Share

Bab 6

Author: Dzakiyah
Begitu mendengar seruan itu, Adrian segera mengalihkan perhatiannya ke arah Irene. Kekhawatiran di matanya terlihat makin pekat dari sebelumnya.

Irene berkata dengan keras kepala, “Adrian, aku baik-baik saja, cuma fobia darah. Kamu nggak usah peduli padaku. Saat ini, keadaan Rebecca lebih serius.”

“Bibi Irene, wajahmu sudah sepucat ini, tapi kamu masih bilang baik-baik saja! Papa, jangan bengong lagi! Cepat antar Bibi Irene ke rumah sakit! Mobilnya sudah ngerem kok! Mama pasti cuma lagi sandiwara biar bisa rebut perhatianmu dari Bibi Irene!”

Seusai Aiden berbicara, Adrian menatap Rebecca dengan agak curiga. Dia mengerutkan kening dan tidak tahu harus membuat keputusan apa.

Ketika mendengar Irene mengerang kesakitan beberapa kali, Adrian sontak kehilangan seluruh akal sehatnya. Dia buru-buru memapah Irene, lalu berjalan ke arah mobil. Ketika melewati Rebecca, dia bahkan menutupi mata Irene.

Setelahnya, Adrian menoleh dan berkata dengan penuh rasa bersalah, “Tubuh Irene memang lemah sejak kecil. Dia nggak boleh kenapa-napa. Aku sudah telepon ambulans. Nanti, akan ada orang yang datang menjemputmu. Kamu tunggu saja dulu.”

Seiring dengan suara langkah kaki mereka yang menjauh, Rebecca juga perlahan-lahan menerima kenyataan bahwa dirinya telah ditelantarkan. Dia ingin tersenyum getir. Namun, begitu dia mengangkat sudut mulutnya, darah pun mengalir keluar dari mulutnya.

Ketika ambulans tiba, Rebecca sudah hampir kehilangan kesadaran. Dia hanya mendengar suara staf medis berkata, “Orang macam apa itu? Habis telepon ambulans, mereka malah langsung tinggalkan orang yang terluka sendirian.”

Ketika tersadar lagi, Rebecca sudah berbaring di atas ranjang pasien. Dokter datang dan berkata, “Kamu kecelakaan, ‘kan? Tubuhmu penuh luka gores dan kamu juga mengalami gegar otak ringan.”

Rebecca tidak terkejut setelah mendengar diagnosisnya. Meskipun pengemudi mengerem tepat waktu, dia tetap terkena benturan ringan. Dia pun menatap dokter dan bertanya, “Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?”

Dokter buru-buru menghentikannya. “Kamu masih berpikiran untuk keluar dari rumah sakit? Dengan keadaan gegar otak seperti ini, kamu paling nggak harus dirawat di rumah sakit selama empat hari!”

Setelah dokter pergi, Rebecca pun membunyikan jarinya. Masih tersisa lima hari sebelum kontraknya berakhir. Setelah keluar dari rumah sakit, yang tersisa hanya sehari lagi.

Begitu memikirkan hal ini, Rebecca pun menghela napas panjang. Dia akhirnya akan segera terlepas dari semua penderitaan ini.

“Eh, kamu tahu nggak? Irene juga diopname di rumah sakit ini, lho! Pria yang digosipkan bersamanya juga datang!”

“Serius?”

“Tentu saja! Kamu nggak tahu betapa cemasnya Pak Adrian waktu itu. Dia yang gendong Irene sepanjang perjalanan ke kamar rawat VIP! Dia juga suruh ahli terbaik dalam industri untuk periksa Irene!”

Begitu mendengar percakapan itu, Rebecca langsung tersenyum pahit. Dia berjalan selangkah demi selangkah ke kamar rawat VIP sambil bertopang pada dinding.

Melalui celah kecil dari pintu kamar rawat VIP, Rebecca melihat Irene berbaring di atas ranjang pasien dan Aiden menggenggam tangannya dengan erat. Sementara itu, Adrian menyuap Irene makan bubur dengan penuh perhatian. Tatapannya penuh dengan kelembutan yang tidak pernah dilihat Rebecca.

Mereka terlihat hangat dan bahagia bersama, sedangkan Rebecca yang berdiri di luar pintu sangat mirip dengan pengintip yang mengintip kebahagiaan orang lain.

Seorang perawat datang untuk mengganti obat Irene. Dia mengira Rebecca adalah seorang penggemar dan bergosip dengannya.

“Kamu juga merasa mereka sangat bahagia, ‘kan? Waktu Pak Adrian antar orangnya kemari, dia sangat sakit hati dan berharap yang pusing itu dirinya sendiri. Dinilai dari kecemasan yang ditunjukkannya, rumor di internet seharusnya asli.”

