“Aku tidak tahu.”
Moreau hampir bisa mendengar sendiri betapa suara yang terungkap dari ujung tenggorokan begitu getir. Rasa takut tidak bisa dihindari begitu saja. Dia tidak punya pengalaman untuk menyembunyikan lonjakan dalam dirinya terhadap sebuah alat detektor. Akan terlalu buruk jika poligraf merekam respons tubuh yang tidak dapat dikendalikan; respons yang dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dia yakin; ketika berada di meja sidang Barbara, semua akan menjadi sangat – sangat berbeda. “Kita memikirkan masalah ini nanti. Aku hanya penasaran dari mana ibumu memiliki kenalan seperti wanita yang duduk di hadapannya tadi?” Tidak ada yang tahu. Moreau tidak pernah mendapat informasi seperti itu. Koneksi Barbara luas. Masuk akal mengapa Barbara sanggup melakukan beberapa hal yang tidak pernah mereka pikirkan. “Hanya ibuku yang tahu Juan,” ucap Moreau singkat ketika Juan telah menyalakan mesin mobil. Dia menatap keluar jendela. Masih memperhatikan gedung kantor ibuny“Mommy, apakah kami tidak akan pernah bertemu dengan Daddy lagi?” Anak – anak menunjukkan sikap marah kepada Abihirt, tetapi Moreau tahu ... bagian tersudut dalam diri mereka masih menginginkan kebersamaan seperti sedia kala. Tidak ada yang tahu kapan saat – saat tersebut mungkin akan kembali terjadi. Sudah cukup lama Abihirt meninggalkan rumah mereka. Memang semacam sebuah kelegaan, yang akhirnya membuat dia harus menyaksikan bagaimana Lore dan Arias begitu murung—tadi. Udara dari celah bibir Moreau berembus kasar. Sudah saatnya untuk tidak melamun. Dia mengerjap. Mengendarkan pemandangan ke pelbagai arah di sekitar area parkir. Memang. Setelah pelbagai percakapan bersama anak – anak, mereka sepakat bahwa Moreau akan pergi membelanjakan beberapa makanan ringan, termasuk es krim yang tidak pernah tertinggal dari daftar pilihan, mengingat dia tetap memutuskan untuk tidak pergi bekerja. Yakin Arias dan Lore sudah menunggu tidak sabar, Moreau tersenyum tipis. Sedikit tid
Moreau terkesiap ketika dia harus kehilangan pegangan. Abihirt sudah menjulang sangat dekat. Atmosfer di sekitar semacam sesuatu yang terasa besar dan mengancam. Berharap bisa menghindari pria itu lebih cepat. Masalahnya, mantan suami Barbara tahu untuk benar – benar menyingkirkan sisa jarak di antara mereka.“Matilah kau, Abi! Aku tidak ingin melihatmu ada di dunia ini lagi!”“Menjauh dariku.”Moreau terus melakukan usaha pemberontakan setelah mendeteksi bagaimana tangan Abihirt terangkat. Dia menepis lengan pria itu kuat. Tujuan penghindaran masih sama. Masih dengan langkah terus dibawa mundur ke belakang, hingga secara tak terduga ... lengan sofa membuat kakinya kehilangan pijakan.Moreau nyaris jatuh—rasanya seperti membiarkan kejut listrik diperlambat. Dia melihat sendiri bagaimana Abihirt menunjukkan reaksi murni—ingin menarik tubuhnya, tetapi naluri liar menuntut supaya penolakan berakhir lebih pasti.Ta
