Yoshi mendecik sebal, untuk perkara kecil saja Hiraya harus diajari lebih dulu. "Kamu pasti bisa melakukannya, sudah percaya diri saja!" Yoshi menyemangati. Dia tersenyum lebar dan mengepalkan kedua tangannya di depan dada, seperti supporter bola!"Kenapa kamu bisa santai begitu hah! Kamu pikir hal ini mudah bagiku?" Hiraya mengatakannya dengan segenap rasa kesal yang ada di hatinya. Gadis itu menendang kaki Yoshi yang menyilang dibawah meja, dengan high heels setinggi lima senti yang Hiraya kenakan sudah bisa dipastikan bagaimana rasanya. Yoshi hanya meringis, dia mengusap-usap kakinya yang sudah pasti akan membiru. "Tentu saja, apa susahnya bersikap manis. Apalagi dengan suami sendiri!" Yoshi ikut nyolot, dia tidak mau kalah begitu saja dengan Hiraya. "Suami apanya! Dia hanya partner nikah kontrakku saja!" Hiraya mengeluarkan alibi. Mendengar hal tidak masuk akal itu Yoshi hanya tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya pelan, untuk apa Hiraya malu mengakui kalau Ernest a
"Nanti apa?" Tanya Hiraya dengan nada yang tidak santai. Dia mendelik tajam pada Ernest yang ada di sampingnya. Ernest hanya tersenyum kecil, lucu melihat Hiraya yang gampang sekali naik darah. "Nanti saat memberiku kejutan, kamu kan bilang begitu kemarin." Hiraya memutar bola matanya malas, dia lalu duduk tenang di kabin pesawat. Gadis itu tak berniat menikmati perjalanan karena lelah. Sudah pasti Ernest akan mengganggunya nanti. Akan tetapi, karena tak melakukan apa-apa. Hiraya malah tertidur pulas sepanjang perjalanan. Ernest yang melihat sang istri tidur malah tersenyum manis. Kepala Hiraya juga jatuh ke pundak Ernest yang memang ada di sampingnya. Keduanya duduk berdampingan di kabin yang kelas bisnis. "Kenapa dia bisa semanis ini ketika tidur?" Ernest mengusap-usap kecil pipi Hiraya, hingga gadis itu menggeliat kecil sebab terusik. Ernest menarik tangannya, berhenti menganggu Hiraya dan membiarkan gadis itu kembali lelap ke alam mimpi. "Kau sangat polos ketika tidur, tap
Yoshi mendelik tajam, dia lekas memukul kepala Seok Hyeon dengan garpu yang ada di tangannya. Tak!"Aduh!" Pekik Seok Hyeon yang langsung memegangi kepalanya sendiri. Dia tak menyangka pukulan ringan dari Yoshi bisa sesakit itu!"Yang benar saja kalau bicara! Mana ada aku iri pada mereka hah!" Dengan Yoshi dengan tatapan yang tajam. Di saat yang sama Hiraya dan Ernest tiba di meja mereka bertiga. Keduanya menatap bingung ke arah Yoshi dan Seok Hyeon yang tampak jelas sedang bertengkar. "Ada apa ini Yoshi? Kau bertengkar dengan Seok Hyeon, hei ini Paris. Bagaimana kalau ada Paparazi yang melihatnya?" Hiraya berusaha melerai keduanya yang masih terlibat perang dingin. Sementara Lee Hyun hanya menghela nafas panjang, di mana-mana dia hanya menjadi penonton keributan para artis dengan road managernya. "Aku tak peduli, dia dulu yang mulai!', Yoshi cemberut, dia dalam mode ngambek. Ernest malah tertawa kecil, lalu menarik kursi di sebelah Seok Hyeon dan duduk di sana. "Kalian selalu
Hiraya masih tak mengerti kenapa Lee Hyun memberikan ide gila di saat seperti ini. Bagaimana bisa dia akan tampil di depan banyak orang sedangkan dia bukan siapa-siapa. Hiraya hanya seorang road manager, mana mungkin dia akan beriringan dengan Ernest di acara besar seperti ini?"Tidak! Aku tak akan merusak karir Ernest!" Tolak Hiraya dengan tegas, meski tangannya masih menggenggam kedua tangan Ernest yang bertumpu di lututnya. "Ck! Ayolah Nona, jika tidak maka karir Ernest akan lebih hancur lagi." Lee Hyun lagi-lagi memaksa."Tidak Lee Hyun, ku mohon mengertilah. Kau katakan saja pada sopir kalau Ernest masih perlu waktu sebelum keluar," balas Hiraya yang tak mau berdebat. "Tapi—""Hiraya ku mohon," lirih Ernest parau. Ucapan Ernest menghentikan sanggahan dari Lee Hyun yang belum rampung diucapkan. Hiraya sontak mendongak, menatap wajah Ernest dengan khawatir. "Memohon apa kau ini? Aku tetap tak akan pergi bersamamu, tapi Ernest seperti biasa aku dan Lee Hyun akan ada di sekitarm
