“Aku punya kejutan untukmu, Darling.”
Betapa Barbara tidak sabar menunggu saat – saat seperti ini muncul di dalam hidupnya. Dia sudah mengatur semua dengan sangat baik. Sengaja menyambut Abihirt lewat antusiasme yang meningkat pesat ketika pria itu baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. Sekelebat muncul bayangan bingung di garis wajah suaminya. Barbara tidak peduli. Hanya membayangkan, mungkin ... akan ada reaksi tak terduga lain saat Abihirt mengetahui apa yang sedang benar – benar ingin dikatakan. Di belakang tubuhnya juga terdapat sebuah bukti murni untuk lebih meyakinkan Abihirt. Barbara menggenggam sangat erat hingga rasanya dia akan lupa tentang bagaimana cara memulai percakapan. “Kejutan apa?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar dingin. Mereka memang belum kembali utuh, ini mungkin hanya suatu formalitas yang harus. Tidak ada perceraian dan seharusnya itulah yang terjadi di antara mereka. “Ini.” Akhirnya, Barbara mengeluarkan“Aku merencanakan semua sejak awal dan memang berharap segera hamil. Lagi pula, ketidaksengajaan seperti ini sering kali terjadi. Kita tidak bisa hanya berharap pada alat pengaman. Tidak ada jaminan kalau aku tidak akan hamil selamanya. Sudah telanjur juga. Apa lagi yang bisa diharapkan? Aku hamil dan kau akan menjadi seorang ayah. Itu point pentingnya.” Barbara merasa ini adalah kebutuhan berdebat paling final, tetapi tidak pernah menyangka Abihirt akan mengatakan sebuah pertanyaan yang terdengar sangat menyudutkan. “Tidakkah kau berpikir sedikit lebih pintar, Barbara?” Tidak tahu apa maksud suaminya menjabarkan hal tersebut. Firasat Barbara secara brutal mengingatkan jika dan jika Abihirt masih ingin menyangkal situasi di antara mereka. Sudah terlambat. Dia merasa sangat puas membayangkan bagaimana kemenangan akan berada di tangannya. “Aku sudah memikirkan semua dampak buruk dari kehamilan ini sejak awal. Tentang umurku yang tak lagi mudah ... jelas merupa
“Mengapa tiba – tiba Mr. Lincoln memintamu menemuinya di sini?” Suara Juan menyelinap setelah keheningan yang pekat. Ntahlah, Moreau tak bisa menduga dengan tepat. Sejak awal, dia sudah dikejutkan oleh kiriman pesan dari pria itu sebelum meninggalkan restoran, yang menyerahkan kesan ganjil di benaknya. Ini sesuatu yang tidak pernah dan tiba – tiba gambaran buruk menyerang Moreau sampai ke dasar jurang. Dia berharap bisa mendapatkan sedikit petunjuk, tetapi perlu setidaknya menunggu kemunculan Abihirt. Pertemuan di sebuah jalan sepi. Moreau tak pernah ingat kapan ayah sambungnya mungkin mengatakan keinginan seperti ini. Sedikit bersyukur bahwa Juan masih bersedia menawarkan diri untuk menemani. Mungkin memang ada sesuatu yang penting sehingga permintaan Abihirt terdengar seperti bencana besar. Moreau secara naluriah menegakkan tubuh di sandaran jok setelah mendeteksi siraman cahaya di kejauhan adalah Rolls Royce ayah sambungnya. Sangat menakutkan menimbang bah
“Kau ingat kata aman-mu?” Ya, seharusnya. Seharusnya Moreau mengingat setiap detil hal yang harus dilakukan ketika Abihirt telah melampaui batas. Namun, dihadapkan pada kenyataan bahwa perubahan signifikan dari pria itu menjadi masalah serius ... mendadak, seluruh tingkat kesadaran dalam dirinya berubah pesat. Moreau tidak bisa membayangkan apakah akan ada kata aman untuknya atau tidak. Semua begitu mengerikan. Suasana pengabaian yang sejak awal terjadi, hingga mereka telah terperangkap di sini, masih meninggalkan jejak mengkhawatirkan. Dia merasa takut menyaksikan bagaimana jari – jari kasar Abihirt menggenggam pecut kuda dan betapa itu terlihat seperti sesuatu yang merekat bersama ayah sambungnya. “Kau tidak menjawabku, Moreau.” Ada penekanan di balik suara serak dan dalam Abihirt. Moreau secara naluriah menegakkan tubuh. Ketegangan di balik punggungnya tidak pernah berakhir. Butuh usaha keras untuk memastikan bahwa dia tidak menggantung pria itu di sini.
