"Apa kamu sudah gila? Untuk apa uang sebanyak itu!" Suara penuh penekanan itu membuat buku kuduk Hiraya berdiri karena takut.
Saat ini dia sedang menemui sang direktur utama Diamond Entertainment, Hiraya mau melakukan negosiasi tentang pernikahan kontraknya dengan salah satu artis di agensi itu.Tapi dia tidak mau menyerah begitu saja, jika agensi ini bisa bertindak sesukanya maka Hiraya juga bisa melakukan hal yang sama."Dari awal bukankah ide ini sudah gila tuan, jadi apa salahnya aku memberikan sedikit kegilaan lagi? Toh uang sebanyak itu tidak akan membuat agensi ini bangkrut dalam sehari!" Hiraya duduk santai dan menyenderkan tubuhnya di kursi yang berhadapan langsung dengan atasannya."Tapi aku tidak mungkin memberimu uang itu Hiraya, untuk pernikahan kontrak kalian karir yang bagus sudah lebih dari cukup sebagai imbalannya," ucap Hwang Dong Hae menahan emosi.Baru kali ini dia berhadapan dengan road manager yang begitu berani, mendadak dia harus membayar apa yang dia rencanakan. Tidak seperti biasanya, pria 40 tahun itu harus mau berkompromi dengan bawahannya sendiri, padahal biasanya semua orang akan tunduk padanya."Kalau begitu batalkan saja perjanjian itu," jawab Hiraya enteng.Dong Hae mengeraskan rahangnya menahan emosi karena bawahannya ini. Baru saja dia mempekerjakan Hiraya di angensinya selama tujuh hari tapi masalah sudah berdatangan hinggap di hidupnya."Baiklah aku akan memberikan uang sebanyak yang kamu minta, tuliskan saja berapa yang kamu butuhkan." Dong Hae kalah, dia akhirnya memberikan selembar cek kosong pada Hiraya agar gadis itu bisa menuliskan berapa banyak nominal yang dia minta.Lagi pula bagi Hwang Dong Hae, karir artisnya jauh lebih penting. Karena dari artis-artis yang ada di agensinya lah pemasukan utama Diamond Entertainment berasal.Merasa mendapatkan keberuntungan dari nasibnya, Hiraya memanfaatkan situasi untuk menulis uang yang akan dia minta. Mata Dong Hae terbelalak melihat nominal yang dituliskan Hiraya."4 juta won? Kamu ingin membuatku serangan jantung atau apa! Ini tidaklah benar nona Hiraya Carlisle!" bentak Hwang Dong Hae sambil berdiri dan menggebrak meja.Hiraya masih duduk, dia meliriknya sekilas dan tetap tenang. Dia kemudian berdiri agar bisa sejajar dengan atasannya."Apa kamu pikir agensi ini bisa bertindak seenaknya dengan hidupku tuan? Kalian ingin aku membayar kesalahan yang tidak pernah aku perbuat. Malam itu Ernest mabuk di pinggir jalan, dan aku hanya menolongnya. Tapi meski begitu kalian tetap memintaku diam dan melakukan sandiwara ini," ucap Hiraya tegas.Matanya menatap tajam wajah pria asli Korea Selatan itu tanpa rasa takut, meski sorot kebencian terpancar di wajah lawan bicaranya."Jika kalian tidak mau menyetujui syarat dariku tidak masalah. Aku akan pergi dari agensi ini untuk melanjutkan karir di sana. Toh masih banyak agensi yang mau menerima ku," imbuh Hiraya seraya berjalan menjauhi meja kerja Hwang Dong Hae.Baru saja akan memegang handel pintu dan membukanya, suara bass milik Hwang Dong Hae memenuhi ruangan membuat Hiraya mengurungkan niatnya."Tunggu nona, baiklah aku akan setuju dengan syarat itu. Asalkan dalam waktu dua hari kamu dan Ernest sudah menikah, dan semua media tahu tentang hal ini. Pastikan juga skandal yang menjerat Ernest bisa terselesaikan dengan baik!"Mendengar ucapan Hwang Dong Hae membuat Hiraya melengkungkan senyum, dia lega bisa memenuhi keinginannya sendiri. Dia tidak mau diperalat untuk kepentingan orang lain. Hiraya berhak atas hidupnya dan dia akan melakukan apa pun yang dia inginkan."Terima kasih tuan Hwang Dong Hae, senang bekerjasama denganmu." Hiraya menundukkan kepalanya sekilas kemudian pergi dari ruangan Direktur Utama Diamond Entertainment.Di sisi lain, tepatnya di apartemen mewah kawasan elit. Ernest si artis yang terjerat skandal itu tengah cemas akan kelanjutan karirnya, imbas adanya skandal itu."Apa kau yakin? Bagaimana jika road manager itu tidak