Seperti permintaan Kanara kemarin, hari ini ia dan Arayi benar-benar melakukan kencan di bioskop setelah keduanya pulang kerja. Film yang mereka tonton tentunya genre kesukaan Kanara yang tak lain dan tak bukan adalah romance comedy.
Keduanya keluar dari bioskop setelah film yang mereka tonton selesai. Tampak ekspresi ceria Kanara yang berbanding terbalik dengan wajah lesu Arayi.
"Gimana, Mas? Bagus gak filmnya?" tanya Kanara semangat.
Arayi menganggukkan kepalanya, "Bagus," jawabnya seadanya.
Rupanya jawaban yang diberikan Arayi tak mampu membuat Kanara percaya begitu saja sehingga ia kembali brtanya dengan nada ragu, "Masa sih? Kok Mas Arayi keliatan lesu gitu? Film yang aku rekomendadikan gak sesuai ya sama ekspektasi Mas Arayi?"
Arayi menghela napasnya, ia memberikan senyum pada Kanara, "Bagus kok, cuma mungkin saya masih belum terbiasa sama genre itu."
Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti mendengar itu. "Tuhkan, apa aku bilang, genre kita itu beda banget. Kalau kaya gini kan, aku jadi gak bisa ngajak Mas Arayi diskusi tentang filmnya."
Kernyitan heran muncul di wajah tampan Arayi, "Memangnya kamu mau diskusiin tentang apa? Bukannya sudah jelas ya semuanya? Endingnya juga gak menggantung."
"Bener sih, tapi kali ini bukan tentang alur cerita yang pengen aku diskusiin, tapi tentang tokoh cowok di filmnya!"
"Ada apa sama tokoh cowoknya?" tanya Arayi.
"Ganteng banget, Mas! Udah gitu manis banget lagi, perhatian, ya ampun pokoknya aku suka banget deh! Jadi pengen dapat yang kaya gitu di dunia nyata!" Kanara tersenyum-senyum sendiri di akhir kalimatnya, yang lantas membuat Arayi terkekeh geli.
"Jadi tipe kamu yang seperti itu? Yang manis, perhatian dan ganteng?"
Kanara mengangguk antusias, "Betul sekali, Mas! Lebih lagi kalau dia cinta banget sama aku! Wah berasa sempurna banget hidup ini."
Tanpa sadar Arayi mendengkuskan tawanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mencubit pipi Kanara pelan. "Ini tuh kode ya maksudnya? Kamu pengen saya perhatian kaya gitu juga sama kamu?" tanyanya dengan senyum geli.
Kanara membelalakkan matanya sesaat, tak mengira bahwa Arayi akan menangkap maksudnya. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu mengangguk, "Ya .... baguslah kalau Mas Arayi nangkap kode dari aku."
Arayi kembali dibuat tertawa, "Tinggal bilang, saya bakal usahain selalu perhatian sama kamu, apalagi kalau nanti kamu udah jadi istri saya, Kanara."
...
"KANARA!" Panggilan dari seseorang yang suaranya familiar berhasil menghentikan lobrolan Arayi dan Kanara.
Kanara, yang namanya dipanggil menoleh. Perempuan itu melototkan matanya saat melihat kehadiran Randi yang kini tengah berlari menuju arahnya dengan ekspresi tak percaya.
Sementara itu Arayi menatap Randi dengan pandangan bertanya, matanya menyipit keheranan.
"Dia siapa?" tanya Randi langsung begitu sampai di depan Arayi dan Kanara.
Kanara langsung memasang ekspresi tak suka. Matanya melotot tajam pada Randi yang juga tampak marah padanya. "Ngapain lo di sini? Bukannya udah gue bilang gak usah munculin muka lo depan gue lagi?! Lo lupa apa emang pura-pura gak tau, hah?!" seru Kanara kasar.
