LOGINAku punya sembilan nyawa, dan enam nyawa sudah kuhabiskan untuk Rico. Kali pertama, aku tertimbun dalam longsoran salju saat mencoba menyelamatkannya. Air dari lelehan salju memenuhi mulut dan hidungku. Kali kedua, aku diburu oleh musuhnya dan ditusuk 24 kali hingga tubuhku hancur lebur. Awalnya, dia gemetar dan berjanji tidak akan menyakitiku lagi. Pada kali ketujuh, dia sudah terbiasa dan sengaja menabrakkan mobilnya padaku hanya untuk menyenangkan seorang wanita. "Nyawanya nggak ada harganya. Asal kamu bahagia, dengan senang hati aku suruh dia mati 99 kali." "Kamu mau lihat kematian macam apa lagi? Aku akan mengaturnya sesuai keinginanmu." Aku terhempas sepuluh meter jauhnya seperti baju bekas yang terkoyak. Darah segar mengucur dari mulut dan hidungku. Namun, aku tersenyum dan menghitung dengan jariku. "Dua kali lagi, utang budiku akan terbayar lunas." Rico Sarihan tidak tahu aku hanya punya sembilan nyawa. Setelah aku mati untuk kesembilan kalinya, aku tidak akan kembali lagi. Ironisnya, saat aku benar-benar mati, dia memeluk erat mayatku yang hangus dan berbau busuk itu, tidak mau lepas. Air matanya bercucuran tak terkendali. "Tiara, kumohon bangunlah. Jangan tega begini sama aku. Kelak aku nggak akan biarkan siapa pun menyakitimu lagi." Sayangnya, tidak akan ada lagi seseorang yang menghapus air matanya dengan tangan gemetar berlumuran darah.
View MoreRico seolah tiba-tiba terbangun dan menyadari sesuatu.Dia pergi ke kuil terbesar di kota dan berlutut di 999 anak tangganya. Dengan penuh kerendahan hati, ingin memohon bertemu kepala kuil.Tiga tahun lalu, dia pernah membawaku ke sini untuk bersembahyang.Dia saat itu belum tahu aku punya sembilan nyawa. Dia mengira, bisa hidup kembali adalah anugerah dari Tuhan.Setelah berdoa, kami bertemu dengan kepala kuil, yang memberi kami sebuah pesan misterius, "Setiap karma sebab akibat pasti akan dibalas. Sampai jumpa, kita akan bertemu lagi."Saat itu, Rico hanya menganggap ucapan kepala kuil itu sebagai celoteh omong kosong. Kini, kata-kata itu menjadi penyelamatnya.Pada fajar keesokan harinya, dia akhirnya sampai di kuil dan mengetuk pintu ruangan kepala kuil.Kepala kuil duduk tegak di atas bantal, melafalkan kitab sutra dengan khidmat, seolah sudah lama tahu Rico akan datang.Rico berlutut di lantai dan membungkuk berulang kali."Guru, tolong beri tahu aku apa yang harus kulakukan aga
Gigi Rico bergemeletuk dilanda amarah. Dia lalu menendang Jessa tepat di dadanya.Kerasnya tendangan itu membuat Jessa terlempar beberapa meter. Tulang rusuknya mungkin patah dua.Dia tergeletak di tanah, memuntahkan darah.Setelah menyeka darah dari sudut mulutnya, dia mendongak dan tertawa liar."Ya, memangnya kenapa? Aku sengaja membunuh Tiara, memangnya kenapa?"Rico tampak seperti iblis dari neraka. Matanya kelam tanpa ekspresi."Apa belum cukup kamu menjebaknya dan menyiksanya sekali? Kenapa kamu harus membakarnya hidup-hidup juga?"Menghadapi kematian yang tak terelakkan, Jessa tiba-tiba tidak merasa takut. Dia memandang pria di depannya dengan tatapan provokatif."Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma nggak tahan dengannya! Berani-beraninya dia merampas sesuatu milikku. Aku harus membunuhnya!"Dia menyibakkan rambutnya dengan jari-jari gemetar dan tertawa sinis."Pada akhirnya, aku cuma menciptakan situasinya. Tapi yang pembunuhnya itu kamu sendiri, bukan begitu?""Kak Rico, kamu yang
Nenek berusaha membujuk Rico sekian lama, tapi pria itu bersikukuh tidak mau mengkremasi mayatku. Akhirnya, wanita tua itu hanya bisa mendesah dan pergi.Rico menjadi gila dan berjaga di sampingku sepanjang malam.Dia takut akan melewatkan saat-saat aku terbangun jika tertidur sebentar saja.Tapi mayatku tidak kunjung bangun, hanya semakin membusuk.Nenek akhirnya mendapat kesempatan untuk membawaku ke tempat kremasi saat Rico tumbang tak sadarkan diri.Saat Rico terbangun lagi, yang dilihatnya hanya sebuah guci kecil.Dia mencoba meraihnya, tapi jari-jarinya gemetar hebat dan terlalu lemah.Guci itu terguling dan abu di dalamnya berserakan di lantai.Rico terjatuh dari ranjang rumah sakit, memungut segenggam abu.Air mata tak dapat ditahan lagi dan jatuh ke atas abu, menimbulkan tetesan yang semakin melebar.Dia mendekap abu itu di dadanya. Tangisnya pecah penuh kepiluan.Dia akhirnya menerima kenyataan bahwa aku telah mati dan tidak akan kembali lagi selamanya.Keesokan harinya, dia
Mengabaikan tatapan orang-orang, Rico menggendong tubuhku dengan hati-hati.Seolah takut guncangan sekecil apa pun bisa menyakitiku.Aku melipat tanganku di depan dada dan mendengus.'Untuk apa repot-repot? Aku sudah mengalami rasa sakit yang ribuan kali lebih parah dari ini. Ini bukan apa-apa.'Dia membawaku pulang, membaringkanku di tempat tidur, dan menyelimutiku.Suaranya lembut."Tiara, kamu masih marah dan belum pulih, jadi nggak mau bangun, ya 'kan?""Nggak usah buru-buru. Tenang saja. Aku akan menjagamu sampai kamu bangun, oke?"Sudah lama sekali aku tidak mendengarnya bicara kepadaku dengan suara seindah itu. Seluruh tubuhku merinding mendengarnya.Melihat selimut yang menutupi mayatku, aku ingin sekali menariknya dan melemparnya jauh-jauh.Meski sudah jadi mayat pun, aku tetap merasa jijik.Selimut ini dipakai Jessa malam itu. Aku masih bisa mencium aroma cairan yang mereka tinggalkan saat tidur bersama.Meski aku tidak punya tubuh fisik lagi, rasa jijik itu membuatku mual ta






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.