setuju." Ernest tampak cemas menunggu keputusan dari road managernya yang baru.Skandal yang menjerat dirinya harus memaksa Ernest untuk mau berurusan secara personal dengan road manager, hal ini tidak pernah terjadi dalam hidupnya.Sebelum hari ini dia menjalani hubungan bisnis saja dengan Seok Hwan, road managernya yang lama. Tapi kali ini takdir berkata lain, dia harus menurunkan segala ego demi menyelamatkan nama baiknya."Kita berdoa saja semoga dia mau melakukan sandiwara ini, kalian hanya perlu berpura-pura saja nantinya. Di depan media kalian akan bersikap sebagai pasangan yang romantis, tapi diluar itu kamu bida bertindak apa saja." Lee Hyun, asistennya berkata serius.Dia sangat tahu tentang kekhawatiran artisnya, dia pasti takut terjadi hal buruk pada karir yang sudah sejak lama dia bangun.Sejak awal debut hingga sekarang popularitasnya sebagai aktor semakin bersinar. Ernest yang memiliki nama asli Yoon Jee Yeon adalah aktor serta penyanyi solo, dia tentu tidak rela jika hal tersebut hancur hanya karena skandal."Aku tidak yakin dengan hal ini." Ernest mengusap wajahnya kasar, dia kemudian mengalihkan atensinya pada ponsel miliknya yang teronggok di atas meja."Halo tuan, ada apa?" Ucap Ernest ketika sambungan telepon terhubung, dia bertanya sopan pada Hwang Dong Hae.["Pernikahan kontrakmu dengan road manager mu, Hiraya Carlisle akan siap dalam dua hari, pastikan kamu siap untuk berpura-pura menjadi suami yang baik didepan media nantinya."] Suara Hwang Dong Hae terdengar tegas dan penuh penekanan."Jadi dia benar-benar setuju?" Ernest tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.["Ya dia setuju, tapi dengan syarat. Dia menginginkan uang sebanyak 4 juta won sebagai Syaratnya."] Terdengar helaan nafas berat dari Hwang Dong Hae dibalik sambungan telepon.Ernest merasa tidak enak hati atas apa yang terjadi, karena kebodohannya dia harus melibatkan banyak orang untuk memperbaiki kesalahan yang dia perbuat."Maafkan aku tuan, karena aku agensi ini harus merugi." Ernest menundukkan kepalanya.["Tidak masalah Ernest, kamu juga sudah banyak memberikan yang terbaik untuk agensi ini. Tidak usah dipikirkan, jalani saja sandiwara ini dengan baik!"] Ucapan Hwang Dong Hae bak perintah bagi Ernest."Iya tuan tentu saja," jawabannya singkat, kemudian sambungan telepon dimatikan sepihak oleh atasannya setelah mendengar jawaban yang dia berikan.Ernest bisa sedikit bernafas lega mendengar kabar baik ini, dia hanya perlu membuat media terkecoh dan membuang jauh-jauh berita buruk yang sudah beredar tentangnya.Suara high heels terdengar menggema di apartemen aktor asli Korea Selatan itu. Dia menajamkan pendengarannya untuk mengetahui siapa yang datang tanpa memberitahunya lebih dulu."Siapa itu?" tanya Ernest pada asistennya."Biar aku yang lihat." Lee Hyun langsung berdiri hendak memastikan siapa yang datang setelah mengetahui apa yang artisnya inginkan.Baru saja akan mendekati pintu, dia terkejut karena dorongan dari luar. Gadis cantik berusia 27 tahun itu sudah berdiri didepannya dengan tatapan tajam."Nona Hiraya," ucap Lee Hyun masih tidak percaya apa yang dia lihat, gadis cantik itu tiba-tiba datang ke rumah Ernest."Dimana Ernest?" Hiraya bertanya mengabaikan perkataan Lee Hyun."Dia ada di dalam, mari nona." Lee Hyun menggiring Hiraya agar mengikuti langkahnya memasuki apartemen Ernest.Ernest menoleh ketika Hiraya berada tidak jauh darinya, di jarak dua meter mata mereka saling beradu."Selamat sore Yoon Jee Yeon." Hiraya memanggil Ernest dengan nama aslinya, sedangkan pemuda itu mengerutkan keningnya tidak mengerti."Ada keperluan apa nona datang ke sini?" Ernest bertanya sopan, dan menaruh ponsel yang sejak tadi dia genggam ke atas meja."Aku hanya ingin memberikan informasi kepadamu terkait sandiwara yang akan kita lakukan."Ernest merotasikan bola matanya malas, dia sudah jengah dengan Hiraya bahkan sebelum sandiwara mereka dimulai. Aktor itu merasa tak