Setelah Ricky dan pelanggan perempuannya melakukan hubungan terlarang, mereka pun kembali memakai pakaiannya. Setelah berpakaian, perempuan itu mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Lalu Dia mengambil selembar uang kertas lima puluh ribuan dan memberikannya kepada Ricky. "Ini bayaran untuk servis pijatmu yang telah membuatku sangat bahagia!" Ucap perempuan itu sambil menaruh dompet disampingnya. Perempuan yang sedang duduk diatas ranjang untuk pijat itu, memakai sandal wedgesnya. "Tapi Aku tidak ada kembaliannya." Balas Ricky sambil menerima uang itu. "Ambil saja semuanya untukmu! Oh ya, Kita belum berkenalan! Namaku Sartika Dewi!" Ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangan kanannya. "Namaku Ricky! Namamu cantik seperti orannya, Mba!" Puji Ricky. "Namamu juga gagah, seperti orangnya!" Balas puji perempuan yang bernama Sartika Dewi. Lalu Sartika mengambil tas miliknya, yang berada diatas meja. Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. "Lain kali, Aku akan datang k
Hari itu adalah hari minggu. Setelah selesai sarapan pagi, Kinan dan Novi yang libur bekerja, terlihat keluar dari panti asuhan dimana mereka tinggal. Mereka pun berdiri di trotoar untuk menunggu angkot yang lewat. Sekitar 10 menit berlalu, akhirnya sebuah angkutan umum terlihat melaju sekitar 20 meter disebelah kanan Kinan dan Novi. Mereka pun mengulurkan tangan kanannya. Angkot itu pun berhenti tepat didepan mereka berdua. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas naik keatas angkot berwarna kuning itu. Angkot itu pun kembali melaju dengan perlahan. Sekitar 15 menit didalam perjalanan, akhirnya Kinan dan Novi turun dari atas angkot. Sebelum pergi meninggalkan angkot itu, Novi memberikan selembar uang kertas 500 rupiah kepada supir angkot itu. Supir angkot itu pun memberikan uang kembalian, yaitu selembar uang 100 rupiah kepada Novi. Novi dan Kinan berjalan menuju sebuah tempat rental buku, yang berada dipinggir jalan dimana mereka turun dari angkot. Pada bagian depan kios yang b
"Mi...ran...ti? Na...ma...ku Kinanti!" Jawab Kinan menyebutkan nama lengkapnya walaupun dengan terbata-bata. "Tidak mungkin! Wajahmu sama persis dengan teman SMA-ku dulu! Kamu pasti Miranti! Mengapa Kamu tinggal disini sekarang, Mira? Bicaramu juga gagap! Sandiwara apa yang sedang Kamu jalankan, Mira?" Tanya Pramono dengan keras. Laki-laki itu tidak percaya kalau perempuan yang berdiri dihadapannya bukan Miranti, perempuan yang sejak dahulu dicintainya. "De...mi A...llah Mas, na...ma...ku me...mang Ki..nan!" Jawabnya. "Berarti Kamu memang benar, bukan Mira temanku?" Tanya Pramono masih tidak percaya. "Ya Mas. A... ku Ki...nan! Se...jak ke...cil A...ku me...mang ga...gap!" Balasnya. "Ini benar-benar kejadian yang sama sekali tidak Aku duga sebelumnya! Oh ya, namaku Pramono. Panggil saja Pram!" Seru Pramono sambil mengulurkan tangan kanannya. "Ki...nan...ti!" Balas Kinan menyambut tangan kanan Pramono. "Aku mau bicara lebih banyak denganmu, Kinan! Maukah Kamu, kalau Kita
Malam itu, sepulang dari panti pijat, Ricky mengayuh sepedanya menuju suatu tempat. Didepan sebuah rumah sederhana, Ricky menghentikan laju sepedanya. Laki-laki berambut gondrong itu berjalan menuju pintu depan rumah berdinding batu bata dan beralas tanah. Tokkkk.....tokkk..... "Assalamu'alaikum." Salam Ricky. Tidak berapa lama, seseorang membukakan pintu itu. Begitu pintu itu terbuka, terlihat seorang perempuan muda sedang menggendong bayi laki-laki. Umur perempuan itu sekitar 19 tahun. "Maaf Mba, Pakdhe Suhardjo ada?" Tanya Ricky. "Ada Mas, silahkan duduk dulu!" Pinta perempuan itu. "Iya Mba." Balasnya. Perempuan itu pun masuk kedalam salah satu kamar. "Pak, ada tamu yang mencari Bapak!" Seru perempuan itu. "Tamu siapa, Arba?" Tanya laki-laki berambut putih yang sedang tiduran sambil mendengarkan radio. "Laki-laki masih muda Pak, tapi kayanya belum pernah kesini!" Jawab perempuan yang bernama Arba. "Ya sudah, Kamu buatkan kopi hitam dua!" Pinta laki-laki yang b
