Sorot mata Azam begitu tajam menatap Karen dan Nyonya Reina. Keduanya terdiam tak percaya jika Azam mampu menemukan mereka secepat ini. Karen terlihat begitu ketakutan, wajahnya bahkan terlihat memucat. Berbeda dengan Nyonya Reina yang nampak tenang dan biasa saja. Tak ada rasa takut dalam diri wanita paruh baya itu. Sebab Nyonya Reina yakin putra tirinya itu tidak akan berani berbuat apapun padanya. Mengingat dirinya pasti akan mendapatkan pembelaan sepenuhnya dari Tuan Abraham sang suami tercinta. "Zen urus mereka! Aku akan bawa Alena pulang," ucap Azam memerintahkan Zen sang asisten untuk mengurus Karen dan Nyonya Reina."Baik Tuan." Zen menjawab patuh kemudian melangkah mendekat pada kedua wanita beda generasi itu. Alena terdiam namun, wanita itu sepertinya tengah menunggu Azam menghukum kedua wanita yang sudah berniat untuk membunuhnya. Alena seketika merasakan kehangatan ketika Azam rupanya mencari dan menyematkannya. "Nyonya Reina, Nona Karen silahkan pergi dari tempat ini
Keesokan harinya Azam pergi menemui Jonatan. Mereka janjian bertemu disebuah privat room restoran. Azam yang kala itu datang terlebih dahulu, tersenyum penuh kemenangan. Ketika melihat sosok Jonatan yang akhirnya mau datang menemuinya.Pria itu sudah mempersiapkan berbagai bukti tentang kejahatan sang mamah tiri. Azam benar-benar tak sabar melihat bagaiman reaksi Jonatan. Melihat aksi sang mamah tercinta yang hampir saja membunuh wanita yang ia cintai."Bagaiman kabarmu Jo?" ucap Azam tersenyum miring menyapa Jonatan yang baru saja datang. "Langsung saja aku tidak punya banyak waktu!" Jonatan menjawab dengan nada dingin seraya mendudukan dirinya di kursi tepat dihadapan Azam."Hahaha, kau terburu-buru sekali Jo, bukankah kita sudah lama tidak ngobrol?" "Aku tidak ingin berbasa-basi jika tidak ada yang penting maka, aku akan pergi sekarang." Jonatan berkata dengan malas seraya bangkit dan melangkah pergi. "Nyonya Reina kemarin hampir membunuh istriku!" ucap Azam seketika menghentika
Alena kembali terbaring lemah dengan selang infus yang kembali terpasang di tangannya. Keadaan Alena kemabli drop akibat luka-lukanya. Ditambah lagi suntikan cairan kalium klorida yang sempat masuk kedalam tubuhnya. Membuat keadaan Alena memburuk. Azam terus menunggu Alena di ruang rawat wanita itu. Azam bahkan tertidur di sofa saking lelahnya. Hingga dering ponselnya membangunkan pria itu dari tidur lelapnya. "Hallo ada apa?" tanya Azam menjawab telponnya tanpa melihat siapa si penelpon. "Anak durhaka! Kembali ke rumah sekarang juga!" Tuan Abraham dengan marah berteriak membentak sang putra. Sontak saja Azam terkejut dan langsung tersadar. "Azam pulang sekarang papah ingin bicara! Tiga puluh menit, papah tunggu di rumah!" tegasnya lagi kembali memerintahkan sang putra untuk segera pulang. Telpon pun ditutup secara sepihak oleh tuan Abraham.Azam hanya menghembuskan nafas panjangnya. Pria itu memang sudah menduga jika sang papah pasti akan menyuruhnya untuk pulang. Azam juga sudah
Azam membuka pintu kamar Alena dengan tergesa-gesa. Setelah salah satu bodyguard yang menjaga Alena memberitahukan jika ada dokter yang masih melakukan pemeriksaan. Padahal jam sudah menunjukan pukul 21.30, dan itu sangat tidak masuk akal.Sontak saja pria itu sudah bisa menebak siapa dokter yang ada di dalam. Azam kemudian melangkah cepat kearah Jonatan. Tanpa aba-aba pria itu langsung melayangkan pukulan ke wajah Jonatan."Akhhhh!" erang Jonatan ketika pukulan kuat Azam mengenai wajahnya. Darah segar pun mengalir di sudut bibirnya akibat luka sobek pada bagian itu."Brengsek! Beraninya kau menyusup!" Azam langsung menyeret Jonatan keluar dari ruang rawat Alena. Tak ingin jika sampai perkelahiannya dengan Jonatan mengganggu Alena yang masih belum sadarkan diri."Beraninya kau masuk dan menyentuh istriku!" ucap Azam seraya kembali melayangkan pukulannya ke perut Jonatan."Akhhh!" Jonatan kemabali mengerang kesakitan, memegangi perutnya yang terasa sangat nyeri.Sungguh Azam begitu mar