Ernest mengusap wajahnya kasar, dia beberapa kali memercikkan air ke wajahnya agar merasa lebih baik. Dia juga sudah tak berkeringat dingin lagi. Obat yang dia minum benar-benar sudah bereaksi. Kemudian dia keluar dari kamar mandi untuk menghampiri Hiraya. Kening gadis itu tengah berkerut ketika Ernest datang. "Hiraya," panggilnya. Hiraya masih fokus dengan layar ponselnya, panggilan dari Ernest saja tak dihiraukan sama sekali. Lalu Ernest memegang pundak gadis itu, hingga si empunya menoleh. "Eh Ernest!" Hiraya terkejut, dia segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku blazer yang dia kenakan."Ada apa, kenapa kau sangat fokus begitu tadi?" Tanya Ernest penasaran. "Ah tidak! Aku hanya membaca beberapa komentar netizen saja. Semuanya juga memuji mu Ernest, kau sudah melakukan yang terbaik!" Hiraya tersenyum lebar saat mengatakannya. Dia juga berkata jujur, hanya saja bagian yang menyebut mereka berdua adalah sweet couple tidak Hiraya katakan. Di video yang diunggah oleh sala
Hiraya celingukan, dia menoleh ke sekeliling mencari keberadaan Lee Hyun. Sejak fashion week selesai, pria itu mendadak menghilang begitu saja. Padahal di situasi saat ini, seorang asisten pribadi tak boleh asal pergi begitu saja. "Kalau begitu baik, aku mungkin akan berkunjung ke Korea Selatan. Berlibur di sana seperti yang kau sarankan," ucap Fou bersemangat. Ernest dan Fou memang asik mengobrol sejak tadi. Sementara Hiraya yang kehilangan keberadaan Lee Hyun. Setelah selesai, Fou langsung pamit pergi. Dia sudah di beritahu asistennya untuk segera beranjak dari Carrousel Du Louvre. "Ada apa Hiraya, kau kehilangan sesuatu?" Tanya Ernest ketika mereka tinggal berdua. Di jarak sekitar lima meter, ada beberapa bodyguard Ernest yang berjaga. "Aku kehilangan Lee Hyun, ke mana pria itu?" Tanya Hiraya yang masih memperhatikan sekeliling. Mencari keberadaan pria sipit itu. "Biarkan saja, nanti kita hubungi dia di mobil. Sekarang pergi dari sini dulu," balas Ernest sambil mengapit tang
"Entahlah, aku tak bisa mengatakan itu. Yang jelas aku curiga padanya setelah apa yang aku lihat tadi," jawab Yoshi dengan tenang."Memangnya apa yang Nona lihat?" Seok Hyeon bertanya cepat. Yoshi menggeser duduknya, dia dan Seok Hyeon kini saling berhadapan. Seperti dua orang sahabat yang asik rumpi!"Tadi aku sebenarnya melihat Lee Hyun berjalan buru-buru sekali, jadi aku berbohong padamu soal pergi ke toilet. Aku mengikutinya karena curiga," terang Yoshi yang membuat Seok Hyeon menegakkan tubuhnya."Lalu?" Tanya Pria itu makin penasaran. "Rupanya Lee Hyun bertemu dengan seorang pria misterius, aku tak tahu siapa yang dia temui. Tapi yang jelas dia bukan orang negara ini, dilihat dari perawakannya dan juga samar-samar bahasa yang mereka gunakan. Kesimpulannya, Lee Hyun bertemu dengan seseorang dari Korea Selatan di Paris entah untuk tujuan apa!" Yoshi berkata sangat serius. Keduanya terlalu fokus sampai tak sadar kalau mobil yang keduanya kendarai sudah sampai di basement hotel.
"Sampai apa?" Kejar Ernest yang sudah sangat penasaran. Hiraya malah bangkit dari duduknya, dia berjalan keluar dari kamarnya dan menggedor-gedor pintu kamar hotel di sebelahnya. Itu adalah kamar Lee Hyun, seharusnya pria itu sudah kembali sekarang. Ernest ikut keluar, dia melihat Hiraya tengah kalut. Pikirannya pasti kosong, tiba-tiba saja dia pergi ke kamar Lee Hyun padahal dia tahu pria itu pergi entah ke mana sejak Fashion Week berakhir tadi. "Hiraya tenang, Lee Hyun keluar kan?" Ernest menghentikan tangan Hiraya yang terus memukul daun pintu. Gadis itu menolehkan kepalanya, matanya sudah mengerjap menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Eh hei jangan menangis," lirih Ernest dan membawa gadis itu ke pelukan. Tangan Ernest mengusap pelan punggung Hiraya, dagunya bertumpu pada puncak kepala Hiraya dan mengecupnya pelan. Memberikan kenyamanan sekaligus rasa aman pada Hiraya. Entah bagaimana tapi Hiraya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja hanya karena pelukan