Share

Bab 7: Jalur Menuju Kekayaan

Author: Runa
Semua orang tahu Yosa menyukai anjing ini. Para wanita terpilih istana baru demi merebut perhatian, tentu banyak memikirkan cara untuk mendekatinya. Namun, tidak peduli bagaimana mereka mencoba memikat si Putih, anjing itu tetap tidak mau akrab dengan mereka.

Karena tubuh si Putih besar, mereka juga tidak berani terlalu dekat dan takut digigit. Tidak disangka, ada yang berani menggambar sembarangan di wajahnya. Kalau memang itu perbuatan wanita terpilih istana, berarti dia pasti akan celaka.

Banyak orang menunggu untuk melihat pertunjukan seru ini.

Termasuk di antaranya adalah keponakan kandung Ibu Suri, Jenar Lukio.

Kini dia telah dianugerahi gelar Selir Anggreini.

Meski belum pernah mendapat kasih sayang dari Yosa, di istana yang penuh wanita terpilih istana ini dia tetap menonjol, berstatus tinggi dan menjadi sosok yang ingin didekati para wanita terpilih istana lainnya.

Jenar tidak kuasa menahan tawa sinis saat mendengarnya.

"Siapa yang tidak tahu diri, beraninya memperlakukan si Putih seperti ini? Apa dia kira bisa menarik perhatian Kaisar dengan cara begini? Benaran mimpi!"

Utami yang sedang memijat kakinya buru-buru menimpali, "Betul sekali. Kaisar sudah memberi perintah. Kalau sampai orang itu tertangkap, akan dihukum cambuk 50 kali dan diusir dari istana."

Jenar memakan sepotong camilan, lalu bersandar nyaman di bantal empuk bicara dengan nada sedikit cemburu, "Biasanya si Putih sulit didekati orang luar, bahkan saat aku mendekatinya, dia akan menunjukkan giginya padaku. Kenapa sekarang mendadak dia begitu patuh pada orang?"

Utami langsung menyahut, "Pasti orang itu punya cara tertentu. Jangan tertipu dengan wajah manis para wanita terpilih istana itu, masing-masing punya niat tersembunyi."

Jenar mendengkus meremehkan.

"Cuma dengan kemampuan mereka, apa yang bisa mereka lakukan? Siapa pun yang berani beraksi dulu, aku akan menghukumnya dengan keras."

Utami buru-buru menimpali, "Dengan adanya Yang Mulia, meski diberi sepuluh nyali pun mereka tidak akan berani."

Jenar tersenyum puas lalu memejamkan mata.

Saat harem sedang ramai membicarakan ini, Viola sedang bertani di ruangnya.

Poin tetap harus diperoleh, makanan juga termasuk uang.

Kali ini dia mendapati ruangnya memiliki fitur tambahan, penanaman otomatis yang juga memerlukan sepuluh poin untuk ditukar.

Viola ragu sangat lama, akhirnya dia mengambil keputusan. Tukarkan saja.

Toh panennya cepat, sepuluh poin ini bukan masalah.

Barang-barang di pusat perbelanjaan tidak terlalu mahal. Setelah menukar bibit terong, cabai, dan semangka, dia masih memiliki 69 poin. Sisanya cukup untuk beberapa hari.

Satu menit kemudian, Viola menerima pemberitahuan bahwa benih telah berhasil ditanam. Dia kembali kagum akan kekuatan sistem ini, lalu menyiramnya dengan Sumber Spiritual. Namun, kali ini tidak tumbuh rimbun seperti sebelumnya, cuma muncul satu tunas kecil.

Viola pun merasa sedikit kesal. Tampaknya setelah melewati masa pemula, tugas mulai menjadi lebih sulit.

Untungnya sudah berkecambah, ini juga hal baik. Tetap jauh lebih cepat daripada menanam di luar.

Dia menenangkan diri sejenak, kemudian masuk lagi ke ruang untuk menukar dua bungkus susu bubuk.

Si Garong ini benar-benar seperti mesin pemakan emas. Setiap bangun tidur pasti makan. Baru sehari, satu bungkus susu bubuk sudah habis sepertiganya.