Namun kalimat pedas itu tak berhasil membuat Randi pergi. Perhatian lelaki itu kini jatuh pada Arayi yang memilih diam. "Kamu siapa?" tanya Randi pada Arayi.
"Saya calon suaminya," jawab Arayi lantang. Ekspresinya tak memperlihatkan ketakutan sama sekali meskipun Randi menatapnya denngan tatapan setajam Elang.
Randi sempat kaget selama beberapa saat, sebelum perhatiannya kembali beralih pada Kanara. Lelaki itu menatap Kanara dengan tatapan meminta penjelasan. "Kanara, ini maksudnya apa? Kamu mau menikah? Secepat itu?" tanya Randi tak percaya.
Kanara mengangguk, "Iya, kenapa? Masalah buat lo? Mana tuh selingkuhan lo? Kok gak dibawa?" ujar Kanara bertubi-tubi. Tak peduli dengan keberadaan Arayi di sampingnya. Ia sudah terlanjur kesal dengan Randi.
"Aku udah akhirin hubungan aku sama Dena kemarin, Ra. Aku mengakhiri hubungan aku sama Dena demi kamu, karna aku mau kamu balik lagi sama aku. Tapi apa yang aku dapat? Kamu mau menikah? Tiba-tiba banget?" Dari raut wajahnya, Randi masih tak percaya dengan fakta yang baru saja ia dapat.
Sementara Kanara mendengkus kasar, terlalu muak mendengar ucapan Randi yang terkesan dilebih-lebihkan. Kanara tahu bahwa Randi hanya mengada agar ia mau balikan dengan cowok itu dan kembali dimanfaatkan. "Omong kosong! Lo pikir gue percaya sama omongan cowok bod*h bin bangs*t kaya lo, hah! Paling juga lo ngomong gitu karna gak mau kehilangan atm berjalan lo kan? Dasar cowok banci, bisanya cuma selingkuh doang, anj*ng lo!"
Arayi sedikit terkejut dengan ucapan Kanara, namun ia memilih untuk tetap diam.
Mendapat perlakuan tak mengenakkan seperti itu, Randi merasa tak terima. Ia berdecih pelan, masih dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah ia adalah orang paling tersakiti. "Jangan ngomong seolah kamu yang paling tersakiti gara-gara aku selingkuh, Ra. Kamu juga nyakitin hati aku dengan rencana menikah secepat ini. Aku bahkan heran kenapa kamu bisa secepat itu dapat cowok baru, atau jangan-jangan .... kalian udah berhubungan waktu kita masih pacaran? Atau lebih parahnya lagi, kamu udah ngasih keperawanan kamu sama dia, Ra?"
Plakk
Kanara langsung menghadiahkan tamparan pada pipi Randi sesaat setelah cowok itu menyelesaikan perkataannya. Kanara menggertakkan giginya marah, ia mengepalkan kedua tangannya dengan emosi yang meluap-luap.
"BISA-BISANYA LO NUDUH GUE KAYA GITU! DASAR MONY*T GAK TAU DIRI! LO PIKIR GUE SEMURAH ITU? ANJ*NG LO!" seru Kanara marah besar.
Masih belum puas, Kanara kembali melayangkan tamparan pada pipi Randi. Perempuan itu sudah hendak memukuli Randi jika saja Arayi tak lebih dulu menahannya.
"Udah, jangan diladenin orang kaya begini," ucap Arayi menenangkan.
Kanara menarik napasnya, berusaha menetralkan emosinya yang meluap-luap. Matanya menatap Randi tajam. "AWAS KALAU LO BERANI MUNCUL DEPAN GUE LAGI! GUE PASTIIN LO BABAK BELUR!"
"Kamu gak bakal bisa lari dari aku, Ra. Aku bakal terus ngejar kamu apapun yang terjadi!" balas Randi.
"BODO AMAT, GUE GAK PEDULI!"
Itulah kalimat yang dilontarkan Kanara sebelum Arayi membawanya pergi menjauh dari sana.