nyaman karena aura dominan yang keluar dari sang road manager. "Apa lagi nona?" Ernest bertanya setengah hati. Hiraya melirik Lee Hyun yang masih berdiri mematung di tempatnya tidak jauh dari Hiraya dan Ernest berdiri. "Lee Hyun apa kamu tidak ingin melakukan sesuatu? Aku ingin berbicara empat mata saja dengan Ernest," sindir Hiraya halus yang sebenarnya ingin mengusir pria itu kasar. Lee Hyun gelagapan mendengar ucapan Hiraya, dia kemudian menundukkan kepalanya memberi hormat lalu pergi dari sana meninggalkan dua orang itu di apartemen Ernest. Pria 28 tahun itu menyuruh Hiraya agar duduk, tidak lupa dia menuangkan jus yang tadi sempat asistennya bawa di atas meja. "Jadi apa yang ingin kamu katakan nona?" Ernest menyerahkan segelas jus pada Hiraya. "Kamu tahu kalau hubungan yang akan kita jalani tidak lebih dari hubungan bisnis saja, jadi aku akan
Ernest menghela nafas panjang, kemudian dia tetap membantu Hiraya memakai veil tanpa mengatakan apa-apa. Sedangkan perempuan itu juga terpaksa diam, berada di dekat pria itu membuat jantungnya berdetak kencang. Entah perasaan apa yang dia rasakan sekarang, tapi yang jelas Hiraya berusaha menepisnya. Setelah pemberkatan keduanya langsung melanjutkan resepsi, acara sandiwara itu benar-benar dikerjakan dengan baik. Hwang Dong Hae mempersiapkan ini semua seolah pernikahan ini nyata, padahal apa yang terjadi sekarang adalah rekayasa yang dia buat."Bersikaplah anggun layaknya gadis terhormat dan jangan mempermalukan aku!" Ernest berkata ketus ketika mereka berdiri berdampingan di pelaminan menyambut para tamu. "Kamu pikir aku gadis kampungan yang tidak tahu sopan santun? Seenaknya menghinaku seperti itu," jawab Hiraya lirih dengan tangan sibuk mengalami para tamu. Hiraya memakai gaun midnight blue bertabur Swarovski yang menampilkan kesan mewah untuknya, sedangkan Ernest memakai setelan
"Ingat Nona Hiraya, kalau aku bisa saja menyentuhmu kapan saja aku mau. Jadi tolong, jangan ingatkan aku tengang perjanjian pranikah itu lagi!" Ernest berkata dnegan tegas sambil terus menggendong Hiraya masuk ke villa. Mendengar perkataan Ernest bulu kuduk Hiraya berdiri, sekarang kata 'menyentuh' lebih horor dari pada film Suzanna. "I-iya aku tidak akan mengatakannya lagi," cicit Hiraya mengindari tatapan mata Ernest yang tajam. Pria itu membawa Hiraya ke sebuah kamar yang ada di vila tersebut, jantungnya seperti akan melesat dari tempatnya. Ernest mendudukkannya di tepi ranjang dan melepas jas yang dia kenakan. Suasananya menjadi sangat canggung sekarang. Beberapa hari lalu mereka hanya sebatas rekan kerja, hubungan mereka tak lebih dari aktor dengan road managernya saja. Tapi kini, mendadak mereka jadi suami-istri!"Tidurlah, disitu sudah ada pakaian ganti. Aku tidak tahu bagaimana selera pakaianmu jadi aku pilihkan beberapa potong pakaian yang bisa kamu pakai." Ernest menunju
Hiraya memutuskan untuk pulang saat jam menunjukkan pukul empat sore. Mau dipaksakan bagaimana pun dia juga sadar kalau skandal Ernest tidak bisa selesai hanya satu hari. Perempuan itu berjalan keluar bersama Yoshi. Hiraya terkejut ketika keluar dari lobi gedung agensi Diamond Entertainment. Langkahnya mendadak terhenti karena kaki jenjang seorang pria menghalangi jalannya. Yoshi yang sejak tadi tertawa bersamanya mendadak diam, nyalinya ciut dan berdiri dibelakang Hiraya. "Mau kemana kamu?" Suara bariton khas milik pria berdarah asli Korea Selatan itu. Hiraya mendecak sebal, dia membenarkan mantel yang dia kenakan kemudian sedikit memajukan tubuhnya untuk melihat wajah Ernest. "Siapa kamu?" Hiraya melontarkan pertanyaan yang membuat Ernest mengerjapkan matanya, bingung!Bagaimana bisa Hiraya lupa dengan dirinya, apa karena kejadian pagi tadi jadi dia mendadak amnesia? Bagaimana bisa Hiraya lupa padanya yang kini berstatus suaminya sendiri?"Apa yang kamu katakan, aku ini Yoon J
