"Kau!" sentak Arkan ketika melihat Allena berada disampingnya menyentuh pangkal pahanya. "Minumlah dulu untuk meredakan sakit kepalamu." Allena mengulurkan gelas dan dengan cepat Arkan menyambut gelas pemberian mantan kekasihnya. Dengan cepat Arkan menghabiskan air mineral yang berada dalam genggamannya. Berharap dapat meredakan kepala yang berdenyut. Namun bukannya menjadi lebih baik kini tubuhnya serasa terbakar, keringat bermunculan, dia melonggarkan dasi di lehernya."Allena apa yang kau lakukan?" tanya Arkan dengan mata yang sudah memerah. "Aku belum melakukan apapun Arkan, ada apa dengan tubuhmu?" Allena mengulurkan tangannya menyeka keringat yang bermunculan di dahi. "Allena nyalakan Acnya, aku kepanasan," ucap Arkan, sambil membuka kancing jas dan melonggarkan dasi dan kemeja putihnya basah oleh keringat. "Ini sudah suhu yang paling rendah sayang." Allena menyentuh wajah Arkan hingga leher, se
Bab 12. Luka. Brak!!! Pintu kamar Hotel terbuka dengan sekali tendang. Seseorang masuk dengan rahang keras menahan amarah. Dua orang yang sedang bergulung dengan kenikmatan, kocar-kacir mencari keberadaan pakaian yang teronggok entah di mana. Peluh kenikmatan membanjiri tubuh mereka. Si wanita berusaha menutupi tubuh polosnya dengan bedcover, yang sudah acak-acakan jatuh ke bawah ranjang. Dan si lelaki mendapatkan boxer lalu mengenakannya, tak lama tendangan menghantam dadanya. Tubuhnya terhuyung kebelakang. Saat ini suara tangisan, teriakan, kegaduhan, mendomisili kamar dengan nomor 23. Bahkan si wanita memilih kamar dengan nomor yang sama, dengan tanggal pernikannya, tiga hari yang akan datang. "Stooopp,,, aku bilang stooppp!" Suara melengking Allena menghentikan tindakan Arkan, yang dengan brutal memukuli teman tidur calon istrinya. Si lelaki terkapar tak berdaya, dengan wajah berc
Bab 13. Kenapa? Arkan merenggangkan tubuhnya, cahaya matahari menerobos melewati celah-celah hordeng yang belum dibuka. Dia memincingkan matanya, melihat arah jam dinding. "Oohhh shiit," Arkan melonjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah mandi dia langsung menggelar sajadah melaksanakan ibadah sholat subuh yang tertinggal. Evellyn selesai menata makanan diatas meja. Pakaian pun sudah rapih dia jemur. Kemudian dia masuk kedalam kamar dan mendapatinya Arkan sedang menunaikan kewajiban. Evellyn tersenyum mendapati suaminya menjalankan ibadah saat matahari sudah meninggi."Solat Duha Masss," sindirnya cekikikan, dia masuk kekamar mandi membasuh wajah dan mengganti pakaian. Dia ambil alat makeup dan sedikit memoles wajah. Walau kesiangan pantang bagi Arkan tak melakukan ibadah pada Tuhannya karna hisab yang pertama dilakukan oleh Allah nanti adalah perihal Shalat. Selesai shalat, Arkan menuju m
Bab 14. Menyatakan. "Evee...." Arkan memegang dagu gadis dipangkuannya lalu wajah Evelyn yang tertunduk untuk menatap wajahnya. "Kamu cantik." Mereka beradu pandang sesaat, lalu lelaki bermata elang itu mengecup bibir Evellyn sedikit lama. "Sudah Tuan nanti anda terkena diabetes," ucap Evellyn saat Arkan melepas tautan bibirnya. Arkan pun mengernyitkan dahinya. "Tadi Anda bilang bibirku semanis kopi, Anda pun banyak menghabiskan kopi, nanti Anda overdosis, Tuan." Eve bicara sambil memalingkan wajahnya. "Kalo ini doping agar aku semangat bekerja, supaya bisa cepat melunasi hutangku pada mu," ucap Arkan tersenyum, Kembali mengecupi wajah gadis yang duduk dipangkuannya. "Tuan, sudah... aku bukan anak kecil yang imut dan lucu, kenapa anda seperti ini!! Evellyn mencoba merenggangkan tubuh. Namun, sia-sia."Eve, maafkan kata-Kata dan perbuatanku yang sering menyakiti hatimu," ucap Arkan tulus. Evellyn memandang mata Elang lelaki dihadapannya, mencari kebenaran ucapan lelaki ya