...
"Udah mendingan?" tanya Arayi setelah memberikan air mineral pada Kanara.
Kanara mengangguk, ia masih berusaha mengatur emosinya agar kembali normal seperti biasa. "Udah lumayan mendingan sih, Mas."
Arayi mendudukkan dirinya di samping Kanara, ia menoleh, memandang Kanara lama dengan tatapan menilai. "Saya .... gak nyangka kamu bisa kaya begitu tadi," ucapnya.
Kanara menoleh cepat pada Arayi setelahnya, raut wajahnya tampak panik setelah menyadari sesuatu, "Eee yang tadi tuh karna aku terlalu emosi, Mas, makanya sampe kasar kaya begitu. Duh, maaf banget, aku ini emang jauh dari kata sempurna."
Arayi terkekeh mendengar penjelasan itu. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Saya maklum kok, lagian orang kaya dia memang pantas kan dapatin hal kaya gitu? Omongannya benar-benar gak bisa dijaga."
Kanara mengangguk setuju, "Bener kan, Mas? Udah gitu hobinya selingkuh sama morotin duit aku lagi, emang bangs*t banget tuh laki! Aku sampe heran kenapa dulu pernah kepincut sama dia! Astaga, kayanya itu kesalahan terbesar aku deh."
"Yang penting sekarang kamu udah sadar dan gak berniat mengulangi lagi. Memang manusia kalau udah jatuh cinta tuh susah buat mikir secara logika, semuanya pasti ketutup karna rasa cinta," ucap Arayi.
"Jadi nyesel pernah jatuh cinta sama cowok sejelek dia," celetuk Kanara pelan, namun masih bisa didengar oleh Arayi.
"Jangan kaya gitu ...."
Kanara mendengkus, "Memang benar kan, Mas? Udah jelek, miskin lagi, hih jijik banget!" ucapnya bersungut-sungut.
Arayi menggeleng-gelengkan kepalanya, ia mengusap surai Kanara lembut sebelum memilih membawa kepala Kanara untuk menyandar pada bahunya.
"Ngomong-ngomong, Mas Arayi pernah jatuh cinta sampe gak bisa mikir secara logika juga nggak?" tanya Kanara penasaran.
"Gue dijodohin, kemungkinan bakal nikah dalam waktu dua sampai tiga bulan ke depan," ucap Kanara.Perempuan di depannya melotot kaget, ia berusaha meneguk airnya di mulutnya dengan susah payah. Merasa tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya. "Jangan bohong lo! Masa tiba-tiba banget sih?"Kanara menghela napasnya, "Gue gak bohong. Semuanya memang tiba-tiba, bahkan gue sama dia baru kenal semingguan ini.""Dan lo mau aja?! Lo baru putus dari Randi lho, apa gak trauma buat menjalin hubungan sama orang baru? Apalagi ini pernikahan, bayangin lo harus hidup sama dia seumur hidup, Ra! Bayangin!" seru Alea kesal."Gue tau," jawab Kanara seadanya.Alea makin tak habis pikir dibuatnya, ia memukul meja pelan, bermaksud menyadarkan Kanara tentang pilihannya. "Lo serius nerima perjodohan itu? Sama orang asing, Ra, bayangin lo nikah sama orang asing!""Dia bukan orang asing lagi di mata gue, Al. Namanya Mas Arayi, dia baik, ganteng, perhatian, dan gue rasa gue udah mulai naksir sama
"Kok gak ada foto Andriana lagi di sini? Lo pindahin apa gimana?" tanya Araya. Hari ini lelaki itu memang sedang berkunjung ke rumah kembarannya untuk sekedar memberitahukan pesan ayahnya pada Arayi.Arayi yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh, ia menghela napasnya pelan. "Dibuang sama Mama," jawabnya lesu.Araya mengangkat sebelah alisnya, "Mama ke sini kemarin?"Sang kembaran mengangguk. "Bersihin kamar gue, katanya kamar gue kotor banget."Terdengar kekehan dari mulut Araya, ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa yang ada di kamar Arayi. "Mama tuh lagi sarkas, dia tau anak pertamanya belum move on sama masa lalu, makanya sengaja buang foto kalian biar lo gak terus-terusan ingat sama dia.""Tapi itu foto terakhir gue sama Andriana.""Ya terus kenapa? Lo mau terus-terusan gagal move on sama orang yang udah ninggalin lo itu? Sadar aja sih, lo ditinggalin sama dia. Ah, lebih tepatnya, lo dicampakkan," ujar Araya. Ada nada geram kala ia mengucapkan itu, teringat kembali a
