“Aku tidak tahu hidupku akan berubah begitu cepat. Terima kasih sudah melahirkan anak – anakku, Moreau.”
Mengapa Abihirt tiba – tiba membicarakan hal ini? Iris biru terang Moreau bergerak gelisah. Benar – benar mencoba untuk menemukan jawaban, tetapi tidak ada sedikitpun petunjuk yang akan memberitahunya. “Aku tidak pernah merasa sehidup ini sebelum bertemu dengan kalian.”Sekarang pria itu menambahkan. Jadi, anak – anak akan menjadi pegangan hidup Abihirt sekarang? Semoga saja. Moreau tidak tahu apa yang perlu dia katakan, tetapi menyerahkan senyum tipis sambil menyingkirkan tangan Abihirt dan menjaga jarak supaya mereka tetap berada di batasan masing – masing.“Anakmu adalah anakku. Sudah menjadi tugasku melahirkan dan merawat mereka. Kau bisa selesaikan semua urusanmu di sini. Setelah itu pergilah. Gabriel sudah menunggu terlalu lama.”Bagaimanapun, Moreau belum siap membuk“Hai.”Sebuah sapaan yang membuat Moreau secara naluriah menghentikan langkah. Tidak ada petunjuk bahwa Abihirt akan menunggunya di parkiran. Dia pikir pria itu tidak akan datang, karena biasanya Abihirt masuk ke dalam dan memesan sesuatu.Mungkin suasana hati pria itu sedang bagus, sehingga tidak memutuskan untuk minum?Sebelah alis Moreau bergerak memahami situasi mereka belakangan ini. Setidaknya, dia tidak perlu khawatir bahwa Abihirt akan melakukan sesuatu yang buruk.“Apa yang kau lakukan di sini?” kemudian bertanya sembari melangkah lebih dekat.Tubuh jangkung Abihirt—selalu mengharuskan Moreau untuk menengadah. Sekelebat—terlalu cepat, dia mendapati senyum tipis mantan suami Barbara sebelum itu akhirnya berubah menjadi tatapan intens dan bagaimana tangan Abihirt menyentuh bahunya.“Aku menunggumu pulang.”Itu yang dikatakan, tetapi Moreau memutuskan untuk menunduk sekad
“Aku tidak tahu hidupku akan berubah begitu cepat. Terima kasih sudah melahirkan anak – anakku, Moreau.”Mengapa Abihirt tiba – tiba membicarakan hal ini? Iris biru terang Moreau bergerak gelisah. Benar – benar mencoba untuk menemukan jawaban, tetapi tidak ada sedikitpun petunjuk yang akan memberitahunya.“Aku tidak pernah merasa sehidup ini sebelum bertemu dengan kalian.”Sekarang pria itu menambahkan. Jadi, anak – anak akan menjadi pegangan hidup Abihirt sekarang? Semoga saja.Moreau tidak tahu apa yang perlu dia katakan, tetapi menyerahkan senyum tipis sambil menyingkirkan tangan Abihirt dan menjaga jarak supaya mereka tetap berada di batasan masing – masing.“Anakmu adalah anakku. Sudah menjadi tugasku melahirkan dan merawat mereka. Kau bisa selesaikan semua urusanmu di sini. Setelah itu pergilah. Gabriel sudah menunggu terlalu lama.”Bagaimanapun, Moreau belum siap membuk
Seseorang berdiri di halaman depan rumahnya sambil menyandarkan tubuh di badan mobil. Moreau tahu kepada siapa pria itu bersedia menunggu lebih lama. Abihirt. Beberapa waktu lalu mantan suami Barbara meminta izin untuk meminjam kamar mandi. Abihirt sedang mandi, ya, tetapi mungkin tidak apa – apa mendatangi pria itu sekadar memastikan kapan akan selesai. Tidak ada firasat yang menyiratkan bahwa sesuatu akan terjadi. Moreau sendiri menunjukkan sikap tenang ketika beranjak masuk ke dalam ruangan. Ada lekuk dinding sebagai pembatas menuju kamar mandi. Dia tidak memikirkan situasi tertentu. Terus melangkah, seperti itu, sampai tumbukkan tubuhnya bersama seseorang membuat suasana di antara mereka terasa canggung. Moreau tidak sengaja, sungguh. Abihirt kebetulan baru saja melangkah keluar dari kamar mandi, dan bagian paling mengejutkan adalah ... lilitan handuk di tubuh pria itu terlepas. Sial. Mantan suami Barbara tidak mengenakan apa pun di sana. Sementara Moreau harus melihat semua de
