Ernest menurunkan kaca mobil, dia melihat siapa yang datang dan mengetuk kaca mobil Seok Hyeon. "Ya, ada apa Tuan?" Tanya Ernest masih dengan nada yang sopan. Ada tiga orang pria yang datang, dua diantaranya hanya diam di belakang satu orang pria bertato. "Kami hanya ingin menumpang pergi dari sini," ucap pria bertato. Ernest menoleh pada Seok Hyeon, bermaksud meminta pendapat atau jawaban yang sekiranya tepat. "Tapi kami tidak ingin pergi saat ini Tuan, kami ada urusan di sini."Itu suara Seok Hyeon, dia yang mengambil alih memberi jawaban. Pandangan pria itu sudah sangat tajam dan lurus, apalagi saat melihat ada dua orang pria lagi yang terlihat siap untuk baku hantam kapan saja. "Maaf Tuan, kami tak bisa mengantar kalian ke mana pun." Ernest menyahuti. Lalu dengan gerakan yang sangat natural dia berusaha menutup kembali kaca mobil. Akan tetapi gerakan Ernest tersebut dihentikan oleh pria bertato. Sontak membuat ketegangan di sana semakin kuat. "Aku tahu kalian ingin pergi d
Glok Mayer di saku belakang celana Seung Jo sudah dikeluarkan. Dia hendak membidik ke arah pria yang tampak sangat mencurigakan. Akan tetapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan Jackson yang membidik dengan tepat ke arah betis kaki kiri pria tersebut. Dor!Dengan satu kali tembakan, pria tersebut tersungkur di tanah begitu saja. Kali ini Angyu yang mengejarnya, meski dengan kaki yang terluka pria tadi masih tetap berusaha lari dari tempat itu. "Nona Hiraya, tetaplah di sini. Tetap berada di tempat yang aman bersama ku!" Perintah Seung Jo pada Hiraya. Aktor itu tentu paham apa yang ada di kepala Hiraya. Gerakan gamang dari Hiraya yang hendak berlari ke arah pria misterius itu membuat Seung Jo dengan cepat menghentikannya. Hiraya menoleh ke arah Seung Jo, dari sorot matanya yang bergerak-gerak gelisah sudah menjelaskan semuanya. Hiraya benar-benar panik dan tak tahu harus berbuat apa. Angyu sendiri sudah membekuk pria misterius itu, si pria mengenakan penutup wajah. Dengan cepat
"Jangan dengarkan ucapan Seung Jo tadi, abaikan saja dia." Hwang Dong Hae tampak kesal dengan ucapan salah satu artisnya. Pria empat puluh tahun itu kemudian berjalan dengan langkah yang pelan, wajahnya tertunduk. Tampak sekali memikirkan banyak hal, dia mendekat ke arah Hiraya lalu menatap gadis itu dengan serius. "Sekarang bisa kau jelaskan dengan tenang apa yang sebenarnya terjadi? Aku perlu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum menentukan tindakan," tegas Hwang Dong Hae. Hiraya menundukkan kepalanya, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dagunya terangkat untuk menatap lurus ke arah direktur utama Diamond Entertainment. "Aku tadi sedang menemui rekanku di kedai ramyeon dekat sungai Han. Di saat obrolan ku dengannya sedang berlangsung, tiba-tiba saja ada lima orang pria bertubuh besar datang mengepung kami. Bahkan pemilik kedai sampai lari tunggang langgang sebab kedatangan mereka yang bak perusuh," papar Hiraya dengan jelas. Hwang Dong Hae manggut-
"Ku rasa juga begitu, orang yang sudah berani menggunakan senjata api tentu orang yang tidak biasa." Lee Rang menyetujui ucapan Hae Sun. Ada jeda pula di kalimat pria itu. Sementara Hae Sun hanya diam dan tak menanggapi dengan kata-kata apapun. "Siapa pun itu, yang jelas orangnya pasti sedang mengintai kau dan Nona tadi. Kemungkinan dia orang yang cukup dekat dengan kalian, jadi tahu saat yang tepat kalian bertemu." Begitu Lee Rang menyelesaikan kalimatnya, Hae Sun menoleh pada pria itu. Keningnya berkerut dalam, meminta penjelasan lebih lanjut dari asumsi Lee Rang. "Kau mencurigai orang terdekat kami?" Tanyanya dengan memicingkan mata. Lee Rang mengangguk mantap, karena memang begitu adanya. Pikirannya tak bisa diam saja saat mendengar fakta yang ada. Lee Rang Langsung fokus pada orang-orang terdekat Hae Sun dan Hiraya. "Tentu, karena tidak mungkin kalian diintai selama 24 jam secara penuh. Kemungkinan besar ada musuh di balik selimut, atau ponsel maupun kamera di rumah kalian
Dokter keluar dari ruang operasi Yoshi, kedatangan pria dengan jas putih itu membuat Hiraya dan Ernest kompak berdiri. "Keluarga Nona Yoshi Haibara?" Tanya dokter tersebut dengan sopan. Hiraya mengangguk kecil, "Kami keluarganya Dok!"Hiraya sedikit berbohong sebab tak mungkin harus menghubungi pihak keluarga Yoshi yang sebenarnya di saat seperti ini. Lagi pula keluarga gadis itu semuanya berada di Jepang, meski dia merupakan keturunan Jepang- Korea Selatan. Tapi tak ada satu pun anggota keluarganya yang masih menetap di negeri ginseng itu. "Bagaimana keadaan Yoshi Dok?" Tanya Ernest yang sangat penasaran bercampur khawatir pada sahabat sang istri. Dokter tersebut tersenyum sekilas, mencoba meyakinkan keduanya bahwa semuanya baik-baik saja. "Operasinya lancar, peluru juga sudah berhasil dikeluarkan. Untungnya tidak mengenai organ dalam, hanya saja pasien masih belum bisa ditemui. Setelah ini pasien juga akan di pindahkan ke ruang rawat inap guna di observasi serta masa pemulihan
"Ah ya, tentu saja." Itu adalah jawaban singkat tanpa arti apapun yang Hiraya berikan pada Ernest. Meski sudah bersama selama hampir enam bulan ini, tapi Hiraya benar-benar belum mampu mempercayai Ernest. Pria itu juga tak banyak bertanya setelahnya, dia hanya mengangguk samar. Di lima menit berikutnya mereka semua telah sampai di kawasan rumah Ernest dan Hiraya. Begitu turun raut wajah serius dari Joan dan Haru membuat Hiraya seketika merinding. Dia takut ada hal-hal buruk seperti tadi pagi yang terjadi. "Ernest, kami akan tetap berjaga di depan rumah. Jadi kalian tak perlu khawatir," ucap Haru dengan tegas. Sepertinya dia bodyguard itu telah membuat kesepakatan dengan Ernest tadi. Sebab biasanya ketika di rumah, Joan dan Haru akan berjaga di salah satu rumah yang berada tepat di samping rumah Hiraya dan Ernest. Tapi kali ini mereka berdua malah akan berjaga di depan rumah. "Hmm. Baiklah," jawab Ernest singkat. Kedua bodyguard itu berjaga dan bertugas sesuai apa yang dikataka
"Aku bersumpah tidak akan berurusan dengan siapapun di dunia entertainment. lebih-lebih lagi dengan artis yang terkena skandal!"Suara penuh tekad serta kebencian itu menggema di ruangan, bahkan dinginnya AC tidak memberi pengaruh apa-apa untuk kepala seorang gadis yang seolah-olah tengah mendidih."Hei! tarik kembali ucapanmu itu Hiraya Carlisle!" Tegur seorang wanita cantik berkacama itu galak, dia melotot tajam pada temannya yang baru saja mengucapkan sumpah serapah.Gadis bernama Hiraya Carlisle itu hanya menolehkan kepalanya malas, temannya yang satu ini tidak bisa membiarkan dirinya senang."Apa lagi nona Yoshi Haibara?" Hiraya berjalan mendekati temannya dengan wajah bersalah yang dibuat-buat. "Apa kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan tadi? Tidak akan berurusan dengan artis yang terkena skandal. Hei bangun nona muda, dua hari lagi kamu akan menikahi artis yang seperti itu." Yoshi meletakkan berkas yang ada ditangannya kasar. Mendengar ucapan dari temannya membuat Hiraya te
"Apa kamu sudah gila? Untuk apa uang sebanyak itu!" Suara penuh penekanan itu membuat buku kuduk Hiraya berdiri karena takut. Saat ini dia sedang menemui sang direktur utama Diamond Entertainment, Hiraya mau melakukan negosiasi tentang pernikahan kontraknya dengan salah satu artis di agensi itu. Tapi dia tidak mau menyerah begitu saja, jika agensi ini bisa bertindak sesukanya maka Hiraya juga bisa melakukan hal yang sama."Dari awal bukankah ide ini sudah gila tuan, jadi apa salahnya aku memberikan sedikit kegilaan lagi? Toh uang sebanyak itu tidak akan membuat agensi ini bangkrut dalam sehari!" Hiraya duduk santai dan menyenderkan tubuhnya di kursi yang berhadapan langsung dengan atasannya. "Tapi aku tidak mungkin memberimu uang itu Hiraya, untuk pernikahan kontrak kalian karir yang bagus sudah lebih dari cukup sebagai imbalannya," ucap Hwang Dong Hae menahan emosi. Baru kali ini dia berhadapan dengan road manager yang begitu berani, mendadak dia harus membayar apa yang dia renca