Malam itu anak-anak panti asuhan permata bunda sedang asyik menonton TV bersama, termasuk Novi dan juga Kinan. Terlihat pula seorang perempuan yang bukan lain adalah Bu Khotijah, pemilik panti asuhan. Disaat mereka sedang fokus menonton TV, tiba-tiba terdengar suara salam dari arah pintu depan. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab semua orang yang berada didepan TV. "Lagi pada asyik nonton apa nih?" Tanya seorang laki-laki yang masuk kedalam rumah. "Eh Ricky! Sini ikut gabung, lagi nonton film nih!" Balas Bu Khotijah. "Iya, Rick!" Novi ikut menimpali. "Iya sebentar ya Bu! Mau mandi dulu!" Balasnya. "Oh ya, habis mandi langsung makan malam ya Rick! Tadi Ibu beli sate! Tinggal Kamu yang belum makan!" Pinta Bu Khotijah. "Iya, terima kasih Bu! Ibu tahu saja, kalau Saya belum makan!" Seru Ricky. "Sama-sama Rick! Ibu tahu, Kamu kan biasa makan malam di rumah!" Balas Bu Khotijah. "Iya cepat sana! Kalau kelamaan nanti Aku habisin lho!" Novi kembali menimpalinya
Setelah sehari sebelumnya Ricky telah pindah tempat tinggal, kembali ke rumah warisan kedua orang tuanya, hari itu Dia kembali bekerja di panti pijat miliknya. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 06.23 WIB, sebuah taksi berhenti tepat didepan tepat didepan panti pijatnya. Tidak berapa lama, seorang perempuan keluar dari dalam taksi tersebut. Perempuan itu berjalan menuju panti pijat milik Ricky. Begitu sampai dihadapan Ricky, lelaki berambut gondrong itu langsung mengenali wajah perempuan yang berdiri dihadapannya. "Bu Sartika! Bagaimana kabarnya? Datang sama siapa, Bu?" Tanya Ricky. "Kabarku baik. Kabar Kamu bagaimana Ricky? Aku datang sendirian, Ricky." Jawab perempuan yang bukan lain adalah Bu Sartika. "Kabar Saya juga baik Bu. Tumben kesini malam-malam Bu?" Tanyanya. "Iya, Aku di rumah kesepian Ricky! Sudah beberapa hari Aku tidak bertemu denganmu, Aku rindu melihat wajahmu yang tampan dan tubuhmu yang gagah, Ricky! Oh ya, kalau Kita sedang berduaan begini, panggil sa
Sesampainya didepan rumahnya, Bu Sartika turun dari dalam taksi yang dinaikinya. Wanita itu sangat kaget ketika melihat sebuah mobil berwarna merah terparkir di carport rumahnya. "Hah gawat, Bapak sudah pulang!" Seru Bu Sartika dalam hati. Perlahan Dia melangkahkan kakinya menuju pintu depan rumahnya. Begitu masuk kedalam rumah, Bu Sartika langsung menuju kamar tidurnya yang berada di lantai dua. Ketika ia masuk kedalam kamarnya, Dia melihat seorang lelaki sedang tidur miring kekiri. Dia bukan lain adalah Pak Jatmiko, suaminya. Setelah meletakkan tas miliknya diatas meja rias, Bu Sartika langsung berbaring dibelakang suaminya dan memeluk tubuhnya dengan mesra. Mengetahui ada yang memeluknya, Pak Jatmiko terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dibaliknya miring ke kanan. "Ibu, darimana saja Kamu?" Tanya Pak Jatmiko cukup keras. "Aku tadi malam main ke rumah teman lamaku. Terus temanku mengajakku untuk menginap di rumahnya. Aku pikir, Mas kan sedang pergi. Jadi pikirku lebih baik A
Malam itu, disebuah kamar terlihat seorang perempuan berparas cantik sedang merias wajahnya. lipstik berwarna merah dioleskan dibibirnya. Disaat perempuan belum selesai berdandan, tiba tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dengan keras. Tiiinnggg...tooonnngggg... Mendengar suara bel rumah, seorang perempuan bergegas menuju pintu depan dan membukanya dengan perlahan. "Malam Mba, Mira-nya ada?" Tanya seorang lelaki tampan yang berdiri didepan pintu. "Ada Mas. Silahkan masuk Mas!" Pinta perempuan dibalik pintu yang bukan lain adalah seorang pembantu di rumah Pak Jatmiko. "Terima kasih Mba." Balasnya. Lelaki berkemeja warna merah itu pun masuk kedalam rumah dan duduk diatas sofa mewah yang berada di ruang tamu. Sedangkan pembantu itu pun bergegas menuju kamar tidur Miranti yang berada di lantai satu. "Permisi Non. Ada yang laki-laki yang mencari Non Mira." Ucap pembantu itu ketika berada didalam kamar Miranti. "Ya Mba. Oh ya, nanti kalau Bapak sama Ibu pulang kondangan, tolong b