Bab 15. Masalah."Kau tak ingat seperti apa wajah pemuda itu?" tanya Arkan penasara. Dan gadis ini hanya menggeleng. "Pemuda itu ada dihadapanmu sekarang Eve!" ucap Arkan. "Hhaaaahh, sungguh kah? Kalian seperti dua orang yang berbeda." ucap Evellyn tak percaya, di terperangah. "Lama aku memperhatikanmu Eve, aku mengikuti saranmu, aku pergi menuntut ilamu agama, setelah satu tahun aku kembali lagi aku mencarimu dan tak pernah ku temukan." Arkan menceritakan pencariannya selama ini. "Ketika aku kembali dan akan menemuimu, aku membawakan parfum ini untuk ku berikan padamu. Agar kau selalu mengingatku,""Karna kau tak kutemukan aku bawa kembali parfum ini, sesekali kucium parfum ini saat mengingatmu. "Malam itu kau gunakan parfum ini, membuatku tak sadarkan diri ingin menjamahmu, maafkan aku Eve," ucap Arkan menyesal. "Kau berhak atas diriku, Tuan. aku berterimakasih atas semua pertolonganmu kepada orang t
Bab 16. Yeeyyyy Akhirnya. "Bos, kau tidur?" Ervan melongok ke dalam kamar yang ditempati Arkan. "Masuklah," jawab lelaki itu. Dia membangunkan tubuhnya lalu berjalan menuju kursi yang berada di dekat jendela. "Semua sudah terlacak Bos, Bram dalang semua ini, anak buah kita sudah menemukan siapa yang menaruh barang haram itu dan mereka sedang digelandang ke kantor Polisi. "Tapi sepertinya sulit untuk kita jika ingin memperkarakan Bram, dia menjalin kerjasama dengan mafia bawah tanah," terang Ervan lagi. Arkan hanya mendengarkan informasi dari asistennya. Otaknya berfikir bagaimana caranya bisa memburu komplotan yang ingin menghancurkannya. "Kau mau istirahat di sini atau pulang Bos?" tanya Ervan. Tanpa menjawab Arkan menyahut kunci Mobilnya. "Baiklah Bos, sangat di mengerti," ucap Ervan tersenyum. Dengan langkah lebar Arkan menuju mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi seperti membelah angin. Dia meninggalkan rumah rahasia tempatnya bersembunyi sementara jika ada m
Bab 17. Hanya Masa Lalu "Brengsek." Bram mengebrak meja."Kalian semua bodoh." Bram meninju satu persatu anak buahnya yang gagal dalam tugas kemarin. Dia menelfon seseorang. Setelah menelfon dia sedikit tenang, karna Untuk saat ini ia masih bisa melenggang bebas. Jika dia sampai tertangkap dia bisa dideportasi dan akan sulit untuk kembali ke sini. Dia berjanji tak akan lagi menginjakkan kaki di Indonesia jika dendamnya telah terbalas. Bram mengingat awal kehancurannya, ketika saat dia bersaing tender proyek bernilai fantastis, Bram yakin jika dia akan mendapatkan proyek ini dan mengalahkan Arkan.Namun semua di luar perkiraannya dia kalah puluhan milyaran bahkan rumah yang ditinggalinya ikut tersita.Hanya iatrinya yang selalu mensuport dan menyemangati hingga bisnisnya kembali berkembang. Walaupun Bram tak bisa memiliki keturunan, karna sperma Bram bermasalah tetapi istrinya tetap setia disampingnya.
Bab 18. Pencarian. Evellyn memandang suaminya yang berdiri melihat ke arah mereka, satu tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana. Arkan membalikkan tubuh meraih ponselnya lalu menelpon Ervin. Beberapa saat Ervin tiba, mereka berembug mencari solusi yang terbaik."Nat ada tugas untukmu sekarang juga." Ervin meenghubungi Nathan. Mereka berembug lewat vidiocall. Mereka mencari lewat sambungan Gps namun telponselular alisa jatuh tak jauh dari sekolah. Nathan menyebar anak buahnya, pun sudah mencari di rumah Allena dan Bram. Namun, mereka tak menemukannya. Mereka pun mengamankan bandara dan pelabuhan. Akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Allena pulang dengan harapan Bram mau menemuinya. Nyawa akan dia berikan asal adiknya selamat. Penyemangat hidupnya adalah adiknya. Orang tua? Jika bisa memilih Allena tidak ingin terlahir dari orang tuanya.Allena masuk rumah, beberapa orang suruhan Arkan mengintai d