Begitu mendengarnya, Rebecca menjawab dengan suara serak, “Mereka memang sangat bahagia.”

Setelah perawat itu pergi, Rebecca juga diam-diam kembali ke ruang rawatnya. Sejak dia diopname di rumah sakit, ponselnya tidak berdering sekali pun. Tidak peduli itu putra maupun suaminya, tidak ada seorang pun yang mengirim pesan untuk menanyakan kabarnya. Dibandingkan dengan perlakuan yang diterima Irene, dirinya benar-benar tragis.

Rebecca hanya menerima sebuah e-mail yang ditandai dengan warna merah di kotak surat. Itu adalah e-mail dari penerbit luar negeri untuk memberitahunya bahwa kompetisi akan segera berlangsung dan karyanya harus dikirim melalui e-mail.

Setelah menerima kabar tersebut, Rebecca pun menyuruh Monica untuk mengantarkan laptop kepadanya. Dia berencana untuk menulis di rumah sakit. Dia tinggal di kamar rawat inap khusus. Jadi, situasinya lumayan tenang. Hal ini membuatnya dapat lebih fokus untuk berkarya.

Demi tidak diganggu dunia luar, Rebecca menonaktifkan ponselnya, juga mengatur laptopnya ke mode offline.

Selama lima tahun bersama Adrian, Rebecca mencurahkan seluruh perhatiannya pada Adrian. Dia sangat jarang menulis. Namun, dia tidak merasa asing ketika harus memulai untuk menulis kembali.

Rebecca mencurahkan seluruh perhatiannya pada menulis hingga bahkan tidak memperhatikan waktu yang berlalu. Sampai perawat memberitahunya bahwa dirinya sudah boleh keluar dari rumah sakit, dia baru menyadari bahwa empat hari telah berlalu.

Saat ini, Rebecca kebetulan juga telah selesai menulis naskah prosanya. Setelah mengirim karyanya, dia baru mengeluarkan ponselnya. Begitu mengaktifkan ponsel, langsung masuk notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Adrian. Jumlahnya lebih dari 99 notifikasi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 21

    “Dua tahun lalu, bisnis Keluarga Pangestu mulai merosot. Seiring dengan munculnya begitu banyak perusahaan baru, Keluarga Pangestu makin terdesak. Sekarang, mereka bahkan nggak mampu bersaing dengan perusahaan kecil. Jadi, wajar saja mereka jual aset-aset mereka.”Begitu mendengarnya, Rebecca pun membelalak terkejut. Dia memang tidak mengetahui informasi ini. Setelah meninggalkan rumah sakit terakhir kali, dia pun sepenuhnya kehilangan kontak dengan Adrian. Selama ini, Rebecca juga berkembang di luar negeri. Jadi, dia sama sekali tidak mengetahui perubahan drastis Keluarga Pangestu.Ketika makan sampai setengah, Kayla tiba-tiba berkata, “Papa, aku pengen muntah.”Zayn pun terkejut dan buru-buru menyentuh dahi Kayla. Ternyata, Kayla demam tinggi. Dia pun berujar dengan cemas, “Mungkin dia nggak terbiasa sama cuaca di sini. Begitu pulang, dia langsung demam.”Rebecca pun buru-buru bangkit dan memanggil taksi untuk mengantar Kayla ke rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, dokter membu

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 20

    Baru saja Irene selesai berbicara, polisi pun tiba. Irene diborgol dan dibawa pergi oleh polisi, tetapi dia tidak lagi melawan. Wajahnya terlihat pucat pasi dan tidak menunjukkan sedikit pun semangat hidup.Pada saat ini, Rebecca menggenggam tangan Adrian dengan cemas dan berkata dengan suara gemetar, “Adrian, bertahanlah. Ambulans akan segera tiba.”Adrian mengerahkan seluruh tenaganya untuk berbicara dengan susah payah, “Rebecca, maaf. Ini adalah utangku padamu di hidup ini, sudah seharusnya aku membayarnya.”Sepuluh menit kemudian, Adrian dibawa ke ruang UGD. Setelah tim medis berjuang untuk menyelamatkannya selama beberapa jam, detak jantungnya akhirnya pulih kembali.Oleh karena masalah ini, Rebecca pun menunda kepulangannya selama beberapa hari. Dia merawat Adrian di rumah sakit seperti dulu. Ketika Adrian sadar, orang pertama yang dilihatnya adalah Rebecca.Rebecca memberinya air, lalu menanyakan keadaannya. Namun, Adrian hanya menatap Rebecca tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 19

