Dengan bibir setengah terbuka, Moreau yakin dia sudah siap mengatakan sesuatu, sebelum tiba – tiba Abihirt bicara kepada Caroline.
“Kau bisa simpan bolpoin ini ke tempatnya. Satu lagi, bisakah kau lanjutkan pekerjaan Moreau di sini?” Bentuk keinginan ayah sambungnya mulai terasa ganjil. Moreau ingin membantah—tentu. Hanya saja dia tidak mendapat kesempatan ketika Caroline lagi – lagi bersikap patuh. “Baik, Tuan.” Wanita itu bahkan langsung mengerjakan sesuatu berdasarkan perintah. Semuanya. Yang tak dapat Moreau sangkakan jika dia masih berusaha mencari cara terbebas dari situasi menjebak di sini. Abihirt mungkin telah menyiapkan sesuatu, sehingga satu – satunya hal yang dilakukan adalah menunggu langkah Caroline benar – benar menjauh. Ya, persis ketika bahu wanita itu sudah tak terlihat, tiba – tiba Moreau merasa seperti melayang. Abihirt mengangkat tubuhnya hampir tanpa peringatan. Secara naluriah dia nyaris berteriak, tetapi penyesuaian diri yang tep“Mommy, kenapa kita ada di sini? Apa aku akan disuntik lagi?”Arias yang malang. Selalu merasa ketakutan ketika mereka menginjakkan kaki ke rumah sakit. Terkadang, suasana seperti ini sangat meremas perasaannya, tetapi Moreau selalu ingin bocah lelaki itu tegar menghadapi situasi—yang memang, sering kali sangat sulit untuk dipahami.“Tidak, Sayang. Kau tidak akan disuntik. Bukankah Mommy bilang kalau kita akan bertemu Daddy?”“Apa Daddy sakit?”“Ya, Daddy harus dirawat sementara waktu di sini.”Moreau tersenyum tipis ketika akhirnya harus memutuskan kontak mata bersama Arias. Mereka masih berjalan tentatif menuju ruang rawat. Belum ada informasi tambahan. Lagi pula, dia belum sempat menukar nomor telepon—ntah itu dari ponsel Gabriel atau milik Abihirt langsung. Mungkin nanti. Saat situasi mulai terkendali.Mereka sudah benar – benar dekat, kebetulan. Moreau hanya perlu mengulu
“Bagaimana kabar Tuan Abi? Apa dia baik – baik saja?” Demikian yang Caroline tanyakan ketika kali pertama Moreau menginjakkan kaki di rumah. Dia sudah menunggu sepanjang malam. Berharap akan ada saat – saat di mana Abihirt membuka mata, tetapi tidak, sehingga memutuskan untuk kembali—pulang sesaat demi mencari sedikit ketenangan dari anak – anak. Hanya mereka yang paling tidak ... bisa membuat Moreau merasa lebih baik. Biasanya, di waktu seperti ini Lore dan Arias sedang bermain. Mungkin tidak apa – apa, dia rasa, menatap Caroline skeptis sambil melangkahkan kaki. Wanita paruh baya itu dapat dipastikan membuntuti ke mana dia akan pergi. Tidak mungkin membiarkan pertanyaan yang diajukan beberapa saat lalu, dibiarkan menggantung di antara mereka—terlalu lama. Sambil menghela napas kasar. Moreau segera berkata, “Dia belum siuman, Caroline. Aku tidak tahu apa yang membuatnya butuh waktu lebih lama.” Itu sudah cukup menjelaskan bagaimana situasi di antara mereka
“Maaf jika aku mengganggumu, Moreau.”Suara Robby kali pertama menyelesaikan keheningan di antara mereka. Moreau akan berusaha mengerti, meski pelbagai pertanyaan yang sama masih menggantung serius di balik bahunya.“Bagaimana kau bisa ada di sini?”Itu yang pada akhirnya dia ajukan. Robby tampak menunduk untuk beberapa saat. Memang hanya sebentar. Mereka kembali dihadapkan kebutuhan melakukan kontak mata. Betapa Moreau perlu disergap usaha keras ketika mencoba memahami bagaimana Robby menatapnya dengan cara tidak biasa. Dia tak bisa memungkiri bahwa pria itu terlihat menahan diri, seakan diliputi satu prospek untuk tetap merahasiakan beberapa hal.“Aku tadi pergi ke rumah-mu, karena saat ingin menemuimu di klub ... kau ternyata tidak ada di sana. Tidak pernah menduga kalau ada seorang pria—aku tidak begitu mengenalnya dari belakang.”Ada jeda beberapa saat. Ntahlah, Moreau merasa seolah Robby sedang menunggu saat &n
