Share

Chapter 242

Author: Iamyourhappy
last update Last Updated: 2025-09-10 08:33:10

“Kakak bawa mainan!” Eve memasuki rumahnya dengan ceria.

Ada ibunya yang duduk dengan santai.

Namun wajahnya juga tidak bisa menyembunyikan keresahan.

Murung—begitupun dengan Grey yang tidak bersemangat sama sekali.

Bahkan untuk berangkat ke sekolah saja tidak mau.

“Grey!” panggil Eve mendekati adiknya yang sedang memainkan sebuah lego.

“Kakak bawa Lego dan mobil baru.” Eve meletakkan maianan yang ia bawa ke atas meja.

Grey meliriknya sebentar saja.

Eve melirik Ibunya.

Ibunya pun hanya menggeleng pelan.

“Kamu…” Eve menatap adiknya yang berada di sampingnya. “Kamu masih sedih karena tidak jadi ikut turnamen?” tanyanya.

Tidak menjawab, tapi hanya sebuah anggukan kecil.

Bibir yang tertekuk—mencerminkan kesedihan yang mendalam.

“Masih ada pertandingan lagi tahun depan. Kamu harus semangat,” ucap Eve mengusap puncak kepala adiknya. “Tahun depan pasti tubuh kamu lebih kuat lagi.”

“Aku tidak mau!” Teriak Grey marah. “Aku udah berlatih dengan keras. Aku masih pemain inti. Tapi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 244

    “Kakak sudah bersusah payah untuk meminta pada Om Bastian agar kamu bisa masuk ke daftar pemain. Meskipun menjadi cadangan dan entah dimainkan atau tidak, kamu harus tetap semangat.” Eve berjongkok. Ia merapikan seragam adiknya. Seragam pemain Basket yang diidam-idamkan oleh adiknya. Warnya putih dan ada tulisan nama Grey di punggung. Grey mengangguk dengan semangat. “Kalau nanti aku tidak bermain. aku sudah sangat bahagia. Ini pertandingan pertamaku. Terima kasih kak!” Grey memeluk Eve dengan sangat gembira. Eve tersenyum. Ia juga ikut bahaga melihat adiknya yang bahagia. Sesuai dengan permintaannya, Grey masuk ke dalam daftar pemain. Meskipun hanya sebagai cadangan. Eve juga memantau keadaan adiknya secara langsung. ia juga berdiskusi dengan dokter yang menangani adiknya. Maksimal Grey bsia bermain adalah selama 5 menit saja. Untuk mengurangi resiko tiba-tiba sesak. Eve keluar dari mobil—menggandeng adiknya bersama mamanya untuk masuk ke arena tribun. “Grey k

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 243

    Tok tok! “Sir ada yang ingin bertemu!” itu suara sekretaris yang berada di depan pintu. “Masuk!” Pintu terbuka… Perlahan dengan pasti seorang perempuan melangkah masuk. Eve memberanikan diri untuk menemui Bastian padahal dia sendiri yang mengusir pria itu. Eve memejamkan mata sebelum berbicara. “Saya datang sebagai wali Grey. Ada hal yang ingin saya bicarakan mengenai adik saya,” ujarnya dengan formal. Bastian yang menunduk—sibuk melihat dokumen padahal sudah ia lihat semuanya. Ia tidak bisa menahan senyumnya. Karena sungguh lucu. Eve mengernyit. ‘Dia pasti mengejekku.’ Menatap Bastian sinis. Ketika Bastian mendongak. Eve segera memasang senyum ramah dan bahagia. “Karena sudah berada di sini. Sa-ya—” menunjuk dirinya sendiri. Bastian tersenyum. “Saya sebagai ketua Akademi, saya menolakk Grey masuk ke dalam daftar pemain. Karena resikonya terlalu besar.” “Keadaan Grey tidak menentu dan tidak bisa dipastikan. Saya tidak mau, saat dia sudah berada di arena per

