan?""Perempuan itu tokoh istana kerajaan Utara yang berilmu tinggi.""Tokoh istana atau tokoh astana, ia adalah perempuan.""Jika tidak dihabisi, ia pasti menghabisi Patih Mahameru.""Jadi hanya pembunuhan solusinya?""Jadi di negeri Yang Mulia perempuan tidak boleh dibunuh?""Perempuan di negeriku pengennya disayang.""Tidak ada yang kejam dan jahat?""Tidak ada...tidak ada bedanya dengan di negerimu." Jaka tertawa. "Perempuan di negeriku membunuh laki-laki tidak perlu dengan senjata, cukup dengan cinta.""Hebat sekali perempuan di negerimu."Jaka mendengar ada perempuan bercakap di angkasa di belakangnya. Ia mengenali suara mereka; Bidadari Penabur Cinta dan Kupu-kupu Madu. Ia tidak berusaha untuk melarikan diri, tidak ada lokasi