Share

Bagian 3

Seperti permintaan Kanara kemarin, hari ini ia dan Arayi benar-benar melakukan kencan di bioskop setelah keduanya pulang kerja. Film yang mereka tonton tentunya genre kesukaan Kanara yang tak lain dan tak bukan adalah romance comedy.

Keduanya keluar dari bioskop setelah film yang mereka tonton selesai. Tampak ekspresi ceria Kanara yang berbanding terbalik dengan wajah lesu Arayi.

"Gimana, Mas? Bagus gak filmnya?" tanya Kanara semangat.

Arayi menganggukkan kepalanya, "Bagus," jawabnya seadanya.

Rupanya jawaban yang diberikan Arayi tak mampu membuat Kanara percaya begitu saja sehingga ia kembali brtanya dengan nada ragu, "Masa sih? Kok Mas Arayi keliatan lesu gitu? Film yang aku rekomendadikan gak sesuai ya sama ekspektasi Mas Arayi?"

Arayi menghela napasnya, ia memberikan senyum pada Kanara, "Bagus kok, cuma mungkin saya masih belum terbiasa sama genre itu."

Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti mendengar itu. "Tuhkan, apa aku bilang, genre kita itu beda banget. Kalau kaya gini kan, aku jadi gak bisa ngajak Mas Arayi diskusi tentang filmnya."

Kernyitan heran muncul di wajah tampan Arayi, "Memangnya kamu mau diskusiin tentang apa? Bukannya sudah jelas ya semuanya? Endingnya juga gak menggantung."

"Bener sih, tapi kali ini bukan tentang alur cerita yang pengen aku diskusiin, tapi tentang tokoh cowok di filmnya!"

"Ada apa sama tokoh cowoknya?" tanya Arayi.

"Ganteng banget, Mas! Udah gitu manis banget lagi, perhatian, ya ampun pokoknya aku suka banget deh! Jadi pengen dapat yang kaya gitu di dunia nyata!" Kanara tersenyum-senyum sendiri di akhir kalimatnya, yang lantas membuat Arayi terkekeh geli.

"Jadi tipe kamu yang seperti itu? Yang manis, perhatian dan ganteng?" 

Kanara mengangguk antusias, "Betul sekali, Mas! Lebih lagi kalau dia cinta banget sama aku! Wah berasa sempurna banget hidup ini."

Tanpa sadar Arayi mendengkuskan tawanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mencubit pipi Kanara pelan. "Ini tuh kode ya maksudnya? Kamu pengen saya perhatian kaya gitu juga sama kamu?" tanyanya dengan senyum geli.

Kanara membelalakkan matanya sesaat, tak mengira bahwa Arayi akan menangkap maksudnya. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu mengangguk, "Ya .... baguslah kalau Mas Arayi nangkap kode dari aku."

Arayi kembali dibuat tertawa, "Tinggal bilang, saya bakal usahain selalu perhatian sama kamu, apalagi kalau nanti kamu udah jadi istri saya, Kanara."

...

"KANARA!" Panggilan dari seseorang yang suaranya familiar berhasil menghentikan lobrolan Arayi dan Kanara.

Kanara, yang namanya dipanggil menoleh. Perempuan itu melototkan matanya saat melihat kehadiran Randi yang kini tengah berlari menuju arahnya dengan ekspresi tak percaya.

Sementara itu Arayi menatap Randi dengan pandangan bertanya, matanya menyipit keheranan.

"Dia siapa?" tanya Randi langsung begitu sampai di depan Arayi dan Kanara. 

Kanara langsung memasang ekspresi tak suka. Matanya melotot tajam pada Randi yang juga tampak marah padanya. "Ngapain lo di sini? Bukannya udah gue bilang gak usah munculin muka lo depan gue lagi?! Lo lupa apa emang pura-pura gak tau, hah?!" seru Kanara kasar.

Namun kalimat pedas itu tak berhasil membuat Randi pergi. Perhatian lelaki itu kini jatuh pada Arayi yang memilih diam. "Kamu siapa?" tanya Randi pada Arayi.

"Saya calon suaminya," jawab Arayi lantang. Ekspresinya tak memperlihatkan ketakutan sama sekali meskipun Randi menatapnya denngan tatapan setajam Elang.

Randi sempat kaget selama beberapa saat, sebelum perhatiannya kembali beralih pada Kanara. Lelaki itu menatap Kanara dengan tatapan meminta penjelasan. "Kanara, ini maksudnya apa? Kamu mau menikah? Secepat itu?" tanya Randi tak percaya.

Kanara mengangguk, "Iya, kenapa? Masalah buat lo? Mana tuh selingkuhan lo? Kok gak dibawa?" ujar Kanara bertubi-tubi. Tak peduli dengan keberadaan Arayi di sampingnya. Ia sudah terlanjur kesal dengan Randi.

