Share

Bab 2

Author: Ashana
Terdengar suara ibu Amanda yang girang di telinga, "Bagus sekali, Amanda. Kalau begitu, kita akan pergi mengurus dokumennya. Setelah itu, tidak boleh menyesal lagi."

Dia menggenggam ponselnya erat, ujung jarinya sedikit gemetar, tapi dia tetap menjawab dengan mantap, "Aku tidak akan menyesal."

Ibu Amanda hendak menutup telepon, tapi seolah teringat sesuatu, lalu bertanya dengan hati-hati, "Oh iya, bagaimana dengan pacarmu itu? Bukankah kamu mengejarnya lama sekali dan sangat menyukainya?"

Kata pacar seperti duri tajam yang menusuk hatinya.

Di benak Amanda, seketika terlintas suara tawa yang menyakitkan di ruang rumah sakit, Ricky yang bersandar santai di ranjang sambil bermain ponsel, tawa mengejek dari orang-orang di sekitarnya dan teringat betapa kejamnya dia yang demi Luna, rela menghabiskan waktu tiga tahun hanya untuk membalas dendam.

Jantungnya terasa mengerut, seolah ada tangan tak terlihat yang menggenggamnya dengan kuat, membuatnya tidak bisa bernapas karena sakit.

"Sudah tidak suka lagi. Aku tidak akan suka dia lagi untuk selamanya." Dia mendengar suaranya sendiri, serak namun tenang.

Setelah menutup telepon, Amanda berdiri di pinggir jalan, membiarkan angin dingin mengacak rambutnya. Dia mendongak menatap langit yang kelabu, menghela napas dalam-dalam, lalu berbalik dan melangkah ke arah yang dia sebut rumah.

Begitu membuka pintu, aroma yang familier langsung menyambutnya.

Amanda berdiri di ambang pintu, memandangi tatanan ruang tamu yang begitu dikenalnya dan hatinya terasa linglung.

Ini rumah Ricky, rumah yang kuncinya dia berikan setelah menerima pernyataan cinta Amanda.

Hari itu, Ricky bersandar di pintu dan berkata dengan santai, "Ayo tinggal bersama."

Waktu itu, dia malu-malu tapi sangat bahagia dan berpikir itu awal kisah cinta mereka.

Dia bahkan diam-diam membayangkan, suatu hari nanti mereka akan menikah, punya anak, dan menjalani hidup bersama di rumah ini.

Namun sekarang, semua itu hanya terasa seperti sebuah lelucon.

Tinggal bersama? Itu semua agar dia bisa lebih mudah membalas dendam.

Amanda tidak tahu seberapa dalam cinta Ricky pada Luna, sampai dia rela menghabiskan tiga tahun bersamanya dan tinggal serumah, bahkan … tidur dengannya berkali-kali.

Semua itu hanya agar Amanda percaya kalau dia benar-benar mencintainya.

Selama tiga hari berikutnya, Amanda tidak sekalipun mengunjungi Ricky di rumah sakit.

Dia mengurung diri di rumah, mulai merapikan semua barang yang berkaitan dengan Ricky.

Dia mengambil buku hariannya yang ditulis saat dia diam-diam menyukai Ricky, sebuah buku tebal, setiap halamannya penuh dengan isi hatinya.

"Hari ini aku bertemu dia lagi di perpustakaan. Dia memakai kemeja putih, sangat tampan."

"Hari ini dia bicara denganku, walaupun hanya minta tolong ambil barang dengan sopan, tapi aku tetap senang seharian."

"Dia setuju bersama denganku. Apakah aku sedang mimpi?"

Amanda membalik halaman demi halaman, air mata jatuh tanpa suara.

Dia melempar buku harian itu ke dalam kantong sampah, seolah perlahan-lahan melepaskan perasaannya pada Ricky.

Lalu, semua hadiah yang pernah dia berikan pada Ricky.

Sebuah kalung, sebuah jam tangan, sebuah jaket … semuanya penuh dengan kebahagiaan dan harapan yang pernah dia miliki.

Terakhir, foto-foto Ricky yang dia ambil diam-diam.

Di atas panggung saat berpidato, sedang main basket, bersandar di lorong sambil mengobrol, setiap foto pernah membuat hatinya berdebar.

Dia melempar semua itu ke tempat sampah, seolah sedang mengucapkan selamat tinggal pada dirinya yang dulu.

