Short
Permainan Kakak Tercinta

Permainan Kakak Tercinta

By:  Jannah RaudhahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
4Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kakak mengundangku untuk menginap di rumahnya. Malam itu, saat aku sedang mencuci muka, aku menoleh dan melihat senyuman aneh di wajah suaminya. Kakak mencoba menenangkanku, hingga kakak mengunciku dan suaminya di dalam kamar. Barulah aku sadar bahwa semua ini adalah rencana kakakku.

View More

Chapter 1

Bab 1

Setelah selesai ujian mata kuliah terakhir, aku baru saja keluar dari kelas dan telepon dari kakakku masuk.

"Sudah selesai ujian? Apa rencana liburan semester ini? Kalau belum ada, datang saja ke rumahku."

Tanpa berpikir panjang, aku langsung menolak, "Nggak deh, ada kakak tingkat yang baru buka perusahaan kecil di Kota Santana, aku rencananya mau magang di sana dua bulan."

"Kamu baru semester 3, nggak perlu buru-buru, lagipula perusahaan kecil belum tentu terpercaya. Nanti biar kakak iparmu carikan perusahaan besar untukmu. Aku juga sudah siapin kamar untukmu."

Anehnya, kali ini kakak tidak menyanggahku seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru dengan baik hati membantu menyusun rencana untukku.

Namun, membayangkan tinggal serumah dengan kakak saja sudah membuatku merinding. Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk cukup lama dan akhirnya menolak dengan alasan ingin tinggal di rumah saja.

Namun, begitu sampai di rumah malam itu, aku bahkan belum sempat membongkar koper, ibuku masuk ke kamarku dan berkata, "Kamu pergi temani kakakmu ya liburan ini."

Kenapa semua orang ingin aku ke sana?

Semua keinginanku untuk magang di perusahaan besar langsung menguap. Aku langsung berkata, "Aku nggak mau, aku mau magang di Kota Santana saja."

Ibuku langsung panik dan menggenggam lenganku, menjawab, "Kamu pergi sejauh itu sendirian? Bagaimana mungkin aku tenang membiarkanmu pergi?"

Sorot matanya yang mengamati tubuhku penuh dengan rasa tidak percaya, seolah-olah aku ini terlalu lemah untuk berpergian sendirian ke Kota Santana. Seakan aku pasti akan habis dimakan tanpa sisa dunia luar.

Melihat wajahku yang jelas terlihat tidak senang, ibuku mulai memakai pendekatan emosional. Dia duduk di tepi kasurku, menepuk-nepuk tanganku dan berkata, "Kakakmu lagi hamil, badannya juga lemah sekarang. Dia butuh seseorang untuk menemaninya."

Oh, ternyata kakak sedang hamil. Pantas saja, dia tiba-tiba jadi lebih ramah dan perhatian padaku.

"Uang kuliah dan biaya hidupmu, semuanya dibayar oleh kakakmu dan suaminya. Kamu nggak boleh jadi anak yang nggak tahu balas budi, mengerti?"

Dengan tanggung jawab yang tiba-tiba diberikan kepadaku, meskipun enggan, aku juga tidak punya pilihan selain pindah ke sana.

Namun, aku tak menyangka, ternyata rumah itu seperti gua penuh misteri. Tanpa ada siluman wanita yang cantik, tetapi semuanya terasa aneh.

Kakakku yang katanya butuh teman, tidak terlihat antusias dengan kedatanganku. Bahkan, sikapnya lebih seperti malas berurusan denganku. Sebaliknya, kakak iparku yang katanya super sibuk di dunia kerja, malah terlihat ramah berlebihan.

Di hari pertama kedatanganku, dia langsung pulang lebih awal untuk mengajakku makan. Setelah itu, dia juga membelikanku pakaian dan sepatu baru.

Namun, keanehan tidak berhenti di situ.

Suatu hari, aku bangun lebih pagi karena janjian dengan teman untuk melihat pameran.

Saat sedang mencuci muka di kamar mandi, tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka dari belakang. Belum sempat mengatakan diriku sedang di dalam, kakak ipar malah langsung masuk begitu saja.

"Kenapa bangun begitu pagi? Mau ke mana?" tanya kakak ipar dengan santai, sambil berjalan mendekat.

Tangan kirinya menopang wastafel, sementara dadanya menyentuh lenganku, bahkan lututnya yang sedikit ditekuk mengenai bagian belakang lututku.

Jarak aman antara kedua orang seketika hilang. Aku merasa tidak nyaman, tapi hanya bisa menjawab seadanya, sambil mempercepat gerakan menggosok wajah dengan sabun cuci muka.

Sepertinya dia menyadari ketidaknyamananku. Dia tersenyum dan berkata, "Santai saja, nggak perlu terburu-buru. Aku hanya mau ambil alat cukur."

Namun, tangan kirinya tetap menekan wastafel, sementara tubuhnya setengah menempel padaku. Dalam posisi hampir memeluk, dia meraih rak di atas wastafel untuk mengambil alat cukurnya. Aku langsung bergidik. Saat mencoba menjauh, aku merasakan sesuatu yang keras menyentuh bagian pantatku.

Tanpa perlu dijelaskan, aku tahu benda apa itu. Wajahku langsung memerah, perasaan malu dan bingung bercampur menjadi satu.

Rasa tidak nyaman itu begitu kuat. Dengan tergesa-gesa, aku membersihkan wajah, lalu buru-buru pergi ke pintu, seperti melarikan diri.

Apa-apaan ini?! Pagi-pagi sudah seperti itu? Dia nggak sengaja atau justru sengaja?!

Namun, saat aku berdiri di pintu dengan wajah memerah, aku menoleh dan melihat kakak ipar tersenyum santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Alat cukurnya berdengung, sama seperti pikiranku yang terus berdengung tanpa henti. Apa mungkin aku yang terlalu sensitif? Mungkinkah ini hanya ketidaksengajaan?

Sejak kejadian itu, aku mulai berusaha menghindari kakak ipar setiap hari.

Hari-hari berlalu. Suatu malam, seperti biasa, aku masuk kamar lebih awal untuk menghindari kontak langsung. Namun, aku terbangun oleh suara teriakan kakak tengah malam.

Kupikir ada sesuatu yang serius, jadi aku buru-buru keluar kamar dan hanya mendengar kakakku berkata santai, "Kakak iparmu mabuk, tolong jemput dia."

Aku melirik jam, masih sekitar pukul sepuluh. Aku pun berkata, "Masih belum terlalu malam, bisa pesankan taksi saja."

Namun, raut wajah kakak berubah dingin. Dia menatapku tajam dan berkata, "Aku hanya menyuruhmu menjemputnya saja, kenapa nggak mau? Sebelum hamil, aku selalu jemput dia sendiri. Sekarang dia mabuk, masa kamu nggak mau pergi jemput dia? Kamu tinggal di rumahku, makan minum di sini, disuruh jemput saja kok susah sekali?!" Usai bicara begitu, kakak mengeluarkan uang empat ratus ribu dari tasnya dan menyodorkannya padaku, lalu melanjutkan, "Ini ongkos untukmu, cepat pergi biar nggak kelamaan."

Dengan berat hati, aku menerima uang itu dan pergi memesan taksi.

Dari kejauhan, aku melihat sekelompok pria berdasi, termasuk kakak ipar yang berdiri di pintu keluar mal. Semuanya mabuk, tetapi kakak ipar terlihat yang paling parah.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
4 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status