Olivia tidak langsung kembali ke kamar, melainkan terlebih dahulu pergi ke balkon. Perempuan itu duduk di atas kursi ayunannya, memandang bunga-bunga di teras atas sambil melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit.Setelah hatinya lebih tenang, perempuan itu pun bangkit dan kembali ke kamarnya.Malam itu berlalu dengan tenang dan damai.Sementara itu, keluarga Hermanus yang berada di rumah sakit, sedang menghadapi serbuan dari internet.Serbuan internet yang dihadapi oleh Odelina dan Olivia sebelumnya tidak sebesar yang dihadapi oleh keluarga Hermanus saat ini. Tidak hanya bukti-bukti yang dibeberkan oleh Olivia yang menjadi sorotan publik, tetapi juga catatan harian Odelina, komentar-komentar yang ditambahkan oleh penduduk desa, bahkan juga kepala desa sendiri ikut turun tangan membenarkan apa yang diceritakan oleh Olivia.Pekerjaan, pendapatan, juga rumah tempat tinggal mereka, semuanya tersebar di internet. Tinggal di sebuah rumah yang sangat bagus, pekerjaan stabil dan teta
Paman kedua Olivia berkata kepada salah satu keponakannya, “Pekerjaan Bobby yang paling penting, kalau sampai hal ini membuat Bobby kehilangan pekerjaannya ….”Paman kedua Olivia yang biasa dipanggil dengan Om Fadil itu, tidak dapat menyelesaikan ucapannya. Pria itu menatap ke arah Yoga dengan pandangan yang sedikit menyalahkan.Ini semua adalah ide Yoga untuk menggunakan netizen menjebak kedua kakak beradik itu menggunakan media Twitter.“Om Fadil, Bobby sudah bertahun-tahun mengabdikan diri di kantor, juga sudah berhasil mendapatkan kepercayaan dari direksi di kantor pusat. Nggak mungkin hanya karena masalah kecil ini, tiba-tiba Boby kehilangan pekerjaannya. Kalau perlu, aku akan mengklarifikasi kepada mereka, bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Bobby.”Yoga biasanya menjalankan usaha pribadinya, pria itu merasa, semua urusannya di internet ini tidak akan memengaruhi bisnisnya.Om Fadil merasa lega mendengar perkataan keponakannya ini. Di saat yang sama, pria itu menelepon
Sepasang kakek nenek ini sangat terkenal di kampung sebagai orang tua bermulut tajam, tidak pernah mau mengalah apalagi untuk menundukkan kepalanya.Perempuan tua itu juga bersikeras dan tidak mau membiarkan anak dan cucunya meminta maaf kepada Odelina dan adiknya.Hanya saja, entah sampai kapan perempuan itu bisa terus bertahan.Olivia tidak tahu bagaimana keluarga Hermanus melewati malam mereka hari itu. Akan tetapi, perempuan itu tidur dengan nyenyak. Hanya saja, tepat sebelum matahari terbit, perempuan itu bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya. Begitu perempuan itu mencoba mengulurkan tangan untuk menarik tangan kedua orang tuanya, yang dia dapati hanyalah udara kosong.Ketika perempuan itu terbangun, dia mendapati bahwa bantalnya sudah basah dengan air mata.Perempuan itu menatap langit-langit kamarnya cukup lama, barulah akhirnya dia bangkit duduk di pinggir Kasur. Sambil mengelap wajahnya yang basah karena air mata, perempuan itu berkata, “Ma, Pa, apa kalian tahu bahwa kita
Stefan langsung menarik wajah tampannya ke belakang, sepasang bola mata hitamnya menatap Olivia dengan hati-hati.“Pak Stefan.”Olivia tiba-tiba bertanya, “Apa aku boleh mencium kamu sebentar?”Stefan : “….”Apa perempuan ini tidak bisa merasa malu sedikit.Bisa-bisanya dia menanyakan hal ini kepada seorang pria.“Pak Stefan kalau tertawa sangat manis, membuat hatiku gatal melihatnya dan ingin mencium Pak Stefan.”Stefan langsung mengerutkan wajahnya, “Oliv, di mana wajahmu?”“Wajahku ada di sini, kok.”Olivia tertawa sambil menepuk-nepuk wajahnya sendiri. “Kita berdua, kan suami istri. Makanya aku baru mengatakan hal seperti ini. Apalagi kita adalah suami istri yang legal, sekalipun aku mencium kamu, ini adalah hal yang wajar.”Stefan langsung mundur beberapa langkah mendengar hal ini. Gerakan yang tiba-tiba dari pria itu, membuat Olivia tertawa terbahak-bahak.Stefan merasa sedikit malu dan juga kesal.Pria itu melakukan gerakannya yang tiba-tiba ini, semua juga berkat perempuan itu.
