Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta

Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta

โดย:  Runaอัปเดตเมื่อครู่นี้
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
คะแนนไม่เพียงพอ
70บท
10views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Setelah Viola Zalin mengalami kecelakaan mobil, dia terlempar ke masa lalu menjadi selir buangan di istana pengasingan yang bahkan jabatannya belum diangkat resmi, dan tanpa rasa sakit langsung "menjadi ibu". Setelah mewarisi ingatan pemilik tubuh, Viola bertekad mencari uang untuk kabur, membesarkan anak, dan memimpin pemberontakan. Tidak ada makanan? Jangan takut, aku punya ruang penyimpanan di tanganku. Tidak ada uang? Jangan takut, tinggal ambil barang yang mau dibeli dari ruang penyimpanan. Dengan mengandalkan ruang penyimpanan, Viola hidup dengan penuh kelimpahan di dalam istana. Tapi saat hendak melaksanakan rencana besarnya, dia malah dihadang oleh seorang pria. "Kudengar kamu mau membuat putraku memberontak?" Viola menggertakkan gigi. "Kenapa? Tidak boleh?" Raut pria itu langsung berubah sembari menatapnya penuh kehangatan. "Asalkan kamu dan putra kita tetap tinggal, takhta ini milikmu … dan aku juga milikmu."

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Bab 1: Ke Masa Lalu dan Menjadi Seorang Ibu

Petir menggelegar, kilat menari-nari di langit bak ular perak.

Hujan lebat bercampur angin kencang menerpa masuk ke istana pengasingan, pintu kayu yang sejak awal tidak tertutup rapat langsung mengeluarkan suara benturan keras.

Seorang pelayan muda berpakaian lusuh menahan pintu dengan sekuat tenaga dengan air mata yang terus mengalir.

Majikannya sebentar lagi akan melahirkan, tetapi justru saat ini angin bercampur hujan datang bersamaan.

Kenapa Langit tidak membuka mata untuk memberi belas kasihan-Nya?

Bibi yang berdiri di depan ranjang pun matanya memerah.

Dia berkata dengan suara tercekat, "Yang Mulia, kepala bayi sudah hampir keluar, Anda cuma perlu mengerahkan sedikit tenaga lagi, setelah itu anak ini akan lahir."

Seorang wanita muda berwajah pucat pasi tampak sedang terbaring di atas ranjang. Wajah cantiknya dipenuhi butiran keringat halus, perut besarnya sangat mencolok.

Dia menggigit bibir kuat-kuat, jemarinya yang mencengkeram palang ranjang memutih dan urat di dahinya pun menonjol.

Namun hanya sesaat, wanita itu kehilangan tenaga.

Bibi Asih segera menggenggam tangan sang wanita dengan susah payah berkata, "Yang Mulia, bertahanlah sebentar lagi, kalau melahirkan putra Kaisar, mungkin kita bisa keluar dari istana pengasingan, Tuan Besar juga bisa kembali ke ibu kota."

Air mata wanita itu menetes sembari menanggapi dengan suara serak, "Ayahku difitnah, dia setia pada kaisar dan mencintai negara, mana mungkin berkhianat."

Bibi Asih berjongkok di tepi ranjang, matanya juga ikut berlinang air mata.

"Memang difitnah, tapi harus Kaisar yang mengatakannya, asalkan Yang Mulia bisa melahirkan anak ini, mungkin semuanya akan lebih mudah diselesaikan."

Ucapan Bibi Asih seolah memunculkan tenaga tidak terbatas kembali dalam diri wanita itu.

Saat ini, petir menggelegar disertai tangisan bayi, wanita itu bahkan belum sempat melihat wajah anaknya, pergelangan tangannya sudah terkulai lemas.

Bibi Asih buru-buru melihat bayi hingga sama sekali tidak menyadari perubahan pada wanita itu.

Saat melihat sang jabang bayi, dia girang bukan main. "Lahir, Yang Mulia, bayi ini sungguh putra Kaisar."

Lalu melihat wajah wanita itu pucat seperti kertas, dia terkejut.

"Yang Mulia, Anda kenapa?"

Sang pelayan muda pun segera berlari. Melihat wanita itu diam tidak bergerak, langsung menangis keras.

"Yang Mulia, bangunlah, jangan menakutiku! Yang Mulia! Yang Mulia!"

Viola dibangunkan dari tidurnya.

Seingatnya, dia sedang dalam perjalanan menuju perusahaan tempatnya magang. Tapi tiba-tiba sebuah mobil sedan menerobos lampu merah dan menabraknya, suara dentuman terdengar, lalu dia tidak sadarkan diri.

Saat kembali membuka mata, yang dilihatnya adalah bangunan tua bobrok, dan ada seorang gadis kecil yang menangis tersedu-sedu. Air hidung dan air mata gadis itu bercampur. Dia bahkan mengenakan pakaian compang-camping ala zaman kuno.

"Kamu ini…"

Viola membuka mulut dengan terkejut. Belum sempat bertanya, si pelayan muda sudah menangis bahagia, "Nyonya, Anda sudah bangun? Barusan Anda membuat Hamba kaget saja."

Nyonya apa? Hamba apa?

Kepala Viola terasa nyeri.

Lalu, sekumpulan ingatan asing membanjiri kepalanya.

Viola terkejut bukan main.

Dia… ternyata melintasi waktu!

Tubuh yang ditempatinya kini adalah putri kandung Jenderal Agung Zalin dari Negara Asta, namanya sama persis dengannya.