Saat keluar dari ruang, Viola membawa beberapa mentimun dan tomat. Dia pun mendapati sayuran itu masih segar seperti baru dipetik, sama sekali tidak layu. Sepertinya ruang juga memiliki fungsi penyimpanan agar sayuran tetap segar.

Dia menyerahkan sayuran itu pada Nadia, menyuruh Nadia untuk merendam dengan air dingin, nanti dikeluarkan saat siang terik untuk disantap. Sebelum semangka berbuah, anggap saja ini sebagai pengganti buah.

Nadia menerimanya dengan senang hati. Saat ini, Bibi Asih juga kembali.

Viola segera bertanya, "Bagaimana?"

Bibi Asih mengangguk berulang kali dengan penuh semangat.

"Mereka setuju membantu kita menjualnya. Aku sudah khusus minta mereka membawanya keluar istana. Barang ini sangat langka, pasti akan cepat terjual."

Hati Viola langsung merasa tenang.

Selama dua bersaudara itu tidak bodoh, mereka pasti tahu ini adalah jalan untuk menghasilkan uang.

"Kalau begitu bagus, dua hari ini kamu tanyakan terus."

"Baik, Nyonya."

Baru saja Bibi Asih selesai bicara, Garong menangis keras.

Nadia segera berlari masuk untuk membuat susu bubuk, sementara Bibi Asih menimang-nimang si Garong.

Viola memperhatikannya sejenak, merasa anak ini tampak jauh lebih rupawan dibanding kemarin. Tubuhnya lembut, kedua tinju mungilnya tergenggam erat dan alis mungilnya sedikit berkerut.

Viola tidak tahan untuk mencubit pipinya yang bulat montok.

Garong langsung berhenti menangis, kepalanya yang mungil berputar pelan. Sepasang matanya yang hitam pekat menatap Viola.

Bibi Asih berkata heran, "Katanya bayi baru bisa melihat jelas setelah tujuh hari, tapi sepertinya Putra Mahkota kita sudah bisa melihat orang."

"Oh, ya?"

Viola kembali mengangkat dagu mungil si kecil.

Garong seakan tahu Viola sedang menggodanya, lalu tersenyum lebar sambil terkikik.

Sepasang matanya yang hitam bulat seperti dihiasi dua batu giok hitam, terlihat sangat bersemangat.

Viola makin merasa anak ini menggemaskan. Dia memegang tinju mungil si kecil sambil menggoyangkannya pelan.

Garong langsung membuka tangannya untuk menggenggam jari Viola sambil bergumam tidak jelas.

"Kamu bilang apa? Mau minum susu, ya?"

Viola mencoba menarik jarinya, tetapi Garong mencengkeram erat dan tidak mau melepaskan. Tangan mungil itu ternyata cukup kuat.

'Wah, apa ini juga efek dari Sumber Spiritual?'

Entah hasilnya seperti apa jika Garong terus diberi minum susu dengan Sumber Spiritual?Mungkin saat besar nanti, sekali pukul langsung bisa menjatuhkan Kaisar berengsek itu.

Viola tersenyum tipis saat membayangkan putranya memukul ayahnya, perasaannya juga puas.

"Nyonya, susu bubuknya sudah siap. Putra Mahkota pasti lapar sekali."

Nadia berlari kecil saat masuk membawa botol susu, Viola menerimanya dan mencoba suhunya dengan kelopak mata.

Ini juga dia pelajari dari kakak iparnya. Katanya, cara ini sangat akurat untuk menguji suhu. Entah ada dasar ilmiahnya atau tidak, pokoknya ditiru saja.

Saat melihat botol susu, mata Garong langsung berbinar. Belum selesai minum satu botol, mulutnya sudah terbuka, si kecil kembali tertidur.

Viola menarik botol susu dari mulutnya, tetapi mulut mungil itu langsung bergerak lagi. Karena merasa lucu, dia pun menyelipkannya kembali.

Bibi Asih tidak tahan. "Yang Mulia tidak boleh ganggu anak seperti ini, nanti perutnya kembung. Kita di sini tidak ada tabib, kalau anak sakit, nanti bisa sangat menderita."

Viola terkejut, lalu memutuskan untuk tidak mengganggunya lagi. Meski di pusat perbelanjaan ada obat, kebanyakan untuk orang dewasa. Dia sama sekali tidak tahu obat apa yang aman untuk bayi sekecil ini.