Karena desakan dari Yoshi dan sisi kemanusiaannya yang terusik akhirnya Hiraya setuju untuk ikut bersama dengan Ernest. Rupanya pria itu telah membeli sebuah hunian mewah dikawasan elit Hangnam-dong, Seoul. Tempat yang sudah terkenal dengan fasilitas sultan tanpa perlu dijelaskan lagi.Mobil keduanya terparkir sempurna diparkiran dan Hiraya dengan malas mengikuti langkah Ernest. "Kenapa kita harus ke sini?" Hiraya membuang muka ketika menanyakannya. Ernest menoleh ke arah Hiraya yang tampak begitu kesal, dia mendadak berhenti dan membuat Hiraya menabrak tubuhnya karena gadis itu tidak fokus dengan jalannya."Aduh!" Pekik Hiraya memegangi kepalanya, dia melotot menatap Ernest yang berekspresi datar."Kamu bertanya kenapa kita harus ke sini? Ini adalah tempat terbaik dan paling nyaman di Seoul. Kamu tidak mau tinggal di sini?" tanya Ernest berang, dia tidak bisa mengerti isi kepala Hiraya. "Apa kamu pikir rumah-rumah yang ada selain di kawasan ini tidak nyaman? Kamu hanya membuang-b
"Untuk apa kita pergi ke Indonesia?" Tanya Hiraya pada Ernest yang tengah menunggu keputusannya. Ernest meletakkan alat makannya di meja, menatap lurus wajah perempuan itu. "Aku hanya ingin menemui orang tuamu, kita sekarang keluarga. Jadi apa salahnya jika berkunjung?"Hiraya malah mendecik pelan mendengar itu, karena bagi dirinya. Tidak akan ada yang berubah dalam kehidupannya, karena dia dan Ernest hanya menikah kontrak. Hiraya datang ke Seoul bukan untuk berkeluarga. "Kita hanya pasangan kontrak Ernest, jadi tidak perlu melakukan itu!" Tegas Hiraya lalu berdiri, dia bangkit dari duduknya tanpa menyelesaikan makan malam. Perempuan itu segera masuk ke dalam kamarnya sendiri tanpa menoleh lagi pada Ernest yang masih terpaku di tempatnya. Pria itu harus punya cukup kesabaran untuk menghadapinya. Ernest juga memijit pelipisnya perlahan, dia merasa frustrasi karena skandal yang menimpa karirnya. Di saat sedang ada di puncak, skandal itu harus memorak-porandakan semuanya. "Kira-kira
Ernest merasa jantungnya berdebar-debar kencang, dia juga sudah mulai sulit mengendalikan diri. Yang ada di otaknya kali ini hanya pintu unit rumahnya, dia harus kembali masuk. Tangan kanan pria itu sudah terulur meraih kenop pintu."Ernest, kami ingin mewawancarai mu!"Salah satu awak media sudah berhasil mendekat, dia menyodorkan handphone untuk merekam hasil wawancara. Ernest semakin panik, dia semakin kesulitan mengendalikan emosi. Pria itu memilih diam, hal itu dilihat oleh Hiraya. Dia merasakan ada yang janggal dari sikap Ernest. "Hiraya bisa kah kau urus ini dulu?" Tanya Ernest yang berbisik di telinga Hiraya. Perempuan itu menoleh, dia tidak terlalu paham tapi memilih untuk mengangguk. "Tentu," jawabnya. Setelah itu Hiraya menoleh pada awak media yang sudah berkumpul didepan mereka di jarak kurang dari dua meter. "Nona Hiraya, kau istri Ernest. Kami juga ingin meminta keterangan mu!"Hiraya tersenyum sekilas,"Tentu saja tapi sepertinya tidak sekarang. Hari ini Ernest ada j
Montgomery, nama media massa yang saat ini ada di dalam kepala Hiraya. Perempuan itu tengah berpikir keras apa kira-kira alasan yang tepat untuk dia datang ke tempat itu. "Hiraya," panggil Ernest cukup keras ketika dia sudah selesai melakukan pemotretan. Hiraya yang tengah melamun pun terlonjak kaget. "I-iya?" "Ada apa denganmu, kenapa malah melamun?" Tanya Ernest yang kini berdiri didepannya. Hiraya tersenyum kikuk, dia kemudian menjawab pelan. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terkejut," jawabnya sembari berjalan keluar dari gedung pemotretan. Ernest juga berjalan dibelakangnya, "Tadi aku sudah memanggilmu dengan pelan, tapi kau tidak dengar jadi aku sedikit mengeraskan suaraku." "Jadi kau sudah selesai sejak tadi?" Hiraya bertanya sembari menoleh dan berhenti tepat di basement gedung. Ernest pun mengangguk, karena setidaknya dia sudah selesai sejak tiga puluh menit lalu. "Ya, aku selesai di jam setengah dua tadi. Dan sekarang sudah jam dua siang."Hiraya menepuk dahinya sendiri,