Setelah saling mengenal dalam kurun waktu yang lumayan singkat, Arayi dan Kanara akhirnya menikah. Akad nikah sudah diselenggarakan, begitupun dengan resepsi yang mengundang banyak kenalan baik dari pihak orang tua Arayi maupun orang tua Kanara.Kini, Kanara tengah beristirahat sambil menghapus make up di wajahnya dengan dibantu oleh MUA. Badannya terasa pegal karena seharian harus menghabiskan waktu untuk menghadapi para tamu yang kelewat banyak itu."Gue gak nyangka lo sekarang udah jadi bini orang, Ra!" Ucapan Alea berhasil membuat Kanara terkekeh geli, ia memandang sang sahabat dari cermin dengan senyum simpul."Gue juga gak nyangka kali," balas Kanara."Yah, jadi gak bisa sering-sering ngajak main lagi dong gue?" Alea berucap sembari memasang raut sedih. Mengingat temannya selama ini hanyalah Kanara."Makanya nikah juga dong, biar punya temen hidup, biar nanti kita bisa double date juga." "Gue masih lama kali, masih dua tiga ini, masih mau nikmatin hidup. Lagian apaan banget lo,
"Mas?" Panggilan Kanara yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah pergelutan panas mereka berhasil membuat Arayi menoleh. Lelaki itu menatap Kanara yang berada di pelukannya. Keduanya masih berada di balik selimut dengan badan yang tak memakai sehelai kain apapun."Ya?" respon Arayi dengan suara serak khas bangun tidurnya. Jam telah menunjukkan pukul 5 subuh ketika keduanya bangun.Kanara tampak berdehem sesaat sebelum mengatakan, "Aku .... suka yang kemarin."Arayi mengerutkan keningnya dengan senyum samar yang menghiasi wajah tampannya. "Walaupun kamu nangis-nangis sampe minta berhenti?" Kanara mendengkus kasar, ia menutup wajahnya yang memerah akibat malu. "Jangan dibahas yang itu .... intinya setelah itu aku suka," ujarnya.Arayi tersenyum, ia semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri. Tangannya mengusap punggung polos Kanara, lalu memberikan kecupan pada pucuk kepala sang wanita. "Mau lagi?"Kanara kontan memukul lengan atas Arayi pelan, "Mas! Jangan terlalu terang-ter
"Pagi Mas Arayiiiii," sapa Kanara dengan mata berbinar. Ia menyengir pada Arayi yang membuat suaminya kontan terkekeh geli.Sebuah cubitan mendarat di pipi mulus Kanara, "Pagi juga Kanara cantik."Senyum Kanara semakin mengembang. Ia membalik telur ceplok yang ia buat, lalu mengangkatnya setelah matang.Sementara Arayi duduk di meja makan seraya menikmati teh yang dibuat oleh asisten rumah tangga mereka.Kanara meletakkan piring berisi toast dengan telur ceplok serta alpukat ke depan Arayi. "Ini sarapannya ya, Mas.""Kamu seharusnya gak perlu repot-repot begini, biar Bi Ani yang ngurus urusan rumah," kata Arayi.Kanara duduk di depan Arayi, "Terus aku ngapain dong kalau Bi Ani yang ngurus?" tanya Kanara balik."Rebahan, mungkin?" balas Arayi yang kontan mengundang tawa dari Kanara."Rebahan kadang juga bikin capek lho, Mas. Aku gak mau badanku jompo di usia yang masih muda gara-gara jarang gerak," ujar Kanara.
