“Tidak becus!”
“Aku hanya memberimu satu pekerjaan mudah, dan kau malah membiarkan pelacur itu lolos begitu saja?”Kemarahan Menesis meledak luar biasa hebat ketika informasi tidak menyenangkan itu sampai di telinganya. Sorot mata di sana memancarkan bara yang menyala – nyala. Dia merasa sangat ingin melampiaskan sesuatu dengan apa pun; supaya tidak mengingat setiap detil kegagalan adalah hal memalukan.Tigo.Pria yang seharusnya menyelesaikan semua tindakan kotor untuknya, malah muncul diliputi penampilan nyaris tak tergambarkan. Wajah penuh dengan lebam dan bagian paling menyedihkan ketika Tigo hampir tak bisa melangkah dengan tegap. Sesekali pula, dia harus mendapati bagaimana pria itu meringis kesakitan.Menesis menarik napas dalam – dalam. Menunggu saat di mana Tigo akan mengatakan sesuatu sebagai alasan paling masuk akal. Informasi dari Regina cukup menyirami separuh pengetahuan yang dia miliki; tentang pria kaya; ma“Jangan berpura – pura bodoh. Kita semua tahu kau pergi ke klub semalam.” Mendadak, lidah Menesis menjadi keluh. Dia menatap Abihirt tak percaya. Berharap bisa melakukan sesuatu dengan cepat, tetapi Abihirt segera meneruskan, “Tidak perlu menyangkal. Bukti cctv menunjukkan kau keluar dari ruang VIP dan tidak lama setelah itu Moreau menyusul dengan seseorang mengejarnya di belakang.”Apa yang bisa Menesis katakan sekarang? Dia tahu Abihirt tak bodoh. Sebaliknya, mengandalkan bukti rekaman di klub untuk membuat dia tergugup. Nyaris tidak bisa memikirkan prospek terbaik sekadar menghindari pelbagai masalah serius. Pria itu sudah pernah memberinya peringatan. Apakah ini akan menjadi akhir dari kebebasan yang mungkin dia miliki? “Aku—aku, aku kalap, Abi!” ucap Menesis setengah terbata, tetapi dia telah mengumpulkan keberanian penuh tekad untuk meninggikan suara di hadapan Abihirt. Reaksi tenang membuat sesuatu dalam diri Menesis seakan tergantung tanpa alasan. Masih
“Tidak becus!”“Aku hanya memberimu satu pekerjaan mudah, dan kau malah membiarkan pelacur itu lolos begitu saja?”Kemarahan Menesis meledak luar biasa hebat ketika informasi tidak menyenangkan itu sampai di telinganya. Sorot mata di sana memancarkan bara yang menyala – nyala. Dia merasa sangat ingin melampiaskan sesuatu dengan apa pun; supaya tidak mengingat setiap detil kegagalan adalah hal memalukan.Tigo.Pria yang seharusnya menyelesaikan semua tindakan kotor untuknya, malah muncul diliputi penampilan nyaris tak tergambarkan. Wajah penuh dengan lebam dan bagian paling menyedihkan ketika Tigo hampir tak bisa melangkah dengan tegap. Sesekali pula, dia harus mendapati bagaimana pria itu meringis kesakitan.Menesis menarik napas dalam – dalam. Menunggu saat di mana Tigo akan mengatakan sesuatu sebagai alasan paling masuk akal. Informasi dari Regina cukup menyirami separuh pengetahuan yang dia miliki; tentang pria kaya; ma
Ada keengganan dari cara anak – anak menatap ke arahnya, tetapi mereka segera setuju. Moreau menunggu beberapa saat sampai dia benar – benar melihat tubuh si kembar menghilang dari balik pintu. Prospek yang membuatnya dengan cepat pula menoleh diliputi kilatan marah. Mungkin Abihirt menyadari beberapa hal yang seharusnya mereka bicarakan. Tenggorokan pria itu tampak bergerak; antara ragu dan gugup, diikuti posisi punggung yang bersandar lebih tegak di sandaran ranjang.“Jika kau ingin menyalahkanku terhadap apa yang terjadi semalam. Tidak apa – apa. Aku akan bersiap dan pergi dari sini.”Suara serak dan dalam itu bahkan menambahkan dengan cepat. Moreau nyaris terpaku saat di hadapannya Abihirt tampak bersiap untuk mencodongkan tubuh sekadar mengambil pakaian yang berserak semalam.Tidak. Dia mencegah dengan menahan lengan pria itu, menunggu sampai mantan suami Barbara menatap bingung, meski tidak coba mengajukan pertanyaan.&nb