“Moreau, buka pintunya. Kau tidak bisa percaya kata – katanya begitu saja. Dia bohong. Kami tidak pernah memiliki hubungan apa pun.”Ketukan pintu yang keras sebenarnya menjadi masalah besar. Moreau tidak pernah berharap Abihirt masih di sana, berusaha membujuknya, sementara dia harus pergi bekerja. Mantan suami Barbara jelas akan melakukan sesuatu ketika pintu dibuka; berusaha menjelaskan pelbagai macam hal yang Moreau sendiri tidak berusaha mendengar lebih banyak. Dia lelah. Juga takut bahwa apa pun tindakan Abihirt di luar akan memberi dampak kepada anak – anak.Lore dan Arias sedang meletakkan wajah di pangkuannya. Moreau yakin ke mana perhatian anak – anak. Dia harus mati – matian mengendalikan diri supaya tidak menangis di hadapan mereka. Sangat berharap bahwa akhirnya suara Abihirt akan segera hilang terendam.Sayup, nyaris tidak ada apa pun lagi. Untuk beberapa saat Moreau menunggu. Sedikit memulai hitungan dan sekarang cuku
Moreau menggeleng samar. Ini merupakan petunjuk di mana Abihirt memulai hubungan mereka dengan kebohongan. Meminta kesempatan kedua, tetapi yang pria itu lakukan justru kembali membuatnya menjadi orang ketiga. Tidakkah Abihirt berpikir bahwa dia tidak pernah menginginkan hal ini lagi? Tidak pernah ingin menjadi duri bagi siapa pun di sekitar mereka? Mengapa masih tega melibatkannya ke dalam urusan yang begitu ingin dihindari? Moreau yakin Abihirt mengerti bagaimana caranya menatap, sehingga pria itu segera berkata, “Dengarkan aku, Moreau. Ini tidak seperti yang kau—“ “Tutup mulut sialanmu dan pergi dari sini!” Moreau tidak ingin mendengar apa pun; juga tidak berusaha menatap ekspresi wajah Menesis. Dia segera melangkah pergi. Untuk saat ini, rumah adalah persembunyian terbaik. Hanya saja, sesuatu dalam dirinya tidak memperhitungkan saat di mana ... anak – anak berlarian—diliputi satu tujuan instan sekadar menemui Abihirt. Hampir. Moreau segera bersimpuh dan menan
“Kau akan berangkat sekarang?”Tubuh Moreau tersentak ketika suara serak dan dalam Abihirt seperti merangkak secara perlahan di balik bahunya. Pria itu tidak salah. Hanya kebetulan dia terlalu fokus memeriksa beberapa barang bawaan dengan posisi tas jinjing yang diletakkan di bangku kemudi; hal ini sering kali dilakukan saat memanaskan mobil.“Apa yang kau lakukan di sini?”Alih – alih menjawab Abihirt. Moreau malah mengajukan pertanyaan. Segera berbalik badan sekadar menghadap pria yang saat ini—menjulang tinggi di hadapannya.“Sudah kubilang, aku akan kembali untuk menemuimu dan anak – anak.”Tidak tahu mengapa ... rasanya cukup canggung setelah mereka berhubungan badan semalam. Moreau mengerjap. Tidak ingin terbawa oleh arus, yang terus mengingatkannya pada setiap detil peristiwa di antara mereka.“Kami tidak butuh kau temui setiap saat,” ucapnya serius. Biarkan Abihirt akan membuat pe
Takut menyampaikan hal – hal buruk lainnya. Menesis memutuskan untuk menunduk. Pelbagai desakan hebat menuntut supaya dia bisa memikirkan bentuk penghindaran yang tepat. Abihirt luar biasa mengerikan dengan sikap seperti ini. Dia tidak pernah berharap bahwa tiba – tiba pria itu akan kembali mengambil tindakan mencekik. “Aku—aku hanya ....” “Aku mengingatkanmu untuk tidak melakukan apa pun. Jangan melibatkan anak – anakku ke dalam urusan gilamu, apalagi sampai melakukan sesuatu yang buruk kepada ibu mereka. Kau mengerti?” Belum selesai. Menesis harus mendengar pembelaan panjang dari mulut Abihirt. Dia berharap bisa menjadi Moreau. Maka, seharusnya bisa merasakan seperti apa mendapati pria itu akan melakukan segala sesuatu demi membelanya di belakang. “Aku hanya ingin kau menjadi milikku. Tidak lebih,” ucap Menesis setelah mengumpulkan usaha penuh tekad. “Dengan mencelakai orang lain?” Sebaliknya, Abihirt kembali membuat dia terp