"Siapa sih Jessica itu? Gue sih gak masalah ya kalau dia biasa aja sama gue. Tapi, Al, masalahnya tuh dia natap gue kaya seakan menilai gitu. Kaya lo ngerti gak sih? Dia mungkin ngerasa gue gak cocok kali ya sama Mas Arayi?" gerutu Kanina sembari memeriksa pesan yang masuk melalui emailnya."Pernah pacaran kali sama Mas Arayi. Siapa tahu dia belom move on, makanya natap lo kaya gak suka gitu," balas Alea di seberang sana. Perempuan itu tengah berada di kubikelnya sembari mengerjakan kerjaan kantor.Kanara menghela napasnya, merasa tak sepemikiran dengan Alea. "Masa sih? Kok gue ragu ya?""Ragu kenapa? Menurut gue sih begitu, kan Mas Arayi juga bilang kalau mereka temen kuliah kan? Itu artinya mereka udah kenal lama," ujar Alea."Ya iya sih." Kanara menggigiti jari-jari tangannya seraya berpikir. "Gue ngerasanya dia tuh cuma gak suka karna gue gak sesuai ekspektasi dia? Tatapan dia ke Mas Arayi juga bukan yang tatapan cinta gitu. Mungkin
Arayi menghela napasnya kasar. Ia mengacak-acak rambutnya yang telah berantakan. Ucapan Jessica siang tadi masih memenuhi isi kepalanya, yang membuat dirinya sekarang jadi sedikit kacau.Mobil yang dikendarai Arayi perlahan memasuki garasi rumah. Kanara telah pulang sejak sore tadi, sementara Arayi masih ada kerjaan yang mengharuskannya pulang larut malam.Lampu rumah sudah padam. Tampaknya Kanara telah tidur. Arayi memasuki rumahnya tatkala menemukan Kanara yang terduduk di atas sofa ruang tengah sembari menyemil keripik kentang. Televisi di depannya menyala, menayangkan sebuah kartun pinguin kecil.Perhatian Kanara beralih, ia melempar senyum pada Arayi seraya beranjak dari posisinya. Wanita itu berjalan menghampiri sang suami yang masih terdiam di tempat."Hai, Mas," sapa Kanara sambil mengecup singkat bibir Arayi. Ia mengambil jas serta tas kerja Arayi untuk dibawa ke kamar.Arayi mengekor dengan alis yang masih menyatu keheranan. "Ka
Jam makan siang ini Kanara pergi makan di luar sekaligus bertemu dengan Alea. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah rumah makan yang berada di tengah-tengah antara kantor Kanara dan Alea."Gue heran, kenapa Mas Arayi tuh manis banget ya, Al?" Kanara berucap dengan wajah cengengesan.Alea berdecak mendengar pertanyaan itu. Ia menyandarkan badannya pada sandaran kursi sembari memandang Kanara sebal. "Yeuu, dasar pengantin baru! Udah bucin aja lo," cibir Alea."Mas Arayi tuh ya, Al, orangnya tuh perhatian banget. Dia juga sering muji gue, selalu mengapresiasi apa yang gue lakuin. Duh, gue jadi klepek-klepek sama dia." Kanara mesem-mesem sendiri mengucapkan hal itu.Alea menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, ia mengelus dadanya agar tak kaget melihat sahabatnya yang berubah drastis setelah menikah."Lo ngomong gitu kaya udah cinta aja."Mendengar hal itu, Kanara jadi berpikir. Kunyahannya terhenti, sendok dan garpu yang ia gengga