...

Tiga hari berlalu dalam sekejap mata.

Pagi hari, Viola masuk ke ruang. Dia melihat bibitnya baru tumbuh tinggi, tapi belum berbunga.

Dia melihat poinnya tersisa 65. Perasaannya jadi sedih, tapi tetap nekat menukar sepotong daging.

Dia adalah pemakan daging sejati, tanpa daging sulit baginya untuk bahagia.

Dia cuma berharap kedua bersaudara itu bisa mendapat uang agar nanti bisa membeli daging dari luar istana. Poin ini harus dia sisakan untuk menukar hal lain.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara "Pak!" dari luar, seperti ada sesuatu yang dilempar masuk.

Bibi Asih langsung bersemangat, "Ini sinyal yang sudah disepakati dengan Aden dan Deden. Pasti ada kabar yang datang."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 70: Kaisar, Tolong!

    Istana Cani.Ibu Suri duduk di sofa empuk, di sampingnya berdiri Jenar yang terus menangis tersedu-sedu."Ibu Suri, Kaisar sampai menyuruh ayahku pergi menanam di ladang, bagaimana dengan reputasi Keluarga Lukio kita?"Lima belas menit kemudian, begitu mendengar kabar itu, Jenar segera datang untuk mengadu kepada Ibu Suri.Wajah Ibu Suri juga terlihat sangat tidak enak dilihat.Dia sudah tahu kabar bahwa Wijaya sedang ditahan di kediamannya, kini Kaisar mulai mengarahkan sasaran ke Keluarga Lukio, benar-benar keterlaluan dan tidak tertahankan.Seandainya tahu begini, hari itu dia tidak seharusnya berbelas kasihan. Kalau saja anak itu juga dihabisi, takhta pasti sudah menjadi milik Wijaya.Dia teringat ketika mendiang Kaisar masih hidup, pernah berkata sendiri bahwa menjadikan Yosa sebagai putra mahkota hanyalah untuk diperlihatkan kepada para menteri, sebenarnya tahta akan diwariskan pada Wijaya, anak sahnya.Siapa sangka, saat ajal menjemput, pria tua itu malah berubah pikiran, entah

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 69: Semangka

    Setelah dua perintah ini keluar, para menteri tidak berani berbicara lagi.Yosa melirik semua orang dengan puas, lalu berucap dengan acuh tak acuh, "Kalau ada yang ingin disampaikan, sampaikan sekarang. Kalau tidak ada, bubar."Para menteri menunduk dan berkata, "Hamba tidak ada yang ingin disampaikan.""Bubar."Yosa bangkit dengan agung, lalu berjalan keluar dari Aula Permata.Saat ini Viola sudah mengikuti Andi untuk menunggu di Ruang Baca Kekaisaran.Dia kembali terpikirkan 2.000 tahil itu, yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Ditambah lagi dengan kehilangan seratus poin yang tidak jelas, dia merasa makin tertekan.Andi melihatnya tidak gembira, jadi bertanya dengan suara rendah, "Ivo, ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"Viola menggelengkan kepalanya."Tidak apa-apa, aku hanya tiba-tiba teringat ibuku dan anakku. Hatiku merasa sedikit sedih."Andi menghela napas. "Kamu sungguh menyedihkan. Lebih baik seperti aku, tidak ada beban di hati. Hanya perlu perhatikan diriku

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 68: Hamba Sangat Bersedia

    "Kamu juga berdirilah."Suara Yosa terdengar rendah, entah kenapa membawa kesan suram."Terima kasih, Kaisar."Viola berdiri dari bawah, tetapi matanya masih melirik ke arah uang itu hingga tanpa sadar menelan ludah.Nugraha yang masuk dari luar aula, kebetulan melihat gerakan menelan Viola, telinganya pun ikut memerah.Viola agak bingung saat melihat Nugraha menatapnya dengan ekspresi aneh, lalu dia bergeser ke tepi meja.Nugraha tidak berani memperlihatkan lebih banyak, dia buru-buru membantu Yosa berganti pakaian.Saat Yosa dalam posisi membelakangi, Viola segera menarik dua lembar uang, lalu cepat melipat dan menyelipkannya ke lengan bajunya.Meski hanya 200 tahil, setidaknya cukup membuat hatinya terasa lega.Sesaat kemudian, Yosa sudah berpakaian rapi.Mahkota kaisar dengan hiasan batu akik merah melambangkan kekuasaan tertinggi. Naga emas bercakar lima di dadanya tampak gagah dan penuh wibawa.Begitu mengenakan jubah kaisar, aura Yosa seketika menjadi tajam. Tiap gerakannya seak