Sore hari ketiga, Amanda akhirnya selesai membereskan barang terakhir.

Dia berdiri di tengah ruang tamu, memandangi rumah yang kini kosong dan merasa lega seperti baru terbebas.

Saat itulah, Ricky mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Pandangan matanya menyapu ruangan yang tampak lebih kosong dan keningnya berkerut, "Kamu buang apa?"

Amanda mengangkat kepala dan menatapnya dengan tenang, "Tidak, hanya barang-barang yang tidak penting."

Ricky melangkah mendekat, nada suaranya terdengar sedikit tidak senang, "Aku terluka parah, kenapa kamu tidak datang menjengukku sama sekali?"

Amanda tersenyum tipis, nadanya dingin, "Bukannya kamu sudah keluar rumah sakit? Kalau luka parah, bisa secepat itu pulang?"

Ricky terdiam sejenak, lalu buru-buru menjelaskan, "Aku dengar kamu mendonorkan banyak darah untukku, aku khawatir, jadi pulang melihatmu."

Setelah selesai bicara, matanya tertuju pada lengan Amanda, nadanya terdengar lembut, "Sakit tidak?"

Amanda menarik tangan dan menjawab dengan datar, "Tidak."

Ricky menyadari sikap dinginnya, wajahnya makin tegang, "Sebenarnya ada apa? Aku baru dirawat sebentar, tapi kamu sudah berubah?"

Amanda tersenyum datar, "Apa yang berubah?"

Ricky tidak menjawab, tapi mereka berdua tahu betul.

Dulu, Amanda menatapnya dengan penuh cinta. Meski Ricky hanya flu ringan, dia akan sangat panik dan sangat ingin terus berada di sampingnya.

Namun sekarang, Ricky dirawat tiga hari, dia bahkan tidak meneleponnya sekalipun.

Ricky menatap wajahnya sejenak, seperti mencoba membaca pikirannya.

Lalu tiba-tiba dia bicara, suaranya pelan dan lembut, "Apakah kamu kelelahan belakangan ini? Mereka mengadakan pesta penyambutan untukku. Pergi bersamaku, ya?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 23

    Sebaliknya, Ricky yang berada di samping Amanda tampak sangat gugup.Dia tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana dia menikahi Amanda.Setelah Amanda "mati", dia bahkan sempat berpikir untuk menggelar pernikahan dengan abu jenazah Amanda.Namun, tekanan Keluarga Mandos akhirnya membuat Ricky mengubur pikiran tersebut.Sekarang, impiannya menjadi kenyataan. Dia akhirnya bisa menikahi wanita yang telah lama menyukainya dan dia juga sangat mencintainya.Di masa depan, dia berjanji akan memperlakukannya dengan baik, tidak akan pernah mengecewakannya.Ketika pembawa acara mulai berbicara, Amanda dan Ricky saling bertukar kata-kata yang harus mereka sampaikan.Harusnya Amanda yang pertama, tapi kali ini dia justru menyerahkan mikrofon pada Ricky.Ricky telah berbicara di depan umum ribuan kali, namun tidak ada yang lebih membuatnya gugup dari kali ini.Meskipun dia sudah menyiapkan pidatonya, saat waktunya tiba, satu-satunya kata yang bisa dia ingat adalah satu kalimat sederhana."Ama

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 22

    Keluarga Monopo memiliki sepasang putri kembar. Sang kakak, Luna, terkenal dengan sifatnya yang arogan dan suka menindas yang lebih lemah.Sedangkan adiknya sangat tenang dan terkontrol, hanya menggunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.Awalnya, Keluarga Monopo menaruh seluruh harapan mereka pada Luna.Namun, mereka tidak pernah menyangka kalau Luna justru terjebak dalam hubungan dengan Ricky, seorang penggila cinta yang bahkan sering membuat kekacauan demi Ricky.Keluarga Monopo kemudian memberikan semua sumber daya terbaik mereka pada adiknya, Anya.Sejak usia 16 tahun, Anya dikirim ke Negara Merikana untuk mendapatkan pendidikan elit.Keluarga Monopo berencana agar dia bisa mengambil alih seluruh bisnis keluarga pada usia 30 tahun.Untuk tujuan itu, Anya tidak pernah kembali ke dalam negeri.Itulah alasan mengapa Amanda tidak pernah mendengar namanya.Hingga kali ini, setelah Luna dikirim ke penjara oleh Ricky, Keluarga Monopo terkena dampak serangan dari Keluarga Mandos dan An

