Sesampainya di rumah sakit. Raynar menggendong Arunika masuk IGD dan langsung mendapat pelayan dari dokter dan perawat di sana.“Istri saya tiba-tiba merasakan perutnya sakit dan mengeluarkan darah,” ucap Raynar langsung menjelaskan.“Apa dia sedang hamil?” tanya dokter memastikan.Raynar mengangguk dengan raut wajah ketakutan.Dokter segera memeriksa kondisi Arunika, sedangkan Raynar terus berdiri di samping ranjang sambil menggenggam telapak tangan Arunika dengan erat.“Ray,” lirih Arunika dengan suara lemas, bahkan kelopak mata Arunika terus tertutup dan hanya bibirnya yang bergerak.“Aku di sini, tenanglah,” ucap Raynar mempererat genggaman tangan Arunika.Raynar mengalihkan pandangan ke dokter, dia melihat dokter menggeleng pelan.“Kita lakukan USG untuk memastikan kondisi janinnya,” ucap dokter lalu meminta perawat untuk menyiapkan ruang USG.Raynar membeku. Apa mereka kehilangan janin di rahim Arunika?Arunika dibawa ke ruang USG. Di sana dokter mulai melakukan pemeriksaan, hin
Di ballroom. Briella mendekati Raynar untuk meyakinkan sang ayah. Dia menyapa dan berbincang biasa, begitu hanya ada mereka berdua, Briella mulai menyampaikan informasi yang dimilikinya.“Jika ada pelayan yang memberimu minum, jangan meminumnya dan jangan makan apa pun di pesta ini,” ucap Briella dengan tenang, bahkan dia tersenyum untuk menyamarkan gerakan bibirnya seperti biasa.“Kamu tahu apa yang ayahmu dan pamanku rencanakan?” tanya Raynar.Briella mengamati Andre dan Hendry yang berdiri tak jauh di belakang Raynar kini sedang memandang ke arahnya. Dia tersenyum sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga lalu berkata, “Aku mendengar Papa bicara di telepon kalau dia menyiapkan obat, aku yakin obat itu ditujukan untukmu.”Raynar geram tetapi tetap berusaha tenang. “Sepertinya benar kalau pesta ini juga untuk menjebakku.”“Ke mana istrimu?” tanya Briella kemudian.“Dia ke kamar mandi,” jawab Raynar.“Sepertinya cukup aku mendekatimu, setidaknya papaku dan pamanmu tidak mencuriga
Malam pesta perayaan ulang tahun pernikahan Hendry dan Laras pun tiba. Arunika berdandan sangat cantik berbalut gaun yang sedikit tertutup dan longgar di bagian perut agar tidak menekan janinnya.“Apa gaunnya pas?” tanya Raynar saat menghampiri Arunika yang sedang bercermin.“Pas,” jawab Arunika sambil membalikkan badan untuk menatap suaminya.“Ingat pesanku. Jangan jauh-jauh dariku dan jangan minum alkohol. Ingat, kamu sedang hamil,” ucap Raynar mengingatkan lagi.“Iya, kamu tenang saja,” balas Arunika.Raynar menggandeng tangan Arunika, lalu mengajaknya berangkat ke pesta perayaan sang paman.Di rumah Andre, pria itu dan Briella sudah siap pergi ke pesta Hendry. Briella satu mobil dengan Andre, dia duduk dengan tenang di samping sang papa.“Ingat, buat Raynar agar terus terfokus padamu.”Briella diam mendengar ucapan Andre, dia hanya menganggukkan kepala.“Tugasmu hanya membuat Raynar jatuh cinta padamu. Semua sudah disiapkan, kamu tinggal masuk ke kehidupannya saja.”Briella hanya
Raynar kembali ke kamar. Dia melihat Arunika yang berbaring memunggungi pintu.Raynar mendekat, lalu naik ke ranjang kemudian memeluk istrinya dari belakang.“Kamu tidak lapar? Bagaimana kalau makan di luar?” tanya Raynar menawari.“Aku sedang tidak berselera,” jawab Arunika.Raynar menarik pelan lengan Arunika agar menghadap ke arahnya. Dia menatap sang istri yang berwajah sendu.“Jangan seperti ini, Aru. Aku mencemaskan kondisimu,” ucap Raynar seraya menatap lekat wajah Arunika.Arunika diam melihat Raynar yang seperti marah tetapi juga sedih.“Aku hanya sedang malas melakukan apa pun,” ucap Arunika pada akhirnya.Raynar bangun dari posisi berbaring, lalu meminta Arunika bangun.“Bagaimana kalau makan di luar sambil menikmati suasana baru. Kamu mau makan apa? Aku akan menuruti apa pun yang kamu mau,” ajak Raynar agar Arunika tidak murung lagi.Arunika menatap Raynar yang antusias mengajaknya. Dia tak bisa menolak, akhirnya mengangguk lalu segera pergi ke kamar ganti untuk mengganti
“Kamu masih marah?” tanya Raynar saat dia dan Arunika sudah sampai di rumah.Sepanjang perjalanan tadi, Arunika hanya diam. Raynar sendiri tidak berani bertanya karena takut menyinggung Arunika.Raynar menatap Arunika yang masih tak menjawab, bahkan istrinya mengabaikan dengan sibuk melepas sepatu.Tak ingin tinggal diam dan membiarkan masalah mereka berlarut-larut, Raynar menghampiri Arunika lalu memeluknya dengan cepat dari belakang.“Jangan terus diam begini, Aru,” ucap Raynar.Arunika menghela napas kasar. “Sikapmu yang berubah-ubah begini, membuatku benar-benar bingung,” ucap Raynar lagi.“Tidak ada yang berubah-ubah,” balas Arunika, “aku hanya sedang kesal,” imbuhnya.Raynar mengurai pelukan, lalu membalikkan tubuh Arunika agar menghadap ke arahnya. Dia menatap dalam pada sang istri yang tak mau memandangnya.“Kamu masih kesal karena permasalahan siang tadi? Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya cemas kalau--” “Aku bisa mengukur kesehatanku sendiri, dan juga aku kesal bukan h
Raynar mengantar Briella sampai ke depan agar orang suruhan Andre melihat kalau sekarang Briella dan Raynar sudah kembali dekat.“Baiklah, aku pergi dulu,” ucap Briella, “aku pasti akan melaporkan apa pun yang aku ketahui, tapi ingat janjimu,” ucap Briella sambil tersenyum untuk menyamarkan gerakan bibirnya seperti biasa.Raynar hanya mengangguk kecil.Briella menoleh pada Erik, dia tersenyum pada pria itu, lalu berjalan ke mobil yang ada di area parkir perusahaan.Begitu Briella sudah pergi, Raynar dan Erik kembali masuk lalu mereka naik ke lantai atas.Raynar memijat keningnya. Sang paman sepertinya takkan melepasnya begitu saja, meskipun Raynar tak mengusiknya sama sekali.Raynar dan Erik sudah sampai di lantai ruangan Raynar berada, saat mereka masuk ke ruangan Raynar, mereka terkejut melihat Arunika sudah ada di sana.Erik langsung mengundurkan diri karena tak ingin mengganggu Arunika dan Raynar.“Kapan kamu datang?” tanya Raynar sambil menghampiri Arunika.“Baru saja,” jawab Aru