Accueil / Rumah Tangga / Pernikahan Bisnis Dua CEO / Bab 73 Lebih Dari Bisnis

Share

Bab 73 Lebih Dari Bisnis

Auteur: yourayas
last update Dernière mise à jour: 2025-08-30 10:04:09

Udara malam itu terasa lebih ringan dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Demam Gerald yang sempat membuat tubuhnya melemah kini sudah mulai menurun. Wajahnya tidak lagi pucat pasi, meski masih menyisakan letih di sudut mata. Elena yang sedari tadi sibuk mengawasinya akhirnya bisa bernapas sedikit lega.

“Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Elena, duduk di sebelah Gerald yang bersandar santai di sofa ruang tamu.

Gerald menoleh, sudut bibirnya terangkat. “Lebih baik. Kepala tidak terlalu berat lagi. Aku bahkan merasa cukup lapar.”

Elena tersenyum tipis. “Baguslah. Kalau begitu, mie instan ini tepat waktunya.”

Di meja kecil di depan mereka, dua mangkuk mie instan mengepul. Aromanya sederhana, khas mie instan yang tidak pernah gagal membangkitkan selera. Bukan hidangan mewah, bukan pula santapan sehat yang penuh nutrisi. Namun malam itu, mie instan sederhana itu terasa istimewa.

“Aku tahu dokter mungkin tidak akan setuju dengan pilihan makan malam ini,” ujar Elena sambil terkekeh kecil. “
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 75 Merasa Nyaman

    Gerald terkekeh, mendekat selangkah. “Tidak. Ini bukan kamar biasa. Ini ruang pribadimu. Dan kamu mengizinkanku masuk… itu bukan hal sepele bagiku.”Elena menunduk, bibirnya sedikit terkatup rapat. Ada sesuatu di dalam dadanya yang bergetar hebat. Gerald begitu tulus, dan itu membuatnya gugup sekaligus hangat.Gerald tak ingin membuat Elena semakin salah tingkah. Jadi ia menarik napas, lalu dengan tenang duduk di tepi ranjang. Elena sempat refleks menoleh, seolah ingin menegur, tapi kata-katanya tertahan ketika melihat ekspresi Gerald—tenang, tulus, seolah ia hanya ingin menikmati momen sederhana itu tanpa beban.“Aku duduk di sini boleh, kan?” tanya Gerald, setengah menggoda.Elena mendesah pelan, berpura-pura acuh. “Kalau aku sudah izinkan kamu masuk, ya tentu saja.”Gerald tersenyum. “Iya juga.” Ia menepuk kasur di sebelahnya. “Kamu juga duduk sini. Aku tidak akan macam-macam.”Elena memutar bola mata, tapi akhirnya menuruti. Gerald tersenyum lega ketika Elena akhirnya mau naik ke

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 74 Kamar Utama

    Pelukan itu bertahan lama. Begitu lama hingga Elena bisa merasakan degup jantung Gerald berdetak stabil di dadanya, seolah memberi irama baru bagi hatinya yang kacau. Aroma lembut parfum Gerald bercampur dengan kehangatan tubuhnya, menenangkan gejolak yang tadi membuatnya menangis.Akhirnya, dengan berat hati, Gerald menarik tubuhnya sedikit, hanya sekadar menciptakan jarak tipis di antara mereka. Ia ingin melihat wajah Elena. Dan di hadapannya, wajah itu tampak begitu rapuh: mata Elena masih basah, kelopaknya memerah, pipinya berkilat oleh sisa air mata. Namun anehnya, bagi Gerald, Elena tidak pernah terlihat seindah malam itu. Ada sesuatu dalam kesederhanaan tangisnya—kejujuran, kerentanan—yang justru membuatnya makin jatuh hati.Jari-jari Gerald yang hangat bergerak pelan, menyapu jejak air mata di sudut mata Elena. Sentuhannya ringan, nyaris seperti sapuan sayap kupu-kupu, tapi mampu membuat Elena menahan napas. “Jangan menangis lagi,” bisiknya, suaranya serak, hampir patah oleh