    Begitu mendengar laporan itu, wajah Adrian langsung memucat. Setelah Rebecca pergi, Aiden adalah segalanya baginya. Tanpa Aiden, Adrian tidak mungkin dapat bertahan hidup. Sekarang, Aiden malah hilang.Rebecca juga mendengar ucapan orang di ujung telepon. Dia menatap Adrian dan berkata, “Kamu jangan panik dulu. Coba tanya apa ada orang di sekitarmu yang menjemputnya atau nggak.”Kemudian, Adrian mulai menelepon orang-orang di sekitarnya dengan tergesa-gesa. Setelah bertanya pada semua orang, dia masih tidak menemukan Aiden, sampai sebuah pesan masuk.[ Aiden ada di tanganku. Kalau mau selamatkan dia, jangan lapor polisi. Bawa uang tunai sebesar 10 miliar kemari. ]Selanjutnya, orang itu juga mengirim pesan berisi alamat sebuah pabrik yang sudah ditelantarkan.Setelah membaca pesan itu, Adrian menatap Rebecca dan berujar dengan suara gemetar, “Aiden ... Aiden diculik.”Setelah mendengarnya, Rebecca merasa terkejut, tetapi tetap berkata dengan tenang, “Lakukan semuanya sesuai kata pencul

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 18

    Seusai menegosiasikan bisnis dan keluar dari perusahaan, Rebecca melihat sebuah unit mobil Maybach yang mencolok. Orang yang bersandar di mobil adalah Adrian.Rebecca merasa agak heran. Dia tidak memberi tahu siapa pun mengenai negosiasi bisnisnya, tetapi Adrian malah menemukannya di sini.Begitu melihat Rebecca, Adrian buru-buru menghampirinya. “Rebecca, kita bicara dengan baik, ya?”Rebecca akhirnya naik ke mobil Adrian. Dia merasa memang ada sangat banyak hal yang seharusnya dibicarakannya dengan jelas bersama Adrian.Adrian mengemudikan mobil. Dia menoleh ke arah Rebecca dan bertanya, “Rebecca, dengar-dengar, kamu sudah dirikan perusahaan novel?”Rebecca mengangguk dengan dingin. Namun, Adrian tidak patah semangat, malah lanjut bertanya, “Kenapa dulu aku nggak pernah nyadar kamu tertarik dalam menulis?”Setelah mendengar pertanyaan itu, Rebecca pun tersenyum mengejek. “Karena kamu nggak peduli padaku, makanya kamu nggak bersedia untuk memahamiku. Kamu tentu saja nggak tahu hobiku.”

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 17

    Rebecca menatap Aiden yang sudah bertambah tinggi sedikit, lalu menggeleng. Dia yang membesarkan Aiden secara pribadi, juga selalu bersikap sangat sabar dan memberikan seluruh kasih sayangnya kepada Aiden. Namun, Aiden malah berulang kali melukainya.Rebecca menyaksikan sendiri bagaimana Aiden bertumbuh besar, bagaimana dia perlahan-lahan belajar berjalan hingga masuk TK. Namun, Aiden malah memberikan emas batang pemberiannya setiap tahun kepada orang lain. Aiden bahkan selalu berasumsi yang terburuk tentang Rebecca, tetapi malah memperlakukan Irene dengan penuh kasih sayang dan selalu merasa Irene sangat baik. Jadi, cinta Rebecca terhadap Aiden itu memang nyata, tetapi kekecewaannya juga nyata.Mungkin saja dunia anak kecil sangat sederhana dan mereka menganggap semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan satu ucapan permintaan maaf. Sayangnya, Rebecca adalah orang dewasa. Di dunia orang dewasa, permintaan maaf sama sekali tidak dapat menyelesaikan masalah apa pun.Rebecca menatap A

  • Pernikahan Berlandaskan Kontrak   Bab 16

    Setelah mendengar suara itu, Rebecca langsung menegang. Ketika seseorang makin berusaha untuk menghindari sesuatu, sesuatu itu malah akan muncul dengan makin mudah.Aiden memeluk kaki Rebecca dengan erat. Tidak peduli bagaimana Rebecca berusaha melepaskan diri, Aiden tetap tidak bersedia melepaskan Rebecca. Sikap Aiden ini sangat berbeda dengan bagaimana dia merasa risi pada Rebecca dulu. Namun, Rebecca tetap menepis Aiden dengan ekspresi yang sangat serius dan kesal.Aiden menatap Rebecca dengan tatapan bingung. Dia tidak mengerti kenapa ibu yang paling menyayanginya malah begitu membencinya sekarang. Dia sudah tidak bertemu dengan ibunya setahun penuh. Begitu bertemu lagi, ibunya malah begitu membencinya.Adrian menatap Rebecca dengan berlinang air mata dan berujar, “Rebecca, ke mana saja kamu dalam setahun ini? Aku sudah mencarimu ke mana-mana, tapi tetap nggak temukan kamu. Aku dan Aiden rindu banget sama kamu. Rebecca, kembali ke sisi kami, ya?”Suara Adrian terdengar gemetar. Uca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status