“Bukankah kemarin malam cukup menyenangkan?”
“Saya tidak mengerti,” bohong Aluna sembari menunduk. Jujur, dia ingin kabur, tetapi Victor ternyata sudah lebih dulu meninggalkannya. “Lantas kau tahu siapa aku?” Aluna menggeleng. “Tidak.” “Jawab yang benar,” ucapnya sembari menyentuh dagu Aluna, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu. “Ethan Winston?” lirih Aluna, tak percaya. Kali ini, tubuhnya gemetar kala menyadari pria yang menghabiskan malam dengannya bukan hanya bosnya, melainkan pria yang selalu menjadi mimpi buruknya sejak 7 tahun lalu! Dulu, Aluna Freya sangat beruntung karena bisa bersekolah di Zenith International High School dengan beasiswa penuh. Aluna berharap dapat segera lulus dengan nilai bagus agar bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Bahkan, dia tak peduli jika anak-anak orang kaya di sekolah itu tak ada yang mau berteman dengannya. Hanya saja, di tahun terakhir, Aluna tidak sengaja ke rooftop dan menemukan 5 anak laki-laki sedang memegang botol berisikan minuman alkohol. Dia kabur, tapi satu di antara mereka menatap Aluna kejam … Sang Pewaris Keluarga Wiston, Ethan. Parahnya lagi, dewan guru ternyata menghukum anak-anak kaya itu. Sejak kejadian itu, hari-hari Aluna menjadi seperti di neraka. Meski dia sudah menjelaskan, Ethan dan kelompoknya tak percaya dan terus menargetkan Aluna sebagai bahan bulian. Puncaknya, di malam promnight. Dalam pengaruh alkohol, Ethan merebut keperawanannya dan meninggalkan benih yang bertumbuh menjadi Gio, putra kesayangan Aluna…. Satu yang Aluna syukuri. Ethan sepertinya tidak menyadari Aluna lah wanita di malam itu. Tapi, mengapa dari banyaknya orang, Aluna harus kembali tidur dengannya? “Bagus, kau tidak melupakanku.” Ucapan Ethan menyadarkan Aluna dari lamunan. Terlebih, wanita itu merasakan pipinya diusap oleh pria itu. Aluna seketika melengos. Namun, Ethan justru tertawa pelan. “Kau berubah banyak.” Pria itu mengamati tubuh Aluna. Tanpa basa-basi, tangannya menyentuh leher Aluna. “Bukankah kemarin menyenangkan? Kenapa kau kabur?” “Kemarin adalah kesalahan,” ucap Aluna menatap sebelum menyingkirkan tangan pria itu dan menjauh. Jujur, dia tidak tahu Ethan sudah pulang ke Indonesia dan menjadi wakil direktur di sini. Jika tahu, Aluna jelas tidak akan melamar di perusahaan ini. “Ah menyenangkan. Aku tidak tahu kenapa bertemu denganmu menyenangkan.” Aluna mengepalkan tangannya. “Sepertinya saya tidak bisa menjadi Asisten Pribadi anda—” “Siapa yang bilang kau punya pilihan?” tanya Ethan sembari berjalan mendekati Aluna kembali. “Kau harus membayar denda jika memutus kontrak.” Benar. Aluna baru sadar ia harus membayar denda jika berhenti bekerja. Padahal ia baru saja tandatangan kontrak barusan. Bagaimana ini bisa terjadi? “Aku ingin memberimu penawaran.” Ethan menaruh kedua tangan di saku. Menatap Aluna dengan mata elangnya yang tajam. “Jadilah milikku, maka aku akan memberikanmu segalanya.” “Maksud anda?” Aluna mengernyit. Tangan Ethan terangkat mengusap puncak kepala Aluna. Sambil tersenyum lembut. Astaga! Kenapa kelakuan seperti setan harus bersembunyi dibalik wajah tampan yang dimiliki Ethan? Siapapun pasti tidak menyangka ada sifat seperti iblis dibalik wajah tampan seorang Ethan Winston. Ethan sedikit menunduk. “Kau pasti tahu arti dari ‘milik.’ Jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi.” “Sir—“ Aluna menghela nafas. “Saya akan bekerja keras menjadi pegawai anda. Saya akan bekerja sekuat tenaga saya menjadi pegawai yang terbaik. Tapi saya mohon, jangan membawa masa lalu lagi. Jangan mengungkit masa lalu lagi.” Ethan menyipitkan mata. “Aku tidak butuh kerja kerasmu. Banyak pegawai yang lebih bagus darimu. Yang aku butuhkan hanya tubuhmu.” Ethan menunduk. Mendekatkan bibirnya di leher Aluna. “Aku ingin bersenang-senang denganmu.” Aluna mengepalkan tangannya. “Bersenang-senang?” tanyanya. Ia berkacak pinggang sambil menatap Ethan. “Kemarin aku tidak senang sama sekali. Mungkin hanya anda.” “Yang anda pikir menyenangkan itu tidak menyenangkan bagi saya.” Aluna menatap Ethan lebih berani. “Dan juga, permainan anda tidak sehebat itu sehingga saya harus terkesan.” “Kau bilang apa?” “Iya, saya bilang Anda tidak terlalu hebat,” ucap Aluna begitu tegas–tak peduli dengan tatapan tajam Ethan saat ini padanya.GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
“Puas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?” tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. “Bagaimana rasanya?” tanya Aiden sembari tersenyum. “Kalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya juga…” “Bagaimana rasanya?” tanyanya. “Aiden!” Gio memijit keningnya yang terasa pusing. “Kami melakukannya karena ada alasannya.” “Aku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.” Aiden memutar tubuhnya. berjalan—sampai Gio memanggilnya lagi. “Acara balapan yang kamu maksud?” tanyanya. “Balapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.” “Aiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..” Agatha menatap putranya. “Mom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.” “Kalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir
Di sinilah… Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. Lantas… Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di sini… Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. “Jadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..” Raini tersenyum pelan. “Maklum orang kampung…” Raini menggeleng pelan. “Ternyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b
Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantap—kemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digerai… Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpah… Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b