Share

35. Ki Gendeng Sejagat (III)

Selesai nyekar, mereka naik kuda dan meninggalkan tempat itu.

"Aku sudah berikrar untuk mewariskan semua ilmu kepada generasi kedelapan yang menemukan air mata bidadari," kata Ki Gendeng Sejagat. "Aku senang calon muridku sesuai dengan keinginanku."

"Aku tidak mata keranjang, Kek."

"Alah, kau sering lihat pantat kerbau betina!"

"Bagaimana tidak sering lihat, ia tidak pernah pakai baju!"

Kuda berjalan menelusuri padang rumput yang berkabut. Malam jadi semakin gelap karena sinar rembulan sulit menembus kepekatan kabut.

"Aku tidak mau jadi muridmu, Kek," kata Jaka. "Takut ketularan mata keranjang."

"Aku juga tidak mau jadi gurumu," dengus si kakek. "Takut ketularan slebor. Tapi kau harus mempelajari semua ilmu yang aku miliki untuk dapat menembus gerbang gaib."

"Tidak ada diskon, Kek?"

"Maksudmu?"

"Aku ingin belajar ilmu Salin Raga saja."

"Ilmu Salin Raga adalah ilmu paling tinggi yang ada di muka bumi, di bangsaku dan di bangsamu. Jadi kau tidak bisa menguasai ilmu itu sebelum mempelaja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status