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 73 Lebih Dari Bisnis

    Udara malam itu terasa lebih ringan dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Demam Gerald yang sempat membuat tubuhnya melemah kini sudah mulai menurun. Wajahnya tidak lagi pucat pasi, meski masih menyisakan letih di sudut mata. Elena yang sedari tadi sibuk mengawasinya akhirnya bisa bernapas sedikit lega.“Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Elena, duduk di sebelah Gerald yang bersandar santai di sofa ruang tamu.Gerald menoleh, sudut bibirnya terangkat. “Lebih baik. Kepala tidak terlalu berat lagi. Aku bahkan merasa cukup lapar.”Elena tersenyum tipis. “Baguslah. Kalau begitu, mie instan ini tepat waktunya.”Di meja kecil di depan mereka, dua mangkuk mie instan mengepul. Aromanya sederhana, khas mie instan yang tidak pernah gagal membangkitkan selera. Bukan hidangan mewah, bukan pula santapan sehat yang penuh nutrisi. Namun malam itu, mie instan sederhana itu terasa istimewa.“Aku tahu dokter mungkin tidak akan setuju dengan pilihan makan malam ini,” ujar Elena sambil terkekeh kecil. “

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 72 Dekat

    Gerald berdiri di depan ranjang, baru saja mengenakan kemeja putih yang Elena pilihkan untuknya. Kancingnya belum terpasang rapi, dan rambutnya masih basah, meneteskan air ke bahu kemeja. Dari samping, Elena yang sedang merapikan lipatan selimut melirik sebentar dan mengernyit.“Gerald,” ujarnya sambil berjalan mendekat. Tangannya refleks meraih handuk kecil yang tergantung di sandaran kursi. “Duduk. Rambutmu masih basah.”Gerald terkekeh kecil, menuruti tanpa protes, lalu duduk di tepi ranjang. “Aku bisa mengeringkan sendiri, Elena.”Elena tak menggubris. Ia berdiri di belakangnya, mulai menepuk-nepukkan handuk pada rambut Gerald, mengusap perlahan hingga air yang menetes berkurang. Gerakannya hati-hati, penuh perhatian. Sesekali jemarinya menyibak helaian rambut agar lebih mudah kering.Gerald memejamkan mata, merasakan kelembutan itu. Ada ketenangan aneh setiap kali Elena memperhatikannya seperti ini—bukan sekadar sebagai pasangan di atas kertas, tapi benar-benar seorang istri yang

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 71 Mengagumi

    Matahari pagi menembus celah gorden kamar, cahaya keemasan merambat perlahan di dinding, membentuk garis lembut yang menghangatkan suasana. Udara pagi bercampur dengan sejuknya AC masih menggantung, menciptakan keheningan yang damai. Elena membuka mata perlahan, kelopak matanya berat karena semalam ia hanya tidur setengah nyenyak. Begitu kesadarannya pulih, ia segera menyadari sesuatu yang berbeda: ada lengan kokoh yang melingkari tubuhnya, hangat, berat, seolah menahan agar ia tidak pergi.Ia terdiam. Tubuhnya menegang sebentar, tapi lalu ia menyadari itu adalah lengan Gerald. Pria itu masih tertidur di sisinya, napasnya dalam, wajahnya lebih tenang dibanding semalam. Tidak ada lagi raut kelelahan yang menekan, tidak ada kerutan di dahi seperti saat ia menahan sakit. Elena menatap wajah itu cukup lama, dadanya terasa bergetar hebat. Ada ketulusan dalam senyum samar yang tampak bahkan saat Gerald tertidur.Ia ingin bangkit perlahan, melepaskan diri tanpa membangunkannya. Namun baru sa

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 70 Manja

    Elena mengusap lembut dahi Gerald sekali lagi, memastikan suhu panas itu sedikit reda oleh kompres yang ia berikan. Ia mendesah pelan, lalu berkata dengan nada penuh ketegasan bercampur kelembutan. “Gerald, kamu tidak bisa terus-terusan di sofa. Kalau tetap di sini, bisa masuk angin. Lebih baik kamu baring di kamar.”Gerald sempat mendesah, wajahnya setengah merajuk. “Aku nyaman di sini.”Elena menyilangkan tangan di dada, tatapannya tak mau kalah. “Kalau tidak mau nurut, aku bisa panggil dokter keluarga sekarang juga. Pilih, ikut aku ke kamar atau aku telepon dokter?”Gerald menatapnya beberapa detik. Meski tubuhnya lemah, tatapan matanya masih menunjukkan sisa keangkuhannya. Namun pada akhirnya, ia mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, aku ke kamar. Tapi hanya karena kamu yang memaksa.”Elena menggeleng, tak mau memperdebatkan lebih jauh. Ia meraih lengan Gerald, menuntunnya bangkit. Tubuh besar itu goyah, membuat Elena harus menopangnya erat. Meski berat, ia tetap sabar. An

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status