Home / Romansa / Perjanjian Nikah dengan Sang CEO / Bab 2. Tanda tangan kontrak.

Share

Bab 2. Tanda tangan kontrak.

Author: Azzurra
last update Huling Na-update: 2024-01-02 21:46:26

Bab 2. Tanda tangan kontrak.

“Hallo Nona.” Ervan mengulurkan tangan ingin menjabat tangan. Namun ditolak.

Evellyn hanya menangkupkan tangan di dada dan menganggukkan kepala.

Ervan tersenyum, masih ada cewe begini, di jaman yang sudah seperti ini pikirnya. Dia duduk menghadap Evellyn.

“Nona silahkan pesan makanan yang kau suka. Sebelum kita memulai pembicaraan kita,” ucap Ervan ramah.

“Maaf saya datang ke sini bukan untuk makan, jangan buang waktu saya. Karna beberapa hari ini jadwal saya padat,” ucap Evellyn tanpa ragu.

“Upsss. Maaf Nona, baiklah, perkanalkan saya Ervan Attarazka.” Ervan mengutarakan maksud mengundang Evellyn.

Dia siap membantu memulihkan perusahaan ayahnya. Asalkan Evellyn mau mengikuti apa keinginannya.

“Tuan pernikahan itu sakral, tak bisa dibuat main-main, anda salah orang!” ucap Evelyn.

Ia mengangkat tubuhnya, berniat pergi meninggalkan meja.

“Tunggu Nona, saya hanya memberi panawaran sekali ini. Ingat ayah ibu dan adik-adik anda yang sedang membutuhkan biaya sekolah. Anda ingin melihat ayah anda berada dibalik jeruji besi?” Ervan bicara dengan tatapan menghujam tajam.

“Siapa anda? Anda faham betul seluk beluk keluarga saya?” cecar Evellyn dengan pandangan tak kalah tajam. Ia menjatuhkan kembali bobot tubuhnya di atas kursi.

“Nanti anda akan tau sendiri,” ucap Ervan terus menatap Evellyn. "Bagaimana Nona?” ucapnya lagi.

Uuff... Evelly menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menutupi air matanya yang hampir jatuh. Segala cara sudah dia coba menolong perusahaan ayahnya tapi akan sulit untuk memulihkan nama baik.

Ervan menunggu Evellyn lebih tenang beberapa saat.

“Baiklah, apa saja syarat dan perjanjiannya,” tanya Evellyn sedikit ragu.

Ervan menyodorkan surat perjanjian yang sudah dia siapkan.

Evelyn membaca poin-poin penting, Arkan dituliskan sebagai pihak pertama dan Evellyn pihak kedua.

“Oke. Sebelum saya tanda tangan, harus diperjelas denda apa yang harus dilakukan, jika saya melanggar perjanjian kontrak, “ Evellyn mencoba memperjelas isi perjanjian kontrak.

“Oohh. Untuk dendanya tuan saya yang memutuskan Nona, saat ini belum dipikirkan,” ucapnya

Evellyn membaca ulang perjanjian yang tertulis.

“Oh my god aku akan berurusan dengan tuan arogan,” gumam Evellyn.

“Whaatt? “ tanya Ervan.

“Lupakan,” ucap Evellyn.

Dia menandatangani berkas dengan bimbang, tangannya berkeringat, pikiran sedikit kacau. Namun, hati berkata lakukan.

“Terimakasih untuk kerjasamanya.” Senyum puas terukir di sudut bibir Ervan setelah Evellyn membubuhkan tanda tangan di berkas itu.

Anak buah saya akan mengurus segalanya. Termasuk memberitahu kedua orang tua anda, dan tidak sampai 1 x 24 jam, nama baik perusahaan ayah anda akan berangsur pulih,” ucap Ervan.

"Segalanya saya yang akan atur. Soal pernikahan akan ada yang menjemput ke rumah anda, Nona Evellyn,” ucap Ervan, membaca nama di berkas.

“Baik terimakasih,” ucap Evellyn, dia kembali duduk setelah Ervan pergi.

Dia merenung, jika pengorbanannya dapat membuat keluarganya bahagia, apapun itu akan dilakukan.

.

.

“Eve kau sudah pulang?” ibu menyambut dengan hangat.

“Iya bu, ada pekerjaan di dekat sini, jadi Eve pulang. Nanti berangkat lagi, mungkin lembur sampe pagi. Ada proyek dadakan dan waktunya mepet,” ucap Eve duduk di kursi meja makan.

Uhuk, uhuk, uhuk. Ibunya batuk menghadap wastafel.

“Jangan terlalu lelah Bu, biarkan rumah sedikit berantakan. Nanti kalo Eve di rumah, Eve bantu bereskan,” ucap Evellyn.

Evellyn merasa kasihan melihat ibunya, yang terbiasa dilayani kini semua dilakukan sendiri.

“Kamu sudah lelah bekerja, itung-itung Ibu olahraga,” ucap ibunya tersenyum tulus.