Siraman cahaya dari arah kamar menarik kesadaran Moreau supaya mengerjap. Masih cukup lelah, tetapi sudah saatnya untuk terbangun. Dia mengernyit ketika merasakan keberadaan seseorang di bawah tubuhnya. Perlahan, mulai memaksakan diri sekadar memahami situasi di sekitar dan kemudian terkejut mendapati Abihirt masih tertidur lelap di sana.Pemberontakan dalam diri Moreau ingin berteriak sekeras – kerasnya. Namun, hal yang dia lakukan hanya tersentak. Sedikit bingung bagaimana mereka berada di bawah selimut yang sama, tanpa sehelai pakaian.Apa yang terjadi?Moreau berusaha mengingat kembali peristiwa semalam. Rasanya terlalu malu ketika ingatan tentang dia yang membujuk Abihirt supaya mereka melakukan ‘sesuatu’ ... berdua, menyambar dengan deras.Dalam sekejap Moreau bisa merasakan bagaimana wajahnya telah memanas. Ada desakan untuk melampiaskan rasa kesal, tetapi siapa yang perlu disalahkan?Mereka tidak bisa mengendalikan situasi dengan ba
Ini sudah terjadi. Apa lagi yang bisa Moreau katakan? Tidak mungkin menyingkirkan Abihirt, saat dampak dari tegukan vodka masih meninggalkan bekas kebakaran dan baranya. Dia memang menginginkan ini. Membiarkan Abihirt memberi dorongan seksual untuk saling mendambakan—lebih serius; dan sekarang ... mula – mula satu tangan pria itu berpindah—melakukan sapuan ringan dari celah payudara; melewati tulang rusuk, hingga tertahan di antara kedua kakinya.Moreau menelan ludah kasar saat Abihirt mengangkat wajah, seperti sengaja, seolah ingin melihat langsung bagaimana dia akan bereaksi. Ketika menyadari masih tidak ada protes terucap, secara tentatif pula satu jari pria itu mencelup masuk ke dalam tubuhnya.Moreau menggigit bibir tanpa sadar, tetapi mungkin hal tersebut memberi Abihirt dampak tak terduga. Pria itu menggeram samar dan segera menyambar bibirnya dengan brutal.Tidak pernah membiarkan seorang pun menyentuhnya. Selalu bermain sendiri. Sampai akhir
“Kau perlu beristirahat sampai merasa lebih baik.”Situasi di sekitar Moreau hampir membuatnya kewalahan. Mereka tidak melakukan banyak hal, selain Abihirt yang menempati janji; tidak akan melakukan sesuatu di luar kendali tanpa izin. Pria itu bahkan menjatuhkan tubuhnya begitu hati – hati di permukaan ranjang.Ada keabsahan di mana Moreau menyadari mantan suami Barbara akan mengambil tindakan untuk meninggalkan kamar. Abihirt sedang menghindarinya karena tahu beberapa hal tidak diinginkan mungkin akan terjadi.“Aku membutuhkanmu, Abi.”Moreau mengambil tindakan dengan cepat. Naluri murni telah mengambil alih. Dia menarik lengan pria itu supaya kembali bersimpuh di hadapannya. Mereka terlalu dekat. Satu prospek di mana Moreau bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah; menangkup rahang Abihirt, lalu menyerahkan ciuman—rasanya terlalu singkat ketika Abihirt memutuskan untuk mengambil jarak. Pria itu bahkan menahan kedua ta