Saat keluar dan melihat pipi Olivia dicium Russel, dia cemburu!Stefan menggendong Russel masuk ke dalam rumah sambil berbicara dengannya. “Om Stefan mau ngomong apa sama Russel?”Russel penasaran. Kemudian, Om Stefan berbicara panjang lebar kepadanya. Russel diam. Banyak hal yang tidak Russel pahami dari ucapan Stefan. Russel hanya mengerti satu hal. Om Stefan-nya bilang bahwa Russel adalah laki-laki. Dia tidak boleh sembarangan mencium pipi tantenya. Tapi, itu Tante Oliv-nya. Tante Oliv saja bisa mencium pipi kecilnya.Akhirnya, di pikiran Russel hanya ada satu kesimpulan: dunia orang dewasa itu sangat rumit dan sulit dipahami.Kata-kata Stefan kepada Russel membuat Olivia tidak bisa berkata-kata. Olicia hanya bisa berkata pada suaminya, "Sayang, kamu bawa Russel ke atas, ya. Mandi.""Sip. Oke."Stefan membawa Russel ke lantai atas, sambil berkata kepadanya, "Malam ini Om yang akan mandiin Russel.""Aku mau mandi mau bawa mainan.""Boleh, bawa pistol airmu.""Oke." Mereka berjal
"Oliv, memang kita ini sekandung, ya. Haha. Aku juga menentang Yanti dengan cara yang sama, loh. Kakak bilang, kenapa aku yang harus pergi? Kenapa aku yang harus berkorban?""Menurutku menghindar justru nggak akan menyelesaikan masalah, Kak. Kakak, jangan pindah dari sana. Toko Kakak sudah lama ada di sana. Susah payah Kakak mencari pelanggan tetap. Kalau Kakak pindah, berarti Kakak harus mulai dari awal lagi.""Selama Kakak jaga hati, nggak tergoda sama Daniel, apa pun yang dia lakukan nggak akan ada gunanya. Kalau Kakak ikuti permintaan Yanti dan membawa Russel pergi dari Mambera, mungkin Pak Daniel malah nggak akan bisa melupakanmu seumur hidupnya. Dia mungkin juga akan mencari kalian berdua selamanya.""Kalau dia mengejar kamu terus nggak dapat respons, ditambah dengan ibunya yang terus menghalangi, kurasa dengan berjalannya waktu, dia akan menyerah dan membiarkanmu hidup tenang."Odelina juga berpikir demikian.Kepergiannya tidak akan menyelesaikan masalah.Pendapat adiknya sama d
"Oke, entar aku kasih tahu Stefan."Olivia tidak memaksakan untuk membayar biaya sekolah Russel.Yang penting kakaknya mau Russel masuk ke TK Pusat Mambera dan kakaknya mampu membayar biaya sekolah itu sendiri.Seperti kata Odelina, Russel adalah anaknya. Biaya sekolah Russel ya memang seharusnya dibayar oleh dia sendiri.Jika Odelina tidak mampu membayar biaya sekolah, kakaknya juga tidak akan ingin Russel masuk ke TK Pusat Mambera.Olivia sangat memahami kakaknya.Meski sekarang dia adalah menantu dari keluarga Adhitama yang kaya raya, kakaknya tetap bersikeras mandiri dan tidak pernah meminta bantuan finansial darinya.Kakaknya selalu khawatir meminta uang akan mempengaruhi posisi Olivia di keluarga suaminya.Olivia bukan tipe orang yang selalu menggunakan uang untuk membantu keluarganya; dia lebih percaya pada prinsip memberikan kemampuan daripada hanya memberikan bantuan."Oliv, terima kasih, karena ada kalian berdua, garis start Russel jadi bisa unggul dari orang lain."Odelina s
Russel hanya mengucapkan "oh" pendek. Olivia melepaskan pelukannya dan membawa Russel kembali ke dalam rumah. Saat Stefan turun dari lantai atas dan melihat keduanya, ia berkata sambil tersenyum, "Hei, Bocah! Cepat sekali larinya. Baru saja aku bantu pakai baju, eh dia sudah lari lebih cepat dari kelinci. Kakak sudah pulang?""Iya, dia sudah pulang."Tidak lama kemudian, pasangan suami istri itu duduk di sofa.Russel bermain sendiri di depan mereka."Sayang, soal Russel masuk TK, kakakku bilang kalau kamu bisa bantu agar Russel bisa masuk ke TK Pusat Mambera, tolong bantu. Berapa pun biayanya, bilang saja sama kakak, dia akan bayar.""Kalau aku nggak bisa bantu, aku nggak akan tanya tentang hal ini sama kamu. Serahkan sama aku, aku pastikan Russel bisa masuk ke TK Pusat Mambera. Nggak perlu biaya apa pun, bahkan kalau perlu, aku yang bantu kakak.""Soal biaya sekolah ...."Sebelum Stefan sempat menyelesaikan kalimatnya, Olivia memotong ucapan suaminya, "Kakakku bilang Russel adalah a
Setelah keluar dari rumah sakit, Roni masih menemani Yenny ke pusat perbelanjaan lain. Dia membelikan barang yang Yenny inginkan. Setelah pulang, Roni selalu teringat tentang keakraban Daniel dengan Russel, merasa resah, khawatir anaknya akan benar-benar diambil oleh Daniel dan memanggil Daniel “Ayah”. Setelah Yenny beristirahat, Roni diam-diam keluar rumah, membeli beberapa camilan dan mainan kemudian langsung menuju rumah mantan istrinya.Roni tidak pernah berpikir untuk rujuk kembali.Panah yang telah dilepaskan tidak bisa kembali lagi, dia dan Odelina sudah tidak mungkin bersama lagi. Namun, Russel adalah darah dagingnya. Bagaimana mungkin Russel bisa begitu akrab dengan pria yang mengejar mantan istrinya? Daniel sudah serius mengancam posisi Roni sebagai ayah.“Bayi di perut istrimu baik-baik saja, ‘kan?"Odelina bertanya dengan nada datar.Roni menjawab dengan sedikit canggung, "Baik-baik saja.""Russel sekarang nggak kekurangan makanan dan mainan, kamu nggak perlu bawain dia
Dulu saja, Yenny tidak suka jika keluarga suaminya terlalu memperhatikan Russel, apalagi sekarang dia sedang hamil, ketidaksukaannya itu semakin bertambah. Saat Roni mendengar tentang Yenny, dia tampak tidak bisa duduk dengan tenang dan segera berdiri untuk pergi. Setelah mengantar mantan suaminya, Odelina menutup dan mengunci pintu rumah, merasakan sedikit kepuasan di dalam hatinya. Melihat mantan suaminya kerepotan setelah menikah lagi, sementara hidupnya dan anaknya semakin membaik, adalah bentuk balas dendam terbaik bagi mantan suaminya itu.Semalaman berlalu tanpa kata-kata.Ketika matahari terbit, hari baru pun dimulai.Hari-hari berikutnya, baik Olivia maupun Odelina sama-sama sibuk. Daniel masih setiap hari pergi ke toko sarapan "Makan Sepuasnya", mengirimkan bunga dan berbagai hadiah untuk Odