Yerin melambalikan tangannya. Setelah itu segera menyebrang dan mendekati suaminya yang sudah keluar. “Tadi siapa?” langsung menyerang Arsen dengan pertanyaan itu. “oh tadi.. itu klien. Aku tidak sendiri aku juga bersama sekretaris pengganti Edward.” Menunjuk pria yang berada di belakangnya. Yerin menyipitkan mata. Entahlah… Tapi ia berusaha berpikir baik. “Tenang saja sayang…” Arsen mengecup pipi Yerin pelan. “Tadi memang klien. Aku tidak mungkin jalan bersama wanita lain di belakang kamu.” “baiklah.” Yerin memberikan minuman yang telah ia beli tadi pada suaminya. “Terima kasih.” Arsen tersenyum menerima minuman itu. “Apa jadwalku selanjutnya?” tanya Arsen. “Apa bisa aku langsung pulang?” “Ada dokumen yang harus anda tandatangani, Sir. Dokumen itu dari devisi keuangan. Jadi harus segera anda lihat.” Arsen mengambil tangan istrinya. “kamu ikut denganku ke kantor.” Yerin mengerjap. Pasti sangat membosankan. Yerin hendak kabur. Tapi Arsen lebih dulu menarik
Tidak terasa… Jema sudah melahirkan. Yerin menjenguk sendiri karena Arsen ada urusan. Ia datang menjenguk setelah mengajar. Tidak lupa membawa hadiah untuk anak laki-laki Jema dan Edward. Yerin datang ke rumah sakit. “Halo….” Yerin membuka pintu dengan ceria. Jema berada di atas ranjang. masih lemas setelah melakukan operasi. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Yerin meletakkan hadiah yang ia bawa ke atas meja. “sudah lebih baik dari pada semalam.” Jema tersenyum. “Kenapa kau membawa banyak sekali hadiah?” keluhnya. Jema mengeluhkan hadiah yang dibawa Yerin. Karena sangat banyak. Pasti juga mahal. “Untuk keponakanku…” Yerin berdecak pelan. Ia mengambil duduk di samping Jema. “Di mana Edward?” tanya Yerin tidak melihat keberadaan suaminya Jema sama sekali. “Menebus obat…” Jema bangkit. Baru tadi malam melahirkan. Keadaanna belum sepenuhnya pulih. “Bagaimana rasanya?” tanya Yerin. Jema tertawa. “Pertanyaanmu….” “Aku tidak melahirkan secara normal. Jadi, aku t
21++ “Aku pikir kamu lelah…” Yerin mendongak—bibir suaminya sudah menjelajahi lidahnya. “Siapa yang lelah melihat istrinya yang cantik?” tanya Arsen. Ia melepaskan seluruh pakaian yang digunakan istrinya. “Bagaimana dengan hari ini?” tanya Yerin. “Apa kamu menyelesaikannya dengan baik?” “Hm..” Arsen mengangguk. membuang seluruh pakaiannya. Entah ke mana…. Yang pasti berserakan. Saat ini mereka berada di kamar. Arsen mendorong tubuh istrinya sampai terhempas ke atas kasur. Yerin terlentang dengan tubuh yang tidak menggunakan apapun lagi. Tubuh polos yang menggoda suaminya. Arsen mendekat—membuka lebar kedua kaki istrinya yang bertekuk. Lidahnya menyapu milik istrinya dengan handal. “Ahh!” Yerin menatap kepala suaminya yang sudah menghilang di antara kakinya. Tangannya terulur mengusap kepala suaminya di bawah sana. “Sayang…” lirihnya. Kepala yang bergerak gelisah. Dada yang membusung—kenikmatan yang dihantarkan suaminya membuatnya pusing. Berat dan tidak m
Keputusan telah dibuat. Skyline akan menjalin kerja sama dengan perusahaannya sendiri. Ia juga akan memberikan sebagian kecil saham perusahaannya pada kakeknya. Arsen kembali ke ruangannya setelah rapat selesai. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Yerin bilang akan pulang terlambat. Arsen tidak sanggup jika harus menunggu istrinya. Lebih baik menyusul saja. Benar… Arsen memang menyusul Yerin ke mall. Jika Yerin masih berada di toko buku, ia juga akan membeli buku. Tentunya buku bisnis yang bisa ia baca dan menambah pengetahuannya. Tapi ketika ia sampai. Ia melihat istrinya yang sedang duduk. “Sayang!” panggil Arsen segera mendekati Yerin. “Kamu kenapa?” tanya Arsen. Yerin mengerucutkan bibirnya. “Aku dimarahi…” mata yang berkaca-kaca. “Memang sih aku salah. aku memberi anak orang es krim tanpa ijin. Tapi sangat sedikit karena aku kasihan pada anak itu.” “Siapa yang memarahi kamu. siapa?” tanya Arsen yang celingukan mencari orang. “Sudah pergi.” Yerin meng
Hari ini setelah mengajar, Yerin langsung pergi ke mall. Ada buku yang harus ia beli. Buku tambahan untuk pengajarannya. Yerin masuk ke dalam toko buku yang berada di mall. Setelah mendapat buku yang akan dibeli, Yerin berjalan ke rak yang berisikan novel. Membeli satu novel lalu membayarnya. Yerin keluar dari toko buku dengan menenteng buku-bukunya. Ia berhenti di sebuah stand es krim. Membeli satu dan memilih untuk duduk sebentar. ia sudah mengabari Arsen bahwa dia mungkin telat pulang karena mampir ke mall. Ia duduk memakan es krim dan membuka novelnya. Novel romance namun bercampur aksi. Novel yang berada di jajaran rak terlaris. Yerin mulai membacanya—sesekali memakan es krimnya dengan tenang. Sampai…. Anak perempuan yang tiba-tiba mengampirinya. “Hai…” Yerin tersenyum. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada tanda-tanda ibu anak perempuan ini. “Tunggu di sini sama aunty ya?” Yerin mengangkat anak itu duduk di sampingnya. “Mama kamu ke mana?” Bo
“Morning.” Yerin bertopang dagu menatap Arsen yang memejamkan mata. Bukannya bangun—tapi malah menarik pinggang istrinya. “5 menit.” “Seperti itu terus.” Yerin berdecak pelan. “Aku akan membuat sup. Kamu pasti pengar.” Yerin bangkit—tidak menghiraukan suaminya yang masih ingin memeluknya. Yerin pergi ke dapur untuk memasak sup. Sendiri—tanpa ikut campur pelayan yang ada di sana. Ia memasak sup dengan telaten. Setelah siap—ia membawa ke atas. Dilihat suaminya tercinta belum bangun. Malah terlelap di bawah selimut. “Kamu harus ke kantor loh…” Yerin mendekat. membawa sup yang ia bawa. Menaruhnya di atas nakas samping ranjang. Arsen bangun—ia bersandar pelan. memejamkan mata—kepalanya yang berat. Efek mabuk semalam. “Aku tidak ingin pergi ke kantor.” “Lalu? kamu mau ikut aku ke sekolah?” tanya Yerin. Arsen membuka mata. Istrinya yang selalu cantik meski hanya menggunakan piyama santai. “Tidak mungkin.” Arsen tertawa pelan. “Ayo bangun.” Yerin mengusap r