"Aku udah akhirin hubungan aku sama Dena kemarin, Ra. Aku mengakhiri hubungan aku sama Dena demi kamu, karna aku mau kamu balik lagi sama aku. Tapi apa yang aku dapat? Kamu mau menikah? Tiba-tiba banget?" Dari raut wajahnya, Randi masih tak percaya dengan fakta yang baru saja ia dapat. 

Sementara Kanara mendengkus kasar, terlalu muak mendengar ucapan Randi yang terkesan dilebih-lebihkan. Kanara tahu bahwa Randi hanya mengada agar ia mau balikan dengan cowok itu dan kembali dimanfaatkan. "Omong kosong! Lo pikir gue percaya sama omongan cowok bod*h bin bangs*t kaya lo, hah! Paling juga lo ngomong gitu karna gak mau kehilangan atm berjalan lo kan? Dasar cowok banci, bisanya cuma selingkuh doang, anj*ng lo!"

Arayi sedikit terkejut dengan ucapan Kanara, namun ia memilih untuk tetap diam.

Mendapat perlakuan tak mengenakkan seperti itu, Randi merasa tak terima. Ia berdecih pelan, masih dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah ia adalah orang paling tersakiti. "Jangan ngomong seolah kamu yang paling tersakiti gara-gara aku selingkuh, Ra. Kamu juga nyakitin hati aku dengan rencana menikah secepat ini. Aku bahkan heran kenapa kamu bisa secepat itu dapat cowok baru, atau jangan-jangan .... kalian udah berhubungan waktu kita masih pacaran? Atau lebih parahnya lagi, kamu udah ngasih keperawanan kamu sama dia, Ra?"

Plakk

Kanara langsung menghadiahkan tamparan pada pipi Randi sesaat setelah cowok itu menyelesaikan perkataannya. Kanara menggertakkan giginya marah, ia mengepalkan kedua tangannya dengan emosi yang meluap-luap. 

"BISA-BISANYA LO NUDUH GUE KAYA GITU! DASAR MONY*T GAK TAU DIRI! LO PIKIR GUE SEMURAH ITU? ANJ*NG LO!" seru Kanara marah besar.

Masih belum puas, Kanara kembali melayangkan tamparan pada pipi Randi. Perempuan itu sudah hendak memukuli Randi jika saja Arayi tak lebih dulu menahannya. 

"Udah, jangan diladenin orang kaya begini," ucap Arayi menenangkan.

Kanara menarik napasnya, berusaha menetralkan emosinya yang meluap-luap. Matanya menatap Randi tajam. "AWAS KALAU LO BERANI MUNCUL DEPAN GUE LAGI! GUE PASTIIN LO BABAK BELUR!"

"Kamu gak bakal bisa lari dari aku, Ra. Aku bakal terus ngejar kamu apapun yang terjadi!" balas Randi.

"BODO AMAT, GUE GAK PEDULI!"

Itulah kalimat yang dilontarkan Kanara sebelum Arayi membawanya pergi menjauh dari sana.

...

"Udah mendingan?" tanya Arayi setelah memberikan air mineral pada Kanara.

Kanara mengangguk, ia masih berusaha mengatur emosinya agar kembali normal seperti biasa. "Udah lumayan mendingan sih, Mas."

Arayi mendudukkan dirinya di samping Kanara, ia menoleh, memandang Kanara lama dengan tatapan menilai. "Saya .... gak nyangka kamu bisa kaya begitu tadi," ucapnya.

Kanara menoleh cepat pada Arayi setelahnya, raut wajahnya tampak panik setelah menyadari sesuatu, "Eee yang tadi tuh karna aku terlalu emosi, Mas, makanya sampe kasar kaya begitu. Duh, maaf banget, aku ini emang jauh dari kata sempurna."

Arayi terkekeh mendengar penjelasan itu. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Saya maklum kok, lagian orang kaya dia memang pantas kan dapatin hal kaya gitu? Omongannya benar-benar gak bisa dijaga."

Kanara mengangguk setuju, "Bener kan, Mas? Udah gitu hobinya selingkuh sama morotin duit aku lagi, emang bangs*t banget tuh laki! Aku sampe heran kenapa dulu pernah kepincut sama dia! Astaga, kayanya itu kesalahan terbesar aku deh."

"Yang penting sekarang kamu udah sadar dan gak berniat mengulangi lagi. Memang manusia kalau udah jatuh cinta tuh susah buat mikir secara logika, semuanya pasti ketutup karna rasa cinta," ucap Arayi.

"Jadi nyesel pernah jatuh cinta sama cowok sejelek dia," celetuk Kanara pelan, namun masih bisa didengar oleh Arayi.

"Jangan kaya gitu ...."

Kanara mendengkus, "Memang benar kan, Mas? Udah jelek, miskin lagi, hih jijik banget!" ucapnya bersungut-sungut.

Arayi menggeleng-gelengkan kepalanya, ia mengusap surai Kanara lembut sebelum memilih membawa kepala Kanara untuk menyandar pada bahunya.

"Ngomong-ngomong, Mas Arayi pernah jatuh cinta sampe gak bisa mikir secara logika juga nggak?" tanya Kanara penasaran. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status