Setelah selesai berdansa, Aluna pun lebih memilih duduk bersama dan Sintia pun datang menghampiri nya. "Sintia, kamu habis dari mana saja? Sejak tadi aku mencari kamu." Ujar Aluna. "Aku habis dari toilet." Balas Sintia sedikit ketus. "Aluna, ayo kita pergi kesana sebentar lagi kita akan memotong kue, kamu harus berada disini Aryan dan mendampingi dia." "Iya baik Mah." Balas Aluna singkat. "Sintia, ayo kamu juga ikut dengan kami. Kamu salah satu karyawan terbaik di perusahaan ini, jadi kamu harus ikut merayakannya juga." "Hhmm iya Tante." Sahut Sintia merasa senang. Mereka pun beranjak dari duduk nya dan ikut bergabung bersama yang lain nya. Aryan pun mulai memotong kue nya, dan kue pertama diberikan pada kedua orang tuanya, lalu tak lupa dia pun memberikan potongan kue untuk istrinya. Semua orang bertepuk tangan dan mulai menikmati acara itu kembali. "Menyebalkan sekali, lihatlah si Aluna itu terlihat sangat bahagia saat Pak Aryan menyuapi nya." Gerutu Sintia tidak te
" Aku merasa tidak nyaman berada disini, apalagi saat melihat Aluna terus saja berdekatan dengan Pak Aryan. Aku harus melakukan sesuatu untuk bisa memisahkan mereka berdua, apalagi sebentar lagi acara dansa akan segera di mulai. Pokonya Aluna tidak boleh berdansa dengan Pak Aryan, karena Pak Aryan hanya akan berdansa dengan aku saja." Gumam Sintia di dalam hatinya, sambil terus melihat ke arah Aluna dan Aryan. "Aku perhatikan Sintia terus saja melihat ke arah Aluna dan Aryan, apa jangan-jangan dia sedang merencanakan sesuatu. Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus cari tahu." Ujar Miko yang langsung berjalan ke arah Sintia. "Heii, kamu mau kemana Sintia?" Tanya pria itu menghalangi jalan Sintia. "Aku akan pergi menemui Aluna, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan nya." "Aku rasa lebih baik kamu bicaranya nanti saja, kamu tidak lihat kalau saat ini Aluna sedang bersama Pak Aryan. Apalagi mereka sedang mengobrol dengan para tamu yang sangat penting, lebih baik kamu disini saja be
Tanpa basa basi Sintia pun datang menghampiri Aluna dan Aryan. "Haii Aluna, haii Pak Aryan." Sapa Gadis itu. "Haii Sintia, kamu cantik sekali malam ini." Ujar Aluna memuji. "Terimakasih Aluna, tapi aku terlihat cantik bukan hanya malam ini saja saja, setiap hari aku selalu terlihat cantik." Balas Gadis itu mengejutkan."Iya itu benar sekali, mau seperti apapun penampilan kamu, kamu tetap sangat cantik." "Pak Aryan, penampilan Pak Aryan malam ini sangat berbeda sekali, Pak Aryan jauh lebih tampan." Puji Sintia tidak tahu malu. "Terimakasih." Balas Aryan singkat dengan ekspresi yang datar. "Aryan, Papa kamu memanggil kamu. Ayo temui dia dulu." Pinta Bu Rianti."Baik Mah." Sahut Aryan dengan cepat. "Aluna, aku akan menemui Papa dulu, apa kamu akan ikut dengan aku." "Tidak Mas, aku akan disini saja bersama Sintia." "Baiklah, tolong jangan pergi kemana-mana ya, aku hanya akan pergi sebentar setelah itu aku akan menemui kamu lagi." Aluna pun menganggukkan kepala nya sambil terseny
Malam harinya, semua orang pun sudah bersiap untuk pergi ke acara di kantor. "Waw Mama sangat cantik sekali malam ini, Papa hampir saja tidak mengenali Mama." Ujar Pak Lukas menggoda. "Papa ini bisa saja, selalu saja pintar merayu Mama dan membuat Mama tersipu malu." Sahut Bu Rianti. "Tapi memang itu adanya mah, Mama sangat cantik sekali dan terlihat sepuluh tahun lebih muda." "Papa juga sama, malam ini Papa terlihat sangat tampan." Sahut Bu Rianti. "Apa kalian hanya akan asik berdua saja tanpa menghiraukan keberadaan aku disini." Celetuk Aryan sambil tersenyum kecil. "Ya ampun Aryan, apa kau ini sedang merasa cemburu pada orang tuamu sendiri, kau inikan sudah memiliki istri kau bisa melakukan hal seperti yang kami lakukan, benarkan Pah." "Iya itu benar sekali mah, tapi dimana Aluna sekarang? Apa dia masih bersiap-siap?" Tanya Pak Lukas. "Sepertinya Aluna masih bersiap-siap, mungkin sebentar lagi dia akan segera turun." Sahut Aryan. "Aku disini." Ucap Aluna sambil men
Keesokan harinya, Aluna dan yang lainnya pun tengah minum teh bersama.."Aryan, apa hari ini kamu tidak akan pergi ke kantor?" Tanya Pak Lukas. "Tidak Pah, hari ini aku akan di rumah saja, aku akan pergi ke kantor pada saat acara nanti malam." Sahut Aryan. "Tapi bagaimana dengan semua persiapannya? Apa sudah seratus persen?" "Papa tenang saja, semuanya sudah siap dalam waktu cepat, Miko sudah membereskan semuanya. Dan hari ini aku hanya ingin di rumah saja menghabiskan waktu bersama kalian." Ujar Aryan tersenyum sambil menatap Aluna. Tentu saja hal itu membuat Aluna langsung tersipu malu saat di perhatikan oleh Aryan. "Itu adalah hal yang bagus Aryan, jarang sekali kamu menghabiskan waktu mu berkumpul bersama keluarga. Selama ini kamu selalu sibuk dengan pekerjaan mu itu, memang seharusnya seperti ini jika kamu berada di rumah, pekerjaan di kantor jangan di bawa-bawa." Ucap Bu Rianti. "Iya Mah, tapi Aryan juga tidak salah. Aryan sosok yang pekerja keras seperti Papa, itulah kena
"Jadi Aluna sudah menyiapkan gaun untuk acara besok, pasti gaun yang dia pakai sangat mahal sekali harganya. Tidak mungkinkan ibu mertuanya itu akan memilihkan gaun yang jelek untuk membatu nya, menyebalkan sekali memang." "Pokoknya aku tidak boleh kalah, aku juga harus memberikan penampilan terbaik ku di acara besok malam." Gerutu Sintia. "Aneh sekali, kenapa Sintia harus marah seperti itu padaku. Padahal aku belum selesai bicara dan akan mengantar nya besok saja, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menolak ajakan nya itu, hanya saja memang aku memiliki banyak pekerjaan hari ini." Gumam Aluna dengan heran. "Aluna, ada apa? Mana teh yang aku minta, apa kamu sudah membuat nya?" Tegur Aryan. "Hhmm maaf Mas, aku belum membuatnya. Baru saja Sintia menelpon aku, dengan segera aku akan mengantarkan teh nya ke kamar ya Mas, sekali lagi maafkan aku." Sahut Aluna merasa tidak enak hati. "Baiklah, jangan terlalu lama ya tolong langsung antarkan teh nya ke kamar." Pinta Aryan. Alun