Share

Perjanjian Nikah dengan Sang CEO
Perjanjian Nikah dengan Sang CEO
Penulis: Azzurra

Bab 1 pertemuan.

Bab 1 : pertemuan.

 

“Ada apa ini!!” Evellyn terburu turun dari mobilnya, menghampiri beberapa orang berbadan besar yang terlihat sangar sedang mengintimidasi ibunya di depan pintu rumah.

 

Para pria berbadan besar dan berkulit hitam menoleh ke sumber suara. “Kami mencari keberadaan Pak Dani Sudrajat. Kami sudah mencari di kantornya, tapi nggak ketemu.”

 

“Ayah saya sedang keluar kota, kalau beliau pulang, nanti saya sampaikan kalau kalian mencari, semua kewajiban akan kami selesaikan dengan segera,” ucap Evellyn tegas pada deptcolector.

 

“Pak Dani  Sudah menunggak kewajiban beberapa bulan, kalau nggak segera diselesaikan, segala agunan akan kami sita. Bahkan rumah ini pun sudah menjadi agunan. Kalian bersiaplah untuk segera mengosongkan rumah,” seru deptcolector berbicara dengan nada ketus tak ramah.

 

Tanpa menunggu jawaban dari Evellyn, beberapa pria berperawakan seram itu meninggalkan kediamannya.

 

“Apa yang terjadi Eve? Kenapa dengan perusahaan Ayah?” tanya Ibu meminta penjelasan kepada Evellyn.

 

“Tenang, Bu. Nggak usah dipikirin, semua bukan kesalahan ayah. Ayah ditipu, kerugian perusahaan terlalu besar. Tapi aku akan usahakan untuk membantu.” Evellyn mencoba menenangkan Ibunya.

 

“Kenapa Ayah nggak pernah cerita masalah ini? Setiap Ibu tanya, Ayah hanya bilang ada sedikit kendala.  Sedikit katanya. Tapi sekarang? Nyatanya bahkan rumah kita pun sudah akan disita.” Sang ibu terlihat nelangsa. Ia tak habis pikir, mengapa suaminya tidak mau terbuka masalah perusahaan.

 

“Tenangkan diri Ibu,  jangan sampai sakit. Aku yakin kita bisa menyelesaikan masalah ini.” Evellyn terus membujuk Ibunya yang kini terlihat sedikit sesak napas.

 

Setelah tenang, Evellyn membaringkan Ibunya yang terlihat begitu lelah. Ayahnya tidak memberi tahu sang ibu itu karena tidak ingin ibu berpikir berat. Ibu memiliki riwayat penyakit paru-paru. Jika memikirkan hal berat, penyakitnya bisa kambuh.

 

Setelah melakukan ibadah, Evellyn merenung. Tiba-tiba ia teringat kalau memiliki kotak perhiasan peninggalan ibu kandungnya. Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengeluarkan perhiasan itu agar bisa membantu kedua orang tuanya saat ini.

 

Dengan tangan gemetar dia raih kotak perhiasan dari atas lemari, setelah lama menenangkan hatinya. Kotak itu terlihat tidak begitu berdebu, mungkin Ana—ibu angkatnya— sering membersihkannya, pikir Evellyn.

 

Jantungnya berdegup kencang,  tangannya lalu membuka pengait, dan kotak pun terbuka. Namun, Evellyn langsung menutupnya kembali. Isi kepalanya berputar, memori kehilangan kedua orang tua kandungnya muncul kembali.

 

Dia kemudian melangkah menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya. Selanjutnya ia bermunajat pada Tuhan dan berusaha menerima kalau semua yang terjadi sudah takdir ilahi.

 

 

“Carikan wanita untuk menggantikan wanita sialan itu besok!” perintah Arkan setelah menghabiskan makanannya.

 

“Hah?” Ervan mendongak menatap dengan sorot tanda tanya ke arah Bosnya. 

 

Setelah memberi perintah, Arkan berlalu masuk kamar. Ia tidak peduli dengan tatapan Ervan. Ia yakin kalau lelaki itu mendengar dengan jelas. Sebelum kamar tertutup, Arkan membalikkan badan.

 

“Ganti seluruh dekorasi Apartemen ini, aku tak mau jejak wanita jalang itu tertinggal disini,” ucapnya lagi kepada Ervan.

 

Kemudian, Ervan hanya bisa memandang kepergian Bosnya. Tanpa lama berpikir, hal pertama yang Ervan lakukan menghubungi jasa Desain Interior.

 

“Yang Penting elegan untuk lelaki,  semua design saya serahkan pada Anda dan pengerjaan harus selesai maksimal besok. Untuk kamar, tolong didesain selayaknya kamar pengantin baru. Bos kami akan melangsungkan pernikahan lusa,” ujar Ervan lewat saluran telepon.