“Kamu nggak usah mengembalikan uang pembelian mobil itu kepadaku.”Stefan tiba-tiba mengganti topik pembicaraan mereka ke masalah pembelian mobil.Olivia tidak mengetahui akun bank milik pria itu, sehingga perempuan itu hanya bisa mengirimkan sejumlah uang ke rekening OVO miliknya setiap hari.Namun Stefan sama sekali tidak menerimanya.Hari pertama Olivia mengirimkan uang sebesar 100 juta ke rekening pria itu, sekarang sudah kembali lagi ke dalam rekeningnya sendiri.“Aku membelikan mobil untukmu juga demi diriku sendiri. Pekerjaanku setiap hari sangat sibuk, terkadang memerlukan bantuan istriku untuk menyambut tamu. Kalau orang lain tahu bahwa istriku sendiri masih menggunakan motor listrik yang sering mati di tengah jalan, mau taruh di mana wajahku ini?”Stefan khusus membelikan mobil untuk perempuan itu, murni demi kepentingannya sendiri.“Oh, jadi itu bukan hadiah permintaan maaf?” Olivia kembali bertanya.Stefan, “….”“Bisa banyak artinya juga …,” ucap Stefan setengah mengambang.
Stefan hanya berdiri sambil bersandar di pintu balkon tanpa memanggil perempuan itu. Pria itu hanya diam-diam menatap Olivia selama satu menit, kemudian membalikkan badan dan pergi.Sebelum keluar, pria itu mengambil kotak makan yang sudah disiapkan oleh istrinya sambil berpamitan kepada Olivia, “Aku berangkat ke kantor dulu.”“Emm, pelan-pelan nyetirnya,” jawab Olivia.Stefan menutup pintu rumahnya dan turun ke bawah sambil membawa dua buah kotak makan itu.Para pengawalnya, semua sedang menunggu pria itu di bawah. Ada yang berdiri, jongkok, juga duduk di samping tanaman.Begitu melihat atasan mereka turun, para pengawal itu langsung berdiri dengan cekatan. Namun, ketika tatapan mereka terarah ke kotak makan di tangan Stefan, mereka hanya berdiri membeku tanpa ada satu orang pun yang berani mendekatinya.Stefan, “….”Dia hanya membawa dua buah kotak makan, sekarang mereka sudah langsung tidak dapat mengenalinya?“Pak Stefan.”Untungnya Dimas masih bereaksi dengan cepat. Pria itu langs
Stefan meletakkan kedua kotak makanan itu di atas meja adiknya dan berkata, “Olivia tahu kalau kita kerja di kantor yang sama, jadi dia buatin sarapan lebih banyak biar aku bisa bagi ke kamu. Jangan jajan di luar terus, kotor.”“Dulu Kakak juga selalu makan di luar.”Meski Stefan makan di hotelnya sendiri, tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa dia memang makan di luar.Calvin meletakkan gelas berisi kopi yang dia pegang dan tak sabar untuk mengambil kotak makanan tersebut. “Sabtu lalu aku sudah cobain masakannya Kak Olivia. Rasa makanannya kayak masih nempel di lidahku selama berhari-hari. Wah … makanannya beragam banget, tampilannya juga oke. Pasti enak, nih.”Calvin langsung memberikan pujian kepada hasil buatan tangan kakak iparnya seketika dia membuka kotak makanan tersebut. Tak hanya peletakannya yang indah bagaikan karya seni, tapi rasa dari makanannya juga tentu tidak kalah nikmat.Tak heran nenek mereka begitu menyukai Olivia dan bersikeras agar kakak mereka menikahinya. Di
Sementara itu, Olivia sama sekali tidak menyadari kalau suaminya cemburu. Dia kembali ke tokonya dan mulai membuat kerajinan tangan lainnya.“Liv, beberapa hari terakhir kenapa kamu selalu bikin bunga terus? Memangnya selaku itu?” tanya Junia ketika dia melihat Olivia lagi-lagi membuat barang yang sama.Olivia yang kebetulan baru saja selesai membuat karyanya beristirahat sejenak, lalu dia tersenyum dan menjawab pertanyaan temannya, “Toko online-ku lagi ramai banget akhir-akhir ini. Yang pesan pohon ini terlalu banyak.”“Apa mungkin mereka tergerak buat beli karena kasihan sama kamu dan Kak Odelina?”“Kayaknya bukan karena itu. Cuma nomor telepon dan foto waktu aku masih kecil yang tersebar, tapi mereka nggak tahu apa-apa lagi selain itu. Postingannya juga sudah dihapus, bahkan postingan yang diunggah sama akun-akun verified juga sudah dihapus.”Bisa jadi mereka menghapus postingan itu karena takut terlibat keributan dengan keluarga Hermanus.“Untung ada gosip soal Stefan yang mengalih
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke