Glok Mayer di saku belakang celana Seung Jo sudah dikeluarkan. Dia hendak membidik ke arah pria yang tampak sangat mencurigakan. Akan tetapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan Jackson yang membidik dengan tepat ke arah betis kaki kiri pria tersebut. Dor!Dengan satu kali tembakan, pria tersebut tersungkur di tanah begitu saja. Kali ini Angyu yang mengejarnya, meski dengan kaki yang terluka pria tadi masih tetap berusaha lari dari tempat itu. "Nona Hiraya, tetaplah di sini. Tetap berada di tempat yang aman bersama ku!" Perintah Seung Jo pada Hiraya. Aktor itu tentu paham apa yang ada di kepala Hiraya. Gerakan gamang dari Hiraya yang hendak berlari ke arah pria misterius itu membuat Seung Jo dengan cepat menghentikannya. Hiraya menoleh ke arah Seung Jo, dari sorot matanya yang bergerak-gerak gelisah sudah menjelaskan semuanya. Hiraya benar-benar panik dan tak tahu harus berbuat apa. Angyu sendiri sudah membekuk pria misterius itu, si pria mengenakan penutup wajah. Dengan cepat
"Jangan dengarkan ucapan Seung Jo tadi, abaikan saja dia." Hwang Dong Hae tampak kesal dengan ucapan salah satu artisnya. Pria empat puluh tahun itu kemudian berjalan dengan langkah yang pelan, wajahnya tertunduk. Tampak sekali memikirkan banyak hal, dia mendekat ke arah Hiraya lalu menatap gadis itu dengan serius. "Sekarang bisa kau jelaskan dengan tenang apa yang sebenarnya terjadi? Aku perlu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum menentukan tindakan," tegas Hwang Dong Hae. Hiraya menundukkan kepalanya, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dagunya terangkat untuk menatap lurus ke arah direktur utama Diamond Entertainment. "Aku tadi sedang menemui rekanku di kedai ramyeon dekat sungai Han. Di saat obrolan ku dengannya sedang berlangsung, tiba-tiba saja ada lima orang pria bertubuh besar datang mengepung kami. Bahkan pemilik kedai sampai lari tunggang langgang sebab kedatangan mereka yang bak perusuh," papar Hiraya dengan jelas. Hwang Dong Hae manggut-
"Ku rasa juga begitu, orang yang sudah berani menggunakan senjata api tentu orang yang tidak biasa." Lee Rang menyetujui ucapan Hae Sun. Ada jeda pula di kalimat pria itu. Sementara Hae Sun hanya diam dan tak menanggapi dengan kata-kata apapun. "Siapa pun itu, yang jelas orangnya pasti sedang mengintai kau dan Nona tadi. Kemungkinan dia orang yang cukup dekat dengan kalian, jadi tahu saat yang tepat kalian bertemu." Begitu Lee Rang menyelesaikan kalimatnya, Hae Sun menoleh pada pria itu. Keningnya berkerut dalam, meminta penjelasan lebih lanjut dari asumsi Lee Rang. "Kau mencurigai orang terdekat kami?" Tanyanya dengan memicingkan mata. Lee Rang mengangguk mantap, karena memang begitu adanya. Pikirannya tak bisa diam saja saat mendengar fakta yang ada. Lee Rang Langsung fokus pada orang-orang terdekat Hae Sun dan Hiraya. "Tentu, karena tidak mungkin kalian diintai selama 24 jam secara penuh. Kemungkinan besar ada musuh di balik selimut, atau ponsel maupun kamera di rumah kalian
Dokter keluar dari ruang operasi Yoshi, kedatangan pria dengan jas putih itu membuat Hiraya dan Ernest kompak berdiri. "Keluarga Nona Yoshi Haibara?" Tanya dokter tersebut dengan sopan. Hiraya mengangguk kecil, "Kami keluarganya Dok!"Hiraya sedikit berbohong sebab tak mungkin harus menghubungi pihak keluarga Yoshi yang sebenarnya di saat seperti ini. Lagi pula keluarga gadis itu semuanya berada di Jepang, meski dia merupakan keturunan Jepang- Korea Selatan. Tapi tak ada satu pun anggota keluarganya yang masih menetap di negeri ginseng itu. "Bagaimana keadaan Yoshi Dok?" Tanya Ernest yang sangat penasaran bercampur khawatir pada sahabat sang istri. Dokter tersebut tersenyum sekilas, mencoba meyakinkan keduanya bahwa semuanya baik-baik saja. "Operasinya lancar, peluru juga sudah berhasil dikeluarkan. Untungnya tidak mengenai organ dalam, hanya saja pasien masih belum bisa ditemui. Setelah ini pasien juga akan di pindahkan ke ruang rawat inap guna di observasi serta masa pemulihan