Sudah terlalu lama usai anak – anak meminta Abihirt untuk menemani mereka ke kamar. Sama seperti Moreau diam – diam mendengar bahwa Lore dan Arias ingin dibacakan dongeng sebelum tidur. Mereka semua tahu Abihirt tidak akan menolak, bahkan terlalu mudah bagi pria itu sekadar mengajukan kesepakatan.Sekarang ... setelah kembali ke rumah. Moreau dapat mengiring alasan paling masuk akal, mengapa pria itu tidak keluar kamar—tidak berada di sofa seperti seharusnya. Barangkali Lore dan Arias masih ingin ayah mereka tetap di sana untuk menemani, tetapi dia cukup yakin jika anak – anak sering kali tertidur sebelum pukul sembilan. Waktunya sudah lewat dari saat – saat tersebut. Seharusnya tidak sulit bagi Abihirt untuk melarikan diri.Mungkinkah pria itu mengambil kesempatan untuk berada lebih lama di kamar bersama anak – anak?Benak Moreau menyimpulkan pelbagai hal yang dia sendiri tidak pernah setuju. Tidak ingin anak – anak terganggu
“Aku tidak melihatmu memakai satu pun.”Jawaban Abihirt nyaris membuat Moreau menelan ludah kasar. Dia mengerjap singkat, kemudian berkata, “Perhiasanku masih ada. Aku hanya tidak ingin memakainya.” Sambil menengadah. Ingin melihat langsung bagaimana reaksi Abihirt ketika pria itu mungkin diseret kembali pada peristiwa di masa lalu. Saat pernikahan Froy; dan pada peristiwa di mana Barbara mengambil kembali gelang yang wanita itu ambil lagi darinya.Sebuah tatapan yang teduh. Hanya itu.Moreau tidak bisa menebak lebih banyak. Sedikit yakin bahwa Abihirt tidak nyaman membicarakan hal dulu ... sudah pernah terjadi.“Tidak apa – apa. Aku hanya ingin memberikan hadiah untukmu. Kau cantik ....”Senyum Abihirt melengkapi sisanya. Moreau gugup. Dia mungkin akan terbawa arus tak terduga. Terpaku nyaris tak bisa melakukan apa pun. Kemudian, ciuman singkat mendarat di keniangnya. Benar – benar sangat mengejutkan. Bahkan m
“Anak – anak akan mencarimu jika kau tidak menemui mereka.” Itu yang Moreau katakan. Sungguh, hanya ingin mengalihkan perhatian Abihirt, tetapi tidak pernah menduga bahwa pria tersebut akan membuat mereka saling berhadapan. Satu sentuhan lainnya. Moreau melirik keberadaan tangan mantan suami Barbara di bahunya. Semua terasa sangat dekat—bagamana Abihirt mungkin membuat suasana di antara mereka menjadi kacau. “Anak – anak tidak akan datang. Tidak akan menggangguku bersama ibu mereka.” Pernyataan Abihirt dalam sekejap menyeret pelbagai pemikiran Moreau untuk mengambil kesimpulan secara serius. Anak – anak sudah diberi tahu agar tidak melakukan apa pun? Pria itu mengajari mereka hal – hal yang seharusnya tidak diperlukan? Abihirt memang sialan! Moreau sudah menyiapkan diri sekadar meluapkan segala bentuk kemarahan yang bersarang luar biasa hebat. Dia menarik napas dalam – dalam. Nyaris mengatakan setiap ungkapan—terkumpul di ujung tenggorokan, tetapi tiba – tib