 

“Kirimkan nomor rekening untuk mentranfer biayanya. Oke, maaf saya dengan siapa? Oohhh ... oke saya save kontak Anda,” ucap Ervan lagi.

 

Pria itu pun memutuskan sambungan telepon selulernya.

 

“Huuuff ... selesai satu tugas,” ujar Ervan sambil menarik napas.

Selanjutnya, dia kembali menghubungi seseorang, dan dengan sigap membuka laptop mencari data-data perusahaan yang mengalami kebangkrutan.

 

 

Ditempat lain.

 

“Tim, kita mendapatkan proyek dadakan sebuah penthouse, klien meminta ganti seluruh dekorasi. Karena hanya diberi waktu dua hari, kita harus bagi tugas.” Seorang wanita berhijab dengan cekatan memimpin briefing.

 

Evellyn Faiza—gadis manis berhidung bangir—memberikan arahan kepada setiap kepala bidang. Oke, semua siap ya.” Wanita itu masih sibuk memimpin briefing, memberi perintah.

 

Evellyn bekerja pada perusahaan konstruksi dan desain interior sebagai seorang desainer. Setiap ruangan yang ditata olehnya, selalu memuaskan kliennya.

 

Namun, kehidupannya tak seindah ruangan yang dia tata. Kelihaiannya tak dapat dia terapkan dalam  hidupnya.

 

Bahkan belakangan ini dirinya merasa seperti ada yang mengawasi. Setelah perusahaan ayah angkatnya tersandung masalah.

 

Walaupun bukan anak kandung, Evellyn berusaha dengan sekuat tenaga untuk melindungi keluarga, terutama ayahnya. Sebab jika masalahnya tidak segera diselesaikan, maka jeruji besi sudah menunggu.

 

 

Dengan cepat Ervan sudah mendapatkan data yang dibutuhkan, dan dengan cepat pula dia ajukan pada Arkan.

 

“Bos, pilih mana yang paling menarik.” Ervan menyerahkan beberapa lembar foto wanita kepada Arkan.

 

Arkan mengamati beberapa lembar kertas seperti kartu yang diberikan Ervan. “Aku pilih yang ini,” ucap Arkan menyerahkan foto wanita berhijab.

 

Ervan mengernyit. Dari tiga foto itu, gadis ini yang berpenampilan paling kurang menarik. Entah apa maksud bosnya sampai memilih dia.

 

“Bos! Kau tidak mau melihat foto yang lain lagi?” tanya Ervan. Ia menunjuk beberapa foto yang diabaikan sembari menajamkan pandangan kepada Arkan.

 

 

Akan tetapi, yang ditanya hanya memandang Ervan tanpa menjawab.

 

“Okee,, baiklah Bos,  aku akan cari tahu seluk beluk wanita ini terlebih dahulu.” Ervan berusaha memahami keinginan bosnya.

 

Sore menjelang pulang kantor handphone di dalam tas Evellyn berdering. “Siapa yang menelpon lewat saluran pribadi?” gumamnya.

 

Tidak ada tertera nama pada kontak. Evelyn pun meletakkan kembali telepon selulernya ke dalam tas.

 

Belakangan ini banyak yang menelepon ke nomor pribadinya untuk menanyakan sang ayah. Bahkan sudah ada yang mendatangi rumah. Biasanya selalu ia tanggapi dan mencari solusi terbaik, tetapi saat ini dia sedang fokus pada proyek yang baru didapatnya.

 

[Nona tolong angkat teleponnya,  kami akan membantu membayarkan hutang-hutang perusahaan ayahmu dan memulihkan nama baik perusahaan.] Sebuah pesan tanpa nama masuk ke kontaknya.

 

“Assalamualaikum.” Gadis cantik bermata coklat itu menelepon orang itu dan memulai percakapan dengan salam pada orang yang memberinya pesan singkat.

 

“Nona, bisa kita bertemu sekarang? Saya tunggu di Kafe Asyik, saya tunggu satu jam lagi.”

 

“Saya ....”

 

Tut ... tut ... tut.

 

Sambungan telepon dimatikan sepihak.

 

Evellyn melihat layar handphonenya dengan perasaan antara percaya dan tidak. Dia melihat pergelangan tangannya. Kafe Asyik lumayan jauh dari kantornya.

 

Evellyn duduk di kursi yang sudah dipesan lelaki yang menelponnya. Ia lalu menyedot jus yang dia pesan. Suasana menenangkan kafe membuat pikirannya sedikit tentram.

 

Lima menit kemudian, datang seorang lelaki berpenampilan smart casual. Pria itu menggunakan outfit kaos hitam dipadu jas dan celana warna coklat, menghampiri meja Evellyn.

 

“Hallo Nona.”

 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dina0505
semangat kak
goodnovel comment avatar
Indriyani Kayla rizkia
kayanya menarik thor. semangat up nya, kayanya udah mau kelar ya thor.
goodnovel comment avatar
Alvaro M
semangat kaka,bagus cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status