Setahun lalu, di usia 16 tahun, Viola menikah ke dalam kediaman Putra Mahkota, hingga menjadi Putri Mahkota yang disukai banyak orang.

Dua bulan kemudian, Kaisar Terdahulu mangkat karena sakit, putra mahkota pun naik takhta.

Sebagai istri sah, seharusnya dia menjadi permaisuri.

Namun sebelum penobatan, tersebar berita bahwa ayahnya bersekongkol dengan Suku Jasin untuk memberontak.

Saat kaisar baru naik takhta, sesuai adat dia memberi amnesti, sehingga Jenderal Dio Zalin tidak dihukum mati, tapi seluruh keluarga diasingkan ke Kota Sanda di ujung utara negara.

Viola yang malang ini pun dibuang ke istana pengasingan, menjadi satu-satunya selir buangan di Negara Asta yang bahkan belum diberi gelar resmi, hanya ditemani pelayan pengiring bernama Nadia, serta yang merawatnya sejak kecil, Bibi Asih.

Lebih buruk lagi, dia menyadari dirinya hamil tidak lama setelah masuk istana pengasingan.

Usai mengandung sembilan bulan, anak itu lahir, tapi nyawanya melayang.

Sebenarnya, tanpa kasus Keluarga Zalin pun, nasibnya tidak akan lebih baik.

Kaisar baru memang sejak awal tidak menyukainya, satu-satunya malam bersama pun hasil tipu daya.

Viola hanya bisa terdiam saat mengingatnya.

Istilahnya, hal yang dipaksa memang tidak akan berakhir manis.

Saat dia sedang berpikir, Bibi Asih sudah berlutut sambil menggendong bayi.

Dia kira Viola hanya lelah, jadi berkata penuh haru, "Syukurlah Yang Mulia baik-baik saja, Anda sungguh melahirkan putra mahkota. Hamba akan mencari cara untuk menyebarkan kabar gembira ini."

Viola langsung memegangnya sambil bersuara lemah.

"Jangan."

Baru mengucap kata ini, napasnya sudah tersengal.

Tenaga pemilik tubuh sudah habis karena melahirkan bayi ini.

Bibi Asih tidak mengerti, "Ini kabar baik besar, kalau Kaisar dan Ibu Suri tahu, mereka pasti senang sekali."

Viola menekan pelipis yang berdenyut hingga mengernyit. "Tenang dulu, kepalaku sedikit sakit."

Bibi Asih segera memerintahkan Nadia.

"Cepat turunkan tirai, hari ini angin besar, jangan sampai Yang Mulia masuk angin."

Nadia menjawab dan segera menurunkan tirai yang lusuh.

Viola kembali tenggelam dalam ingatan pemilik tubuh.

Putra mahkota tidak menyukai pemilik tubuh, keluarga ibunya pemilik tubuh pun adalah keluarga terhukum.

Sedangkan Ibu Suri selalu ingin keponakannya menjadi istri putra mahkota. Kini setahun sudah Viola di istana pengasingan dan hampir terisolasi dari dunia luar. Jika keponakan Ibu Suri menikah dengan kaisar baru, sudah pasti Viola tidak akan dibiarkan hidup tenang.

Kini dia tidak punya kekuasaan, tidak punya uang, tidak punya koneksi, bahkan modal untuk bertahan hidup pun tidak ada. Kalau keluar tanpa persiapan, akan sangat berbahaya.

Apalagi anak ini dilahirkan dengan nyawa pemilik tubuh sebagai gantinya, apa pun yang terjadi dia harus melindunginya.

Saat sedang memikirkan rencana, tiba-tiba terdengar suara jernih di kepalanya, "Ruang telah menyatu sempurna dengan Majikan, hadiah mata air spiritual satu, pusat perbelanjaan poin tingkat awal satu, silakan digunakan sendiri."

Sekejap kemudian, dia sudah berada di ruang asing.

Di sisi kanan ada sebuah mata air jernih, di depan ada lahan pertanian, dan di depan lahan ada rumah besar.

Saat masuk, ternyata itu pusat perbelanjaan, barang-barangnya lengkap, dari makanan hingga perlengkapan.

Secara refleks dia mengambil teh melati kesukaannya, tetapi malah terpental oleh cahaya tidak kasatmata.

Suara tadi muncul lagi, "Satu poin untuk menukarnya."

Ternyata harus pakai poin, lalu bagaimana cara mendapatkannya?

Dia bertanya dua kali tetapi tidak ada jawaban. Suara itu seperti hanya bisa memberi informasi, bukan untuk percakapan.

Dia mencoba barang lain, tetap tidak bisa diambil. Akhirnya, dia keluar dari toko.

Dari sudut mata, dia melihat layar digital raksasa modern di sisi kanan, menampilkan tulisan besar yang bergerak.

[Misi pemula 1: Tanam tanaman apa pun, dapat sepuluh poin.]

Viola langsung bersemangat. Jika tanaman apa saja boleh, berarti bebas pilih.

Setelah mencari-cari, dia justru menemukan ruangannya sangat bersih, sama sekali tidak ada tanaman misi. Dia pun hanya bisa keluar dari sana terlebih dahulu.

Tepat saat ini, Bibi Asih membuka tirai sembari menggendong bayi. "Yang Mulia, Putra Mahkota menangis hebat, pasti lapar. Cepat susui dia."

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

ไม่มีความคิดเห็น
70
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status