"Ah ya, tentu saja." Itu adalah jawaban singkat tanpa arti apapun yang Hiraya berikan pada Ernest. Meski sudah bersama selama hampir enam bulan ini, tapi Hiraya benar-benar belum mampu mempercayai Ernest. Pria itu juga tak banyak bertanya setelahnya, dia hanya mengangguk samar. Di lima menit berikutnya mereka semua telah sampai di kawasan rumah Ernest dan Hiraya. Begitu turun raut wajah serius dari Joan dan Haru membuat Hiraya seketika merinding. Dia takut ada hal-hal buruk seperti tadi pagi yang terjadi. "Ernest, kami akan tetap berjaga di depan rumah. Jadi kalian tak perlu khawatir," ucap Haru dengan tegas. Sepertinya dia bodyguard itu telah membuat kesepakatan dengan Ernest tadi. Sebab biasanya ketika di rumah, Joan dan Haru akan berjaga di salah satu rumah yang berada tepat di samping rumah Hiraya dan Ernest. Tapi kali ini mereka berdua malah akan berjaga di depan rumah. "Hmm. Baiklah," jawab Ernest singkat. Kedua bodyguard itu berjaga dan bertugas sesuai apa yang dikataka
Ernest buru-buru masuk ke dalam balkon yang ada di lantai dua. Hiraya mengikutinya dan duduk di sofa panjang ruang tengah, sementara Lee Hyun masih ada di kamar Ernest yang juga ada di lantai tersebut. Aktor 28 tahun itu juga menutup pintu balkon, membuat Hiraya mengerutkan keningnya penuh curiga. Hiraya hanya bisa melihat keberadaan Ernest yang memang ada di sana karena pintu balkon terbuat dari kaca. "Telefon dari siapa hingga dia harus bersembunyi di sana?" Tanya Hiraya dengan sinis. Gadis itu melirik tajam ke arah balkon, seolah-olah tengah melampiaskan kemarahannya pada Ernest padahal pria itu tak menyadarinya. Di sisi lain Ernest langsung menggeser tombol hijau begitu sampai di balkon rumah. Panggilan dari Seok Hyeon adalah alasannya, entah kabar apa yang akan disampaikan oleh rekannya itu. "Halo Seok Hyeon, ada apa?" Tanya Ernest mengawali panggilan. ["Ernest ada hal yang ingin aku sampaikan padamu!"] Seru Seok Hyeon dari balik sambungan telepon, dia terdengar sangat meng
Hiraya akhirnya memilih untuk pergi ke rumah sakit guna mengunjungi Yoshi. Dia sudah lelah berdebat dengan Ernest. Gadis itu memang tidak cemburu, dia hanya sedang kesal kenapa Ernest membiarkan Lee Hyun kembali bekerja tanpa dihukum lebih dulu. Malah pria itu asik berbincang entah dengan siapa dibalik sambungan telepon. "Apa yang ada di otak pria itu sebenarnya?" Tanya Hiraya pada dirinya sendiri begitu dia keluar dari rumah dan hendak menuju mobil. Begitu tangannya akan menyentuh gagang pintu, matanya membulat ketika melihat ad pantulan dua orang pria bertubuh tinggi besar lengkap dengan otot tubuh yang besar-besar. "Astaga Joan, Haru!" Pekik Hiraya sambil membalikkan badan dan memegangi dadanya, dia benar-benar terkejut. Hiraya masih paranoid akibat kejadian di Sungai Han. Jantungnya masih sering berdegup tidak normal begitu melihat ada pria yang berperawakan tinggi besar dan memiliki otot-otot. "Kalian mengagetkan ku!" Sembur Hiraya lagi. "Ah maaf Nona! Kami hanya menjalank
"Kau dengar itu Hiraya? Bukan kau yang bersalah dan harus meminta maaf. Jadi berhentilah bersikap seolah-olah kau pelakunya!" Tegas Yoshi yang membuat Hiraya berhambur memeluknya. "Hei hati-hati!" Seru Seok Hyeon dengan khawatir. Dia takut kalau Hiraya tak sengaja menyentuh luka tembak Yoshi yang baru tadi selesai diobati. Hiraya yang paham akan hal itu juga memelankan pergerakan. Dia tentu tidak bodoh atau lupa dengan apa yang sedang dialami Yoshi. "Aku sudah berhati-hati Seok Hyeon, tenanglah!" Setelah acara pelukan itu, Hiraya menjauhkan diri. Dia masih berdiri di samping brangkar tempat Yoshi berbaring. Sementara Seung Jo dan Seok Hyeon ada di sampingnya, dekat dengan kaki Yoshi. "Emm Seok Hyeon, sepertinya kita harus keluar. Dua perempuan ini butuh waktu untuk bicara?" Seung Jo melirik ke arah Hiraya dan Yoshi secara bergantian. Dia memahami kalau keduanya memang membutuhkan waktu dan ruang untuk berbicara antar perempuan dan juga sahabat. Seok Hyeon menyadari ada yang diin