Walau lelah, Eve tetap membantu pekerjaan rumah yang harusnya dikerjakan empat orang asisten rumah tangga. Namun karna keadaan keuangan yang memburuk, mereka diberhentikan.

Sebenarnya tugas dikerjakan bersama, mereka bahu membahu membersihkan rumah, tetapi karna kesibukan masing-masing banyak ruangan-ruangan yang tak tersentuh.

Rumah pun sudah dalam pengawasan Bank, jika beberapa bulan lagi tak bisa membayar cicilan Bank, rumah akan disita.

Se-semrawud ini kehidupan Evellyn setelah ayahnya tersandung masalah keuangan.

Ayah Evellyn memang memiliki kelemahan, dia terlalu percaya pada orang baru. Selama ini Evellyn tak pernah berurusan dengan perusahaan ayahnya.

Selepas kuliah, Evellyn menata karier pada perusahaan yang kini dia naungi. Perusahaan yang memberi jenjang karier menjanjikan.

Setelah makan dan istirahat. Evellyn kembali melajukan kendaraan menuju proyek yang sedang dia kerjakan. Saat mobilnya keluar dari pekarangan rumah, terlihat dari kaca spion beberapa mobil masuk ke pekarangan rumahnya.

Sesampainya di Apartemen telpon Evellyn berdering.

“Eve apa yang terjadi, ini banyak orang membawa barang-barang, mereka bilang kamu mau nikah besok?” suara Ibu di sebrang telpon mencecar, meminta penjelasan.

“Terima saja Bu, nanti Eve jelaskan, ikuti saja kemauan mereka,” ucap Evellyn.

Di rumah, Pak Dani pulang dengan wajah cerah, beberapa masalah di kantor sudah terlihat titik terang. Dia pun dibuat bingung dengan keadaan rumah.

Setelah Evelin menjelaskan. Mereka merasakan rasa yang entah apa namanya, senangkah atau sedih.

Senang karna Evellyn akhirnya menikah dan sedihnya Evellyn menikah untuk menyelamatkan keluarganya.

Apapun keadaan hati dan pikirannya, Evelly selalu fokus dengan pekerjaannya, hari ini pekerjaannya selesai. Entah milik siapa hunian ini, karna dia tidak detail membaca kepemilikan di kontrak kerja.

Evellyn melihat hasil karyanya dengan puas. Ruangan luas dengan nuansa salem, sofa-sofa cantik di ruang tamu dan ruang keluarga terjajar rapi. Meja makan dan dapur bersih yang senada. Ruang bar yang esentik. Balkon yang begitu nyaman untuk bersantai saat sore tiba. Yang tarakhir, yang membuatnya sangat puas adalah kamar tidur pengantin yang begitu indah.

Si pengantin pasti terpesona dengan indahnya kamar tidur ini dan mereka akan melewati malam panjang yang indah pikir Evellyn, dia tersenyum, pikirannya menjadi travelling.

Seandainya dia yang menempati, mungkin sungguh bahagia pikirnya.

Evelyn menunggu klien Apartemen panthause yang selesai dikerjakan, untuk serah terima pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Tetapi si klien tak kunjung datang. Yang akhirnya dia wakilkan pada bawahannya.

Evellyn terburu-buru pulang untuk mempersiapkan hari istimewanya besok. Hari istimewa ha ha ha, Evelyn tertawa dalam tangisan, getiirrr pikirnya.

Rumah seketika ramai, beberapa orang tak Evellyn kenal berlalu lalang membawa pakaian dan keperluan untuk acara besok.

“Eve pernikahan tak bisa untuk main-main, kenapa kamu tidak berdiskusi dulu, Nak? “ tanya Ayah Evellyn, dia menggenggam tangan putri angkatnya.

“Semua terburu-buru, Yah. Aku nggak diberi waktu untuk diskusi. Nggak usah khawatirkan Eve, Yah. Insha Allah Eve bisa menjaga diri,” ucap Evellyn.

Walau ucapannya terdengar tegar Pak Dani tau Evellyn rapuh.

Pak Dani memeluk anaknya. “Jika dia berbuat tak baik padamu. Pulang ya, Nak, Ayah akan ada untuk membelamu.”

Evellyn mengangguk, air matanya tak dapat dibendung, dia menangis dalam pelukan Ayahnya.

Ibunya yang mendengar dari balik pintu yang sedikit terbuka, tak dapat menahan air mata, dia berlari menuju kamar, tak mau menambah suasana menjadi semakin sedih.

.

.

.

“Laporan Bos. Allena melarikan diri Keluar Negri. Keluarganya sibuk mencari keberadaannya dan aku sudah mengatakan pada mereka untuk tak datang pada acara pernikahan,” ucap Ervan, menjelaskan panjang lebar sambil fokus menyetir yang hanya ditanggapi Hhhmmm.

“Allena -. “

“Aku tak ingin mendengar nama wanita itu disebut.” Arkan memotong ucapan Ervan.

Seketika Ervan menutup mulutnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 144

    "Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 143

    "Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 142

    Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 141

    "Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status