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 21

    Selama sebulan terakhir, Amanda tidak pernah berhenti berpikir untuk melarikan diri.Namun, Ricky seperti memiliki pelacak di tubuhnya, ke mana pun dia pergi, Ricky selalu berhasil menemukannya.Bahkan untuk memberinya pelajaran, Ricky memutuskan untuk menghentikan pekerjaan Amanda di grup tari.Tentu saja, alasan yang dia berikan pada ketua grup tari kali ini tidak sekejam dulu. Dia hanya mengatakan kalau mereka sudah lama berpisah dan ingin lebih banyak waktu bersama.Setelah mereka menikah, Amanda pasti bisa kembali bekerja.Benar, menikah.Pada konferensi pers yang dulu, Ricky tidak hanya mengumumkan berita kematian palsu Amanda, tapi juga mengungkapkan kabar gembira kalau mereka akan menikah dalam waktu sebulan.Amanda sama sekali tidak tahu tentang semua ini, sehingga setelah konferensi pers itu dia kehilangan kendali dan terlibat perdebatan sengit dengan Ricky.Namun, itu tidak mengubah kenyataan kalau Ricky tetap ingin menikah dengannya.Hari ini, Ricky membawanya ke toko baran

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 20

    Ketika melihat Ricky yang tampak gila di depannya, Amanda hanya merasa ironis."Ricky, kamu selalu bilang mencintaiku, lalu kenapa dulu tidak mencari tahu kebenarannya saat Luna menuduhku? Kenapa saat kamu setuju dengan rencana balas dendam Luna, kamu tidak memberitahuku kebenarannya?""Jangan cari alasan. Aku sudah memberimu kesempatan. Waktu itu saat kebakaran besar, aku tanya padamu, apakah kamu akan kembali? Saat itu, aku berpikir, jika kamu bisa segera kembali dan menarikku keluar dari api, aku bisa memaafkanmu, semua yang terjadi sebelumnya bisa dilupakan.""Tapi, apa yang kamu lakukan waktu itu?"Amanda melontarkan kata-kata itu dan Ricky terdiam lama.Kebakaran itu sudah lama berlalu, terlalu lama hingga Ricky hampir melupakan kejadian saat itu.Namun, dia masih ingat, waktu itu dia tidak menjawab, hanya ragu sejenak, kemudian meninggalkan Amanda tanpa menoleh."Kamu bisa meninggalkanku dalam api, kenapa kamu pikir aku akan tetap tinggal untukmu?"Amanda meninggalkan kalimat it

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 19

    Ricky terdiam lama setelah tamparan itu, akhirnya dia perlahan mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya yang merah."Bukan mimpi?"Amanda sudah kesal dengan kejadian yang tak terduga hari itu dan langsung tertawa sinis, "Mimpi? Tentu saja ini mimpi.""Sungguh malang, aku harus bertemu dengan mimpi buruk seperti ini!"Setelah itu, dia tidak lagi memandang Ricky, berbalik dan berjalan menuju tangga."Amanda!"Ricky akhirnya sadar, buru-buru mengikuti, namun saat mereka saling tarik-menarik, kaki Amanda tiba-tiba tergelincir dan tubuhnya melayang ke bawah."Hati-hati!"Ricky terkejut dan ingin menariknya secara, refleks tapi sudah terlambat. Dia hanya sempat merangkul tubuh Amanda dalam pelukannya."Bruk!"Suara keras terdengar saat keduanya jatuh ke lantai.Karena Ricky yang melindunginya, Amanda hanya merasa sedikit pusing, tidak terluka.Namun, Ricky yang terjatuh di bawah, bagian belakang kepalanya mulai mengeluarkan darah."Tuan!"Vila langsung menjadi kacau balau, kepala pelayan s

