Setelah terbangun, Yerin menatap langit kamar. Entah ke mana perginya Arsen. Yerin menyibak selimut yang membungkus dirinya. Mengusap keningnya pelan. Yerin beranjak dari ranjang. “mau ke mana?” tanya Arsen datang. Dengan ponsel yang berada di telinga. Arsen segera mematikan sambungan teleponnya dan menghampiri Yerin. “Mau ke kamar mandi?” tanya Arsen berjongkok di hadapan Yerin. “Tidak. Aku mencari kamu.” Yerin melebarkan kedua tangannya. Arsen mendekat dan memeluk Yerin. “Bagaimana dengan tadi?” tanya Yerin. “Aku mengacaukannya.” “Tidak. Aku yang berbicara dengan mereka. semuanya sudah sesuai rencana.” Arsen mengusap punggung Yerin pelan. Yerin melepaskan pelukan mereka. “Bagaimana rencananya?” Arsen terdiam. Ragu untuk memberitahukannya. Takutnya Yerin menjadi lemah lagi. Arsen mengusapi helaian rambut Yerin ke belakang. Wajah istrinya yang pucat. “Aku harus tahu…” lirih Yerin. “Biar aku yang mengurusnya.” Arsen meyakinkan Yerin. “Tidak mau. Ak
Kata Arsen, yang akan ditemui adalah Polisi. Juga detektif swasta dari Korea dan anak buah Arsen yang bekerja di perusahaannya di sini. Bukannya Yerin tidak percaya pada polisi. Tapi kejadian dulu masih membekas. Polisi enggan meneruskan kasus adiknya karena kurang bukti. Polisi yang dilihatnya diam-diam makan malam bersama orang tua perundung adiknya. Yerin menghela nafas berkali-kali sebelum melangkah ke dalam sebuah restoran. Tangannya yang setia digenggam oleh Arsen. “Semua akan baik-baik saja.” Arsen mengecup puncak kepala Yerin dari samping. Yerin tersenyum dan mengangguk. Mereka sampai di sebuah lorong yang terdapat 3 pintu ruangan. Masuk ke dalam satu dari pintu itu. Di sana ada dua polisi, 4 orang lainnya entah… Satu orang memperkenalkan diri. “Saya penerjemah yang akan membantu berkomunikasi.” “Pak Kang Chul, Pak Kim Jinyoung adalah dua polisi yang akan membantu proses jalannya kasus.” Penerjemah itu menjelaskan. Jadi ada 6 orang yang ada di ruang
Entah berapa kali. Berapa banyak posisi. Mereka baru selesai saat Arsen benar-benar sudah puas. Yerin tidak ingat pukul berapa mereka selesai. Ia tertidur kelelahan di saat Arsen masih memasukinya. Ia terbangun lebih dulu. Arsen seperti serigala tadi malam. “Dasar!” Yerin mendengus menatap wajah damai Arsen. “Dasar pria tidak bisa dipegang ucapannya!” kembali mendengus. “Mengumpatiku diam-diam hm..” Arsen menarik pinggang Yerin. “Masih pagi, kembalilah tidur.” Yerin memeluk Arsen. Tubuh pria itu hangat dan juga besar. Yerin terkikik pelan. “Kenapa tiba-tiba tertawa? Membuatku takut saja.” “Tidak. hanya…” Yerin mengendus dada Arsen. “Aku suka tubuh kamu.” “Katakan lagi.” Arsen mengusap punggung Yerin. “Tidak akan!” Yerin tertawa. Tapi jemarinya menyentuh dada Arsen. Jemarinya yang lentik itu akan membangkitkan sesuatu dari dalam diri Arsen. “Berhenti kalau tidak mau aku memakanmu lagi.” Arsen mencekal tangan Yerin. Di bawanya ke atas. diciumnya beberapa k
21++ Pemikiran Arsen tidak bisa dijangkau oleh Yerin. Namun lambat laun Yerin juga belajar. Menyenangkan suami bukanlah hal yang kotor. Ia juga berusaha menyenangkan Arsen dan memberikan pelayanannya sebagai istri sebaik mungkin. Kalau dipikir… Yerin harus membuat suaminya ini tergila-gila dengan sentuhannya. Jangan sampai ada wanita lain yang bisa memuaskan suaminya selain dirinya sendiri. “Hmmph!” Yerin mengulum milik suaminya. Arsen menoleh ke samping—melihat mereka berdua. Ia setengah berdiri dengan Yerin yang terlentang di bawahnya. Wajah Yerin tepat berada di bawah—di antara selangkangannya. Bibir Yerin yang mungil itu sudah melahap miliknya dengan rakus. “Bagus ohh!” Arsen mengusap helaian rambut Yerin ke belakang. Ia memegang sandaran ranjang. Pinggulnya bergerak—mengikuti irama bibir Yerin yang memanjakan miliknya. “Ahh… hmmph!” milik Arsen semakin membesar di dalam bibirnya. Yerin mendongak—menatap suaminya yang tengah berdiri di atasnya. Wa
21++ “Tu-tunggu…” Yerin mengusap rambut Arsen. Bibir pria itu tenggelam di dalam kulit lehernya. Mencecapnya dan menghisapnya. Tubuhnya di kurung. Pinggangnya dicengkram meski tidak erat. Yerin tidak bisa bergerak. Tapi—ada sesuatu yang harus Yerin katakan. Arsen mengusap puncak dadanya. Jemari pria itu dengan liar meremas dadanya. “Sayang tunggu dulu…” Yerin mendorong dada Arsen. “Kenapa lagi?” tanya Arsen frustasi. “Aku lupa hari ini seharusnya aku kontrol ke rumah sakit untuk memasang pengaman…” lirih Yerin. “Tu-tunggu. Aku harus memeriksa tanggal suburku..” Arsen mendekat—mencium bibir Yerin. Tapi Yerin lagi-lagi melepaskannya. “Kalau begitu kamu yang harus menggunakan pengaman. Kita beli sekarang—” mengambil tangan Arsen. Tapi Arsen mencegahnya. “Aku tidak akan mengeluarkan di dalam.” Yerin menatap Arsen. Tidak yakin dengan pria itu. “Tapi—” “Aku akan mengeluarkannya di luar, sungguh.” Arsen meyakinkan Yerin. Akhirnya Yerin menurut. Arsen sudah me
Yerin bertopang dagu. “Semudah itu? Aku jadi penasaran berapa banyak uang kamu?” Arsen mengeluarkan ponselnya. “Mau melihatnya?” Yerin mengerjap. “Kamu mau memberitahuku?” Tidak ada keraguan dari wajah Arsen. “Sebenarnya tidak bisa ditotal semuanya. ada yang berbentuk saham, obligasi, tanah, bangunan, emas dan investasi lainnya…” Yerin melongo mendengarnya. Pantas saja membuat pernjanjian dengannya tidak ada apa-apanya. Uang suaminya ini tidak perlu diragukan lagi. Sangat banyak, saking banyaknya sampai tidak bisa dibayangkan. “Itu uang kamu…” Yerin menyipitkan mata. “Atau uang perusahaan?” “Uangku sendiri. aku sudah memisahkan uangku dengan uang bastian. Ada beberapa warisan yang ditinggalkan orang tuaku. dan aku sudah membaginya dengan Bastian.” Yerin berwow ria. Sebenarnya ia sudah tahu kalau Arsen memang sekaya itu. Tapi setelah ditunjukkan nominal pasti uang yang ada direkening pria itu…. Yerin menjadi berdebar. Berdebar semakin cinta pada pria ini. tida