“Ms, apa yang Anda lakukan?” Moreau masih terisak parah, tetapi secara tak terduga ... suara Gabriel muncul ... menarik perhatiannya supaya kembali ke permukaan. Butuh usaha keras sekadar menenangkan diri. Ketika berhasil melakukannya, secara tentatif pula Moreau memutuskan untuk mengangkat wajah. Dia menekan kelopak mata sendiri terlalu kuat; sekarang dampaknya, pemandangan di sekitar cukup buram dan diperlukan waktu beberapa saat sekadar melihat situasi yang sedang dihadapi lebih jelas. Moreau menelan ludah kasar setelah menoleh dan justru mendapati Gabriel menjulang tinggi di belakang—sambil memegangi segelas kopi, seolah tidak terjadi apa pun; dan pria itu tidak menyesali sebuah kehilangan “Abi ... aku menangisi Abi.” Dengan polosnya Moreau menambahkan jawaban, tetapi dia malah mendapati Gabriel mengangkat sebelah alis tinggi. Barangkali ada sesuatu yang salah? Benak Moreau bertanya – tanya; naluri murni dalam dirinya mendesak untuk berpikir
Dari mana Abihirt mendapatkan foto dua bayi ketika mereka masih begitu merah? Mungkinkah Lore? Benaknya bekerja sangat cepat untuk menemukan jawaban. Tidak. Moreau tidak akan marah jika Abihirt membutuhkan foto anak – anak mereka untuk mengingatkan bagaimana segala bentuk keputusan yang pria itu ambil di masa lalu adalah kesalahan besar. Lagi pula, memang tidak ada gunanya jika Moreau ingin meledak. Tidak melihat tindakan Abihirt sebagai ancaman. Sudah seharusnya mereka memulai; memperbaiki kesalahan di masa lalu dengan hati – hati, tetapi apakah dia masih pantas berharap bahwa pria itu akan baik – baik saja? Dengan cepat, Moreau menyingkirkan air yang jatuh merambat di sudut matanya. Dia perlu tahu informasi tambahan. Gabriel sedang tidak di rumah sakit, meski cukup yakin pria itu akan segera kembali. Mungkin perawat akan mencarinya. Tidak dimungkiri, Moreau bahkan tidak bisa menghitung sudah berapa lama dia menyembunyikan diri di sin
Perhatian Moreau lurus terpaku pada ruang rawat darurat. Sempat ingin menerobos masuk saat kali pertama petugas medis memberikan pertolongan serius kepada Abihirt—yang sungguh, sudah tidak sadarkan diri selama perjalanan. Sekarang tidak tahu bagaimana. Sangat bertanya – tanya berapa lama mereka akan selesai? Akankah dia mendengar berita bagus tentang mantan ayah sambungnya?Pelbagai kekacauan di benak Moreau membentuk terjangan ombak besar. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa sebuah kehilangan setelah dulu ... harus mati – matian menyingkirkan bayangan tentang pria itu.Abihirt telah berusaha melakukan banyak hal. Moreau tidak akan memaafkan diri sendiri sampai sesuatu yang benar – benar buruk terjadi. Seperti dia tidak akan memaafkan Abihirt jika pria itu tidak mau bertahan.“Ms, sebaiknya Anda membersihkan diri terlebih dahulu.”Tubuh Moreau sedikit tersentak saat suara Gabriel merambat di balik bahunya.