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 242

    “Kakak bawa mainan!” Eve memasuki rumahnya dengan ceria. Ada ibunya yang duduk dengan santai. Namun wajahnya juga tidak bisa menyembunyikan keresahan. Murung—begitupun dengan Grey yang tidak bersemangat sama sekali. Bahkan untuk berangkat ke sekolah saja tidak mau. “Grey!” panggil Eve mendekati adiknya yang sedang memainkan sebuah lego. “Kakak bawa Lego dan mobil baru.” Eve meletakkan maianan yang ia bawa ke atas meja. Grey meliriknya sebentar saja. Eve melirik Ibunya. Ibunya pun hanya menggeleng pelan. “Kamu…” Eve menatap adiknya yang berada di sampingnya. “Kamu masih sedih karena tidak jadi ikut turnamen?” tanyanya. Tidak menjawab, tapi hanya sebuah anggukan kecil. Bibir yang tertekuk—mencerminkan kesedihan yang mendalam. “Masih ada pertandingan lagi tahun depan. Kamu harus semangat,” ucap Eve mengusap puncak kepala adiknya. “Tahun depan pasti tubuh kamu lebih kuat lagi.” “Aku tidak mau!” Teriak Grey marah. “Aku udah berlatih dengan keras. Aku masih pemain inti. Tapi

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 241

    Berjalan diikuti oleh sekretarisnya. Bastian akan melihat langsung bagaimana siswanya berlatih. h-7 hari sebelum lomba. Bastian duduk di tribun sembari melihat anak-anak berlatih. Ada satu anak yang menyadari kehadirannya. Grey, bocah itu melambaikan tangan padanya. Bastian tersenyum—ia membalas lambaian tangan bocah itu. Wajahnya sungguh mirip dengan mantannya. “Bagaimana bisa mereka semirip ini?” “Apa, sir?” tanya Marrie yang berada di samping Bastian. “Tidak…” Bastian menggeleng pelan. “Bagaimana keadaan anak itu!” menunjuk Grey dengan dagunya. “Berdasarkan data—” Marrie membuka ipadnya. “Dia baik-baik saja. Asal jam latihannya lebih sedikit dari teman-temannya.” “Kemampuannya juga sama dengan teman-temannya yang melakukan latihan lebih lama. Bisa dilang dia sangat berbakat, namun terhalang dengan tubuhnya.” Marrie menatap Grey. “Sayang sekali, dia anak yang berbakat dan sangat ceria.” Arsen melipat kakinya ke atas. Melihat Grey yang sedang berlari dan

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 240

    “Tidak.” Eve memutar tubuhnya. “Aku berterima kasih atas bantuanmu. Tapi cukup sampai di sini.” Bastian berdiri—ia melangkah. “Berhenti. tetap di sana!” Eve merentangkan tangannya ke depan. Bemaksud mencegah Bastian mendekatinya. “Aku akan mengganti jasmu besok.” Eve sudah memakai jas Bastian dengan nyaman untuk menutupi blouse yang kotor. “Baiklah.” Bastian memejamkan mata sebentar. “Tapi aku akan mengantarmu. Mobilmu tertinggal di sana bukan?” “Itu bukan urusanmu,” balas Eve. “Jangan bersikap baik padaku.” Bastian menatap Eve lekat. “Kau masih marah padaku?” “Kau pikir?” Eve menyipitkan mata. “Tidak semudah itu aku bersikap biasa padamu.” “Eve…” lirih Bastian. “Aku minta maaf mengakhiri hubungan kita begitu saja dan pergi tanpa kejelasan apapun. Tapi percayalah, waktu itu keadaanku sangat sulit dan aku—” “Berhenti, Bastian.” Eve memejamkan mata sebentar. “Aku tidak butuh penjelasanmu. Aku hidup dengan baik setelah kita berakhir. Aku menjalani hidupku seperti bias

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 239

    Sempat terdiam beberapa detik. Eve menggeleng pelan. Ia harus mengesampingkan masalah pribadinya demi menolong korban kecelakaan.“Bagus!” Eve mengangguk. “Untungnya kau ada!” menunjuk Bastian. “Kemarilah!” Eve mengangkat tangannya. “Bantu aku mengangkat korban ke dalam mobilmu!” Bastian menunjuk dirinya sendiri. diangguki oleh Eve dan akhirnya ia buru-buru menuruti perkataan Eve. Ada tiga dua orang yang mengalami luka parah yang harus segera ditolong. Untuk itu Eve membawanya ke dalam mobil Bastian. Di dalam mobil pun Eve tidak bsia berhenti. meski lukanya sudah terbalut oleh kain—tapi darah terus mengucur. “Ke Rumah Sakit Harapan!” ujar Eve. “Jangan menuju ke sana macet. Akan lebih dekat ke rumah sakit Skyline.” “Baiklah. Lebih cepat!” perintah Eve. Bastian melirik Eve yang berada di kursi belakang. Ia hanya supir yang membantu mantan kekasihnya itu. “Tetap sadar bapak.” Eve berusaha membangunkan dua bapak yang sangat lemah itu. “Sebentar lagi kita sampai di rumah saki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status