Share

Bab 11

"Iya hadiah pernikahan. Kenapa memangnya? Kok kamu seperti keberatan gitu sih, Dewa." tanya Ningrum dalam kebingungannya.

"Ma, Pa, hadiah itu 'kan umumnya diberikan untuk sesuatu yang sifatnya bahagia. Tapi pernikahanku dan Gendhis kan karena terjebak dalam suatu keadaan. Bukan karena direncanakan.

Jangankan bahagia, kami saja sebelumnya taj saling kenal. Jadi, mana bisa dapat hadiah?"

"Aku setuju dengan Mas Dewa, Pa, Ma." timpal Gendhis membenarkan.

"Iya Papa dan Mama tahu itu. Tapi bukannya pernikahan itu sudah terjadi. mau tak mau, suka tak suka, kalian sudah sah secara agama menjadi suami istri."

"Cerai Pa, kami bisa cerai. Yang terpenting dimata warga disana 'kan kami telah menikah. Selanjutnya itu menjadi urusan kami. Gimana Ndhis, kamu setuju sama pendapatku juga kan?" Dewa meminta persetujuan.

"Hah. Cerai? Aku jadi janda? diusiaku semuda ini? ya Allah ...." sahut Gendhis spontan.

"Tuh kan, Dewa kamu jangan asal ya kalau ngomong. Kamu nggak kasihan sama anak orang, nggak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status