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 18

    Setelah itu, selama dua minggu berikutnya, Amanda sibuk dengan pertunjukan dan tidak punya waktu untuk memikirkan Ricky.Hingga akhirnya, setelah pertunjukan terakhir selesai, dia mendapat libur yang sudah lama dinanti.Ketika Amanda sedang bersiap menyewa mobil untuk berlibur, dia menerima telepon dari asisten Ricky.Asisten di ujung telepon hanya mengatakan kalau Ricky sedang dalam masalah, dan memohon agar Amanda datang ke rumah Keluarga Mandos.Karena sudah mengenal karakter Ricky, Amanda mengira itu hanya ulahnya lagi, namun dia tidak ingin membalasnya.Dengan sabar, dia menjawab, "Aku bukan dokter, aku tidak bisa membantunya."Tanpa menunggu balasan, Amanda langsung memutuskan telepon itu.Bahkan untuk memastikan tidak ada gangguan lagi, dia dengan sengaja memblokir nomor asisten Ricky.Setelah itu, Amanda melemparkan ponselnya dan bersiap untuk pergi menyewa mobil.Setelah memberitahukan tujuan pada sopir, Amanda duduk di kursi belakang dan tertidur.Beberapa lama kemudian, sopi

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 17

    Begitu Amanda berbalik, sebuah suara keras terdengar tepat di depan dirinya.Dia menoleh secara refleks dan melihat asisten Ricky yang tampak ketakutan."Nyon ... Nyonya?"Akhirnya, Amanda tidak jadi pergi. Asisten Ricky menahannya dengan kuat."Nyonya, tolong jangan pergi. Anda tidak tahu apa yang telah dialami oleh Pak Ricky selama ini. Meskipun Anda tidak ingin membicarakan masa lalu, setidaknya demi kebaikan Pak Ricky yang telah menyelamatkan Anda, tolonglah tetap tinggal dan temani dia,." Amanda menghela napas panjang, "Pertama, jangan panggil aku nyonya, aku dan dia bahkan bukan teman.""Selain itu, aku bisa tinggal dan menemaninya, tapi setelah memastikan dia baik-baik saja, aku tetap akan pergi.""Bagaimanapun, aku tidak ingin ada hubungan lagi dengan dia."Setiap kali Amanda berbicara, wajah asisten itu semakin canggung.Akhirnya, asisten itu hanya bisa mengalah dan menyetujui semua permintaan Amanda.Keduanya duduk di kursi di luar ruang operasi, menunggu dengan diam.Saat A

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 16

    Akhirnya Amanda meletakkan pisau dan garpu, mengambil ponselnya dan mengetik beberapa kata, lalu menunjukkannya pada Ricky.[Kamu terus menatapku untuk apa?]Ricky yang sejak tadi asyik menatapnya semakin yakin kalau wanita ini sangat mirip dengan Amanda, sampai akhirnya dia tidak sengaja mengatakannya."Kamu sangat mirip dengan seseorang yang sudah lama aku kenal."Seseorang yang sudah lama kamu kenal?[Siapa?]Amanda malas mengetik lagi, jadi dia meminta kertas dan pena pada pelayan di samping untuk menuliskan pertanyaannya.Ricky menggenggam tangannya, lalu tersenyum pahit, "Istriku."Mungkin karena sosok di depannya terlalu mirip dengan Amanda, rasa waspada Ricky akhirnya menghilang.Dia pun mulai mencurahkan semua rasa sakit yang telah dia pendam sepanjang tahun ini."Aku sangat mencintai istriku, tapi karena kata-kata orang lain, aku membuat keputusan yang salah. Akibatnya, istriku kehilangan nyawanya dalam kebakaran.""Sejak saat itu, setiap malam aku selalu bermimpi, dalam mimp

  • Pernah Sakit, Juga Melupakanmu   Bab 15

    Berbeda dengan sebelumnya yang hanya terpisah oleh panggung, sekarang jarak mereka yang sangat dekat membuat Ricky bisa dengan jelas mencium bau parfum dari tubuh wanita ini dan mendengar detak jantungnya.Dia semakin merasa kalau orang di depannya ini sangat familier.Sebuah dugaan yang tidak mungkin tiba-tiba terlintas di benaknya.Kebisuan wanita itu justru memberinya rasa percaya diri yang aneh.Dengan perlahan, Ricky mengangkat tangannya dengan gemetar gemetar. Semakin dekat dengan topeng, semakin cepat detak jantung Ricky dan napasnya mulai terasa sesak.Sementara itu, Amanda tidak menyangka Ricky akan langsung berbuat demikian.Berdasarkan pengalamannya dengan Ricky, jika wanita lain tidak segera menjawab pertanyaannya, dia biasanya akan marah dan pergi begitu saja.Itulah kenapa Amanda berani mencoba dan dia tidak pernah berpikir kalau Ricky akan bertindak seperti ini.Melihat tangan Ricky yang semakin mendekat ke topengnya, tubuh Amanda semakin kaku dan hatinya semakin tegang.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status