Keesokan harinya Alena diperbolehkan pulang. Wanita berparas cantik itu kini sudah terlihat lebih segar. Wajah pucatnya kini sudah terlihat merona. Azam terus menjaga Alena sepanjang malam. Azam bahkan bahkan dengan telaten mengupas buah untuk Alena. Meski pun begitu, pria itu tetap memasang wajah datarnya. Sikap Azam yang begitu hangat malam tadi, justru membuat Alena tak enak hati. Satu sisi ia merasa begitu hangat namun, disatu sisi hatinya merasakan kegundahan. Alena merasa takut jika apa yang Azam lakukan saat ini hanyalah kebohongan. Alena takut jika nantinya yang dilakukan Azam hanyalah sebuah kamuflase untuk mengelabui dirinya. Alena tentu tidak ingin cepat menjatuhan hatinya. Meski tak bisa dipungkiri jika ada rasa yang lain yang menjalar ketika dirinya mendapat perlakuan manis dari suaminya itu. "Hati-hati." Azam berucap lembut pada Alena ketika memindahkan sang istri dari kursi roda ke dalam mobilnya. "Terima kasih," ucap Alena pelan dengan wajah tertunduk. Azam kem
Azam langsung bergegas pergi menuju kafe XX. Tempat dimana Zen ingin bertemu dengannya. Sepeninggal Zen dari kediaman Azam, rupanya pria itu menemukan informasi dari Juan orang suruhannya. Ternyata wanita yang dicari Azam selama ini benar berada di Jakarta.Azam memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pria itu begitu tak sabar ingin mengetahui siapa dan dimana keberadaan cinta masa kecilnya itu. Azam sudah menunggu selama 10 tahun mencari keberadaan gadis masa kecilnya itu. Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit. Akhirnya Azam sampai juga di kafe XX. Sepanjang perjalanannya, Azam terus tersenyum senang. "Tuan, silahkan duduk." Zen langsung Azam mempersilahkan untuk duduk."Terima kasih, jadi bagaiman dimana dia Zen?" ucap Azam penuh antusias. "Tuan ternyata ada keluarga yang berasal dari Jakarta yang telah mengadopsi gadis itu. Dan ternyata dia juga berkuliah di universitas Bhakti Bangsa tempat Nona Alena berkuliah, hanya itu informasi yang bisa saya sampaikan Tuan. Maaf." Z
Alena langsung tertunduk takut, melihat Azam yang menampilkan wajah datarnya. Pria itu terlihat diam saja sedari tadi. Membuat Alena benar-benar takut dan tak enak hati."Baik tunggulah beberapa menit aku akan memasaknya untukmu," ucap Azam kemudian. Setelah beberapa saat pria itu terdiam. Azam akhirnya buka suara. Pria itu akhirnya menyanggupi permintaan Alena.Rupanya diamnya Azam, sebeb pria itu tengah berpikir keras. Dirinya yang sama sekali tidak bisa memasak, berpikir bagaimana cara membuat nasi goreng seafood untuk Alena. Karena Azam tahu jika permintaan Alena saat ini, pasti karena wanita itu tengah merasakan ngidam.Setelah berpikir keras akhirnya, Azam mendapatkan satu cara. Cara bagimana agar dirinya bisa memasak nasi goreng seafood untuk Alena. Azam akan mencari resep nasi goreng seafood dan bagaimana cara memasaknya lewat aplikasi YT.Sementara Alena, sempat tercengang saat mendengar perkataan Azam. Wajahnya langsung ia angkat menatap wajah Azam. Mencari kebenaran akan ka
Azam berjalan dengan langkah lebar dengan membawa sepiring nasi goreng yang ia buat di tangannya. Azam tersenyum menghampiri Alena yang tengah duduk di kursi meja makan.Sementara, Alena pun sama, ia menyambut kedatangan sang suami dengan senyum yang sangat manis. Alena Sudan tak sabar ingin mencicipi dan memakan habis nasi goreng seafood yang sudah sangat ia inginkan sedari kemarin. Ditambah lagi, Azam'lah yang telah memasaknya. "Nasi goreng seafood pesanan Nona Alena datang," ucap Azam meletakan nasi goreng tepat di hadapan Alena. Pria itu berkata dengan begitu formal layaknya pelayan restoran untuk menggoda Alena. "Terima kasih." Alena menjawab seraya tertunduk malu. Sungguh wanita itu benar-benar tak menemukan sosok Azam yang selama ini begitu kejam padanya. Azam yang sekarang benar-benar berbeda. Laki-laki kejam bak iblis itu kini, seolah berubah menjadi sosok malaikat yang berhati lembut. Tatapan yang biasanya tajam pun, kini berubah teduh. "Ayo makan dan beri nilai untuk ma