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 67: Nugraha Salah Paham

    Yosa menekan pergelangan tangan Viola dengan satu lutut. Tangan kanannya sudah mengunci leher wanita itu, lalu sepasang mata tajamnya gelap dan setajam pisau.Viola melihat bayangan hitam raksasa yang menaunginya, membuat jantungnya berdebar seperti genderang."Kaisar, ini aku..."Viola mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengeluarkan suara yang tercekik.Dalam kegelapan, bibir merah muda Viola sedikit terbuka. Dia berusaha keras melepaskan tangan besar Yosa yang seperti penjepit besi.Yosa menyipitkan mata tajamnya, kemudian perlahan melepaskan tangannya.Dia bertanya dengan suara berat, "Kenapa kamu ada di sini?""Hamba berjaga malam bersama Kasim Andi hari ini. Saat hamba mendengar suara Kaisar, hamba pikir Kaisar sakit, jadi hamba masuk untuk melihat kondisi Kaisar."Viola bangkit dengan tergesa-gesa sambil batuk beberapa kali.Mata tajam Yosa sedikit menyipit dengan tatapan tidak menentu.Viola buru-buru berlutut di bawah."Kaisar, hamba sungguh masuk karena mendengar suara. Ham

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 66: Kehilangan 100 Poin

    Jangan-jangan hujan tadi adalah hasil tukar poin darinya?Astaga!Apa-apaan ini?Viola tiba-tiba teringat saat dia menukar susu bubuk untuk Garong, papan di samping toko poin sempat memperbarui beberapa tulisan, sepertinya ada kata tentang Sumber Spiritual. Waktu itu dia buru-buru, makanya tidak sempat memperhatikan.Apa mungkin Sumber Spiritual itu telah meningkatkan suatu fungsi lagi?Makin dipikir Viola makin gelisah. Dia segera berkata pada beberapa orang, "Aku mau ke WC, kalian tunggu di sini sebentar."Seorang kasim muda sambil tersenyum berkata, "Pergilah, kalau Kaisar bertanya, kami akan bantu cari alasan buatmu.""Terima kasih."Viola keluar dari Ruang Baca Kekaisaran. Sekitar dua ratus meter jauhnya ada sebuah WC khusus untuk para pelayan kaisar, baik kasim maupun dayang.Saat berpikir demikian, Viola tiba-tiba menyadari sesuatu.Yang melayani Wijaya sepertinya semuanya kasim, sama sekali tidak ada dayang.Biar saja, siapa pun yang dipakai tidak penting, sekarang dia hanya in

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 65: Sumber Spiritual Menurunkan Hujan?

    Yosa meletakkan alat tulisnya, kemudian melangkah cepat ke pintu.Aroma segar rerumputan bercampur tanah meresap ke dalam hidungnya, membuat Yosa merasa segar.Andi dan yang lainnya berdiri di halaman. Mereka semua melompat kegirangan melihat hujan turun."Hujan! Hujan turun!""Sejuk sekali!"Beberapa orang itu sejenak lupa diri.Saat mereka berbalik dan melihat Kaisar, mereka semua langsung terdiam.Yosa tidak menyalahkan mereka. Setelah lama tidak hujan, hatinya juga sama gembiranya.Saat ini, Nugraha juga kembali membawa es raksasa. Dia berlari sambil berkata, "Kaisar, hujan lebat dari langit ini adalah pertanda keberuntungan. Pasti karena Kaisar sepenuh hati melayani rakyat, sehingga menyentuh surga dan menurunkan hujan ini."Viola berdiri di belakang Yosa. Dia mencibir saat mendengar ucapan ini, 'Orang tua ini sungguh pandai menjilat.'Wajah Yosa tampak tenang, matanya masih menatap tetesan hujan yang jatuh dari langit.Tadi pagi, dia secara khusus bertanya pada Biro Pengawas Astr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status