Sekarang, betapa Moreau menyadari bagaimana dia dituntut separuh menelungkup di permukaan meja yang dingin dengan kedua kaki masih menyentuh lantai ruangan. Paling tidak, benaknya masih sangat mengingat penataan di tempat ini. Semua; termasuk sanggup membayangkan bahwa ada pantulan wajah mereka di dalam cermin. Ya, di dalam cermin ketika sisanya masih menjadi pertanyaan besar. Hanya kebetulan bunyi gesper dari celana kain Abihirt terdengar kasar ke permukaan. Moreau segera mengerti apa yang akan pria itu lakukan. Proses bermain dan bagaimana pria itu merasa puas oleh kebutuhan memberi rasa sakit, telah selesai. Lebih adil jika dia menyebut kali ini tahap menuju hidangan utama. Sambil menelan ludah susah payah, reaksi murni dalam dirinya merasakan jemari kasar Abihirt menuntun agar Moreau membuka kedua kaki lebar. Pria itu tidak akan menunggu dia benar – benar siap, sebaliknya gairah mengerikan sudah tidak lagi termasuk di antara bayangan yang dapat ditahan. Jari – ja
Abihirt mengacak – acak rambut kasar. Sial, kehamilan Barbara membuat semua menjadi kacau. Tidak ada unsur kesengajaan terhadap desakan memberi Moreau rasa sakit. Dia hanya ... lepas kendali dan tidak bisa berpikir lebih jernih mengenai apa yang mungkin akan terjadi. Gadis itu segera mendapat penanganan serius, sementara tuntutan dalam dirinya tidak bisa menyangkal bahwa air mata Moreau, erangan kesakitan yang berusaha ditahan – tahan dan hampir seluruh bagian dari mereka, telah membuat dia benar – benar kehilangan arah. Seperti ada ketukan serius yang mendorong kemampuan berpikir baik menjadi tumpul. Abihirt tidak akan pernah memungkiri jika dia merasa sangat takut kehilangan. Tak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Moreau. Tatapan terluka dari iris biru terang itu seperti menghujamkan ribuan senjata besar. Rasanya jauh lebih sakit dibanding serangan dari benda – benda tajam. Apa yang terjadi kepada Moreau, dia tidak mengerti. Pukulan keras seperti apa yang memb
Kelopak mata Moreau mengerjap berulang kali sekadar mengembalikan sesuatu yang terasa begitu hilang. Sulur – sulur siraman lampu ruangan seperti berusaha menerobos masuk agar sepenuhnya meningkatkan pengelihatan di langit – langit yang tampak begitu kosong Dia ada di mana? Benak Moreau bertanya – tanya, sembari mempertahankan upaya tetap terlihat tenang. Sesuatu dalam dirinya sempat mengira bahwa dia sedang berada di suatu tempat di mansion Abihirt. Meski informasi tersebut akhirnya menjadi kusut saat kemunculan wajah seseorang—diliputi senyum tipis, menghadang, seperti memberi petunjuk samar. Penampilan itu tak bohong. Sekarang Moreau mengerti. Paling tidak, ada sedikit kelegaan bahwa rasa sakit mencengkeram di perutnya tidak sebrutal di awal. Dia perlahan membuka bibir, terdapat sedikit pemikiran yang perlu diungkapkan. Ini tidak akan bisa ditahan lebih lama. “Apa yang terjadi denganku, Suster?” Seharusnya bukan pertanyaan demikian yang Moreau katakan. Dia
Pintu kamar dibuka secara paksa. Akhirnya .... Barbara tersenyum puas saat mendapati bagaimana napas Abihirt terlihat menggebu, kemudian ekspresi pria itu berkerut heran setelah menemukan situasi baik – baik saja di antara mereka. Tidak ada apa pun. Seharusnya memang seperti demikian. Jika Abihirt akan marah, hal tersebut adalah bagian dari dampak yang dia putuskan. Barbara tidak berusaha peduli. Dia hanya memikirkan kemungkinan terburuk dari kehendak suaminya; bahwa tidak akan ada keinginan menginjakkan kaki di rumah setelah perdebatan panjang mereka. Ini seperti membiarkan pria itu membayar sesuatu yang tidak dibeli dengan uang. Barbara siap menghadapi pelbagai siklus kemarahan, asal keputusan yang diambil telah memberinya petunjuk ... paling tidak, sedikit mengetahui bagaimana Abihirt masih peduli dan mereka dapat memutuskan untuk tetap mempertahankan keberadaan seorang anak di tengah badai pernikahan. Tidak akan terlalu buruk membicarakannya lagi. Situasi mer
“Besok aku akan memberi tahu Mrs. Voudly kalau kau tidak bisa ikut latihan. Sekarang jangan pikirkan apa pun. Istirahatlah sampai kau merasa lebih baik.” Ada keharusan menatap wajah Juan. Moreau tersenyum tipis sebagai tanggapan pertama dan berkata, “Terima kasih, Juan Baker. Kau yang terbaik. Aku mencintaimu.” Dia ingin memeluk pria itu, tetapi mengurungkan niat saat menyadari sabuk pengaman masih merekat di tubuhnya. Mungkin memang tidak seharusnya. Suasana hati Moreau terlalu buruk sekadar menyingkirkan sisa rasa sakit yang seperti diseludupkan secara paksa. “Kau tidak mau singgah?” dia bertanya sesaat, setelah menyiapkan diri membuka pintu mobil. Juan mengedikkan bahu tak acuh. Jelas tidak ada keinginan melangkahkan kaki masuk. Terlalu buruk. Mengingat situasi di antara mereka juga tidak pernah mendukung. Juan cukup mengenal Barbara dan pria itu jauh terpuaskan saat memutuskan untuk menghindari konflik apa pun bersama ibunya. Tiba – tiba ponsel Moreau b
“Setelah mencoba untuk membunuhku. Kau pikir apa yang bisa dibicarakan lagi?” Desis suara Barbara menuntut banyak hal. Menunjukkan kemungkinan terburuk. Moreau meringis ketika wanita itu melakukan pergerakan dan jelas memberi beberapa dampak mengerikan. Ujung pisau yang tajam sudah menyentuh—sedikit menekan hingga dia harus menelan ludah kasar. Barbara sungguh akan berada di luar batas. Demikian yang Moreau sadari bahwa Abihirt juga memikirkan hal serupa. Pria itu terus menunjukkan gestur supaya Barbara tidak lepas kendali. Jarak tersisa di antara mereka nyaris bisa terbaca untuk situasi lebih memungkinkan, meski kemudian suara serak dan dalam Abihirt terdengar. “Kau tidak ingin bercerai, bukan begitu?” “Lalu apa? Seseorang yang datang di hidupku dengan tujuan membalaskan dendam. Kau pikir apa yang bisa kuharapkan jika ingin pernikahan ini terus berlangsung? Hidup di neraka menghadapi sikapmu yang selalu dingin? Pantas saja. Sekarang aku sudah mengerti mengapa kau terlihat cen
“Sepertinya kau benar. Sudah seharusnya kau sangat menyesal membesarkanku selama ini, karena aku mungkin akan mengatakan betapa hebatnya Abi di ranjang. Dia memberiku pengalaman yang sepertinya tidak kau dapatkan darinya.” “Kau menyebut sebuah tempat penuh dengan mainan seks. Ya, kau benar. Aku memang sering berada di sana. Kami melakukan banyak adegan seks dan itu menyenangkan bagiku. Kau tahu ... dia bilang dia sangat mencintaiku. Setelah menceraikanmu, kami mungkin akan menikah. Sekarang aku tidak keberatan lagi harus menerima statusnya sebagai mantan ayah sambungku. Kau dan aku sendiri tidak pernah memiliki hubungan darah. Kurasa itu bukan masalah besar.” Moreau tersenyum lebar, walau di dalam hatinya begitu banyak rasa sakit tidak terungkapkan. Dia hanya ingin membalas setiap kata – kata menyedihkan Barbara supaya itu menjadi harga lebih pantas, dan menyembunyikan semua yang saat ini masih tersisa adalah jalan pintas terbaik. Barbara mulai terpancing. Baguslah
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain
“Di sini sudah tidak aman, Moreau. Kau bisa tinggal di kediamanku selama yang kau mau.” Suara serak dan dalam pria itu terdengar persis setelah melewati ambang pintu kamar mandi. Sebelah alis Moreau terangkat tinggi sebagai respons pertama, kemudian bertanya, “Tinggal di kediamanmu? Bagaimana dengan ibuku?” “Aku menceraikannya.” “Menceraikannya? Bukankah kalian sepakat menghancurkan karier-ku?” “Aku tidak tahu kalau dia akan menyebarkan bukti perselingkuhan yang diambil dari kamarmu. Tapi satu hal harus kau tahu. Program itu khusus kubuat untuk mendiang ibuku. Aku bahkan belum tiba di sana sekadar mengetahui apakah acara yang kubuat berjalan dengan baik atau tidak. Ibumu melakukan sabotase, supaya aku tidak hadir tepat waktu dan dia bisa menyebarkan kebohongan. Kau tak seharusnya percaya apa yang dikatakan ibumu. Wanita licik itu berusaha merusak hubungan kita.” Hubungan kita .... Moreau menggarisbawahi pernyataan terakhir ayah sambungnya. Tidak a
Tersisa mereka berdua. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana Abihirt seperti memperhatikan wajahnya begitu lamat. Tidak ada peringatan, pria itu segera melangkahkan kaki menuju kamar, bahkan menjatuhkan tubuh Moreau sangat hati – hati untuk duduk di pinggir ranjang. Sekarang, Abihirt bersimpuh diliputi kebutuhan menerawang ke penjuru kamar. Moreau mengernyit. Sedikit heran menyadari ayah sambungnya seperti mendapat sesuatu, kemudian pria itu berjalan ke arah nakas—mengambil sebuah benda asing; bukan kepunyaan Moreau, apalagi Juan. “Kamera kecil.” Suara serak dan dalam Abihirt seperti bergumam. Itu jelas membuat Moreau berpikir lamat. Samuel mendesak supaya dia menuntun pria tersebut menuju kamar. Apakah mungkin? “Kurasa, dia ingin mengirimkan bukti rekaman kepada ibumu.” Sepertinya, metode analisis Abihirt bekerja lebih cepat. Moreau mengakui itu terdengar masuk akal. Hanya merasa tak yakin mengapa ibunya melakukan hal demikian. “Boneka