Choi Yerin. Choi Yeonwoo. Kaka beradik yang berbeda 5 tahun. Kehidupan mereka berjalan normal meski mereka memiliki darah campuran yang tinggal di Korea. Bahkan ibu Yerin tidak kesulitan tinggal di Korea. Ibunya begitu fasih berbicara bahasa Korea. Meski pada awalnya orang tua mereka sempat cek-cok untuk tinggal di mana. Korea selatan memiliki sistem pendidikan yang bagus. Namun memiliki gaya hidup yang juga tinggi juga. Di sisi lain, Indonesia terkenal lebih santai namun untuk mencari penghasilan masih begitu sulit. Alhasil kesepakatan mereka berujung pada tinggal di Korea untuk selamanya. Namun, Ibu Yerin tidak membiarkan anaknya tumbuh tanpa tahu asal-usul ibunya. Sejak kecil, Yerin dan Yeonwoo fasih dua bahasa orang tuanya. Yerin memiliki sifat yang ceria sedangkan Yeonwoo lebih kalem meski menjadi yang termuda. Yeonwoo terkenal sebagai murid yang pintar dan rajin. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sedangkan Yerin yang tidak terlalu suka belajar lebih s
“Kakek tidak mau kejadian ini terulang kembali.” Kakek berdiri tidak jauh dari Arsen. “Kekacauan keluarga kita dilihat orang banyak! kakek tidak mau kamu gegabah lagi!” Arsen berkacak pinggang. “Lalu sampai kapan aku harus diam saja saat adikku dipermalukan mereka?” “Bahkan tidak hanya Bastian saja, tapi mereka juga mempermalunkan Yerin, istriku.” Arsen berjalan mendekat. “Kakek selalu bilang, singkirkan apapun yang menghalangi kamu.” “Injak mereka yang berani menghinamu.” Arsen mengepalkan kedua tangannya. “Selama ini aku diam saja saat mereka melakukan apapun Bastian. tapi kali ini aku tidak akan diam saja. Bastian adalah adikku. Dia adalah anak yang dilahirkan Mom.” “Kata kakek, darah lebih kental daripada air. Aku tidak percaya pada siapapun selain anggota keluargaku sendiri.” Kakek menatap Arsen. “Kamu tidak mengingat kejadian dulu? Karena dia runtutan kejadian mengerikan menimpa keluargamu. Bahkan sampai orang tuamu meninggal.” “Aku tidak percaya hal semacam itu.
Bastian memutar bola matanya malas. Dua orang ini adalah anak pamannya. Katanya belajar di luar negeri dan mendapatkan banyak penghargaan. “Halo Bastian….” sapa seorang perempuan yang seumuran dengan Bastian. Namanya, Vania. “Sudah lama tidak bertemu denganmu, Bro!” Verrel, kakak Vania yang hanya berjarak 3 tahun di atas mereka. Bastian bersandar sembari diam. “Masih sama.” “Apa kau bilang?” tanya Verrel. “Masih sama. kalian masih sama noraknya dengan dulu,” balas Bastian. “Kau—” Verrel menunjuk Bastian dengan geram. Vania tersenyum menatap Bastian sebelum menatap Yerin. “Seleramu….” “Kau suka pada tante-tante….” Vania mengejek Yerin. “Sorry, tante. Meski tante sudah berdanda rapi, tapi aura sugarmommy-nya masih terlihat. Bastian pasti sangat menyukai tante sampai mengajak tante pergi ke pesta.” Bastian tertawa pelan. “Jaga bicaramu,” ucapnya. “Kenapa?” tanya Vania. “Kalian terlihat mesra. Apa aku salah lihat? Kalian terlihat sangat mencintai.” “
Yerin terjatuh akibat kaki Vania yang memang sengaja mencekalnya. Brukk! Tubuh Yerin terjatuh. Untungnya tidak ada apapun yang jatuh bersamanya. Tapi—semua orang menatapnya. Bastian menunduk—membantu Yerin berdiri. “Sepertinya ibu harus ke toilet….” Yerin mengusap roknya yang sedikit kotor. Tapi sesungguhnya ia lebih tidak sanggup pada tatapan sengit orang di sekitarnya. Bastian mengangguk. “Ibu pergilah.” Yerin pergi—juga kepergiaannya untuk meredahkan keributan dan menghentikan perhatian orang padanya. “Hei! Sudah kubilang, kau itu pembawa sial. Ke manapun kau pergi, kau pasti membuat keributan.” “Kesialan selalu membayangimu, Bastian.” Vania tertawa. Bastian mendekat—tangannya mengepal. “Kau bisa menghinamu sepuasmu. Tapi jangan libatkan Bu Yerin dalam permainan busukmu itu!” “Waah kau terang-terangan menyebutnya ibu?” tanya Verrel. “Kau pasti sudah diberi dia asi langsung…” “Dasar bajingan pikiranmu busuk!” Bastian maju selangkah. Ia in
Acara yang begitu meriah. Ternyata benar, banyak sekali wartawan yang sudah berjaga di depan gedung. Arsen dan Bastian berusaha agar Yerin tidak terkena sedikitpun jepretan kamera wartawan. Sesampainya mereka di dalam…. “Waah…” Yerin kagum. Desain gedung sangatlah elegan dan tidak berlebihan. Orang-orang yang datang menggunakan pakaian rapi. Sedangkan wanita yang datang menggunakan gaun yang cantik. Arsen meraih tangan Yerin dan digenggamnya. Sedangkan tangan kanan Yerin menggandeng tangan Bastian. Ia berjalan mendekati nenek dan kakeknya. “Akhirnya cucuku datang.” Matelda mendekat dan memeluk Arsen. Setelah itu mulai berbasa-basi. Tidak sedikitpun melirik Bastian. Bastian sendiri juga acuh, tidak membutuhkan perhatian siapapun. Yerin yang melihatnya merasa sesak saja… bagaimanan bisa mengabaikan anggota keluarga seperti itu. Yerin tersenyum sopan pada mereka. “Oh…” hanya tersenyum samar membalas sapaan Yerin. “Hari ini Arsen tidak bisa la
Pesta ulang tahun perusahaan Skyline melibatkan banyak petinggi perusaahaan, pejabat dan beberapa penyanyi yang hadir. Katanya…. Banyak wartawan yang akan menunggu di depan gedung untuk sekedar mengabsen siapa saja yang datang. Bahkan di depan gedung ada karpet merah yang digunakan untuk berjalan ala catwalk. Yerin duduk dengan santai…. Sesekali terkantuk karena wajahnya yang dirias oleh MUA profesional. Tentu ia tidak tahu sama sekali bagaimana mempersiapkan diri kalau bukan dari Arsen. Arsen yang sudah menyiapkan semuanya. Bahkan gaun yang harus ia pakai. “Buka matanya…” Yerin membuka mata. menatap dirinya di depan pantulan cermin. “Cantiknya. Seperti bukan aku.” MUA Itu tersenyum. “Saya akan membantu anda berganti pakaian.” Yerin tidak menolak bantuan itu. Dress yang dipilih Arsen untuknya sangatlah nyaman. Dengan belahan yang tidak terlalu tinggi. hanya sebatas lututnya. Dress berwarna putih itu sangatlah cantik di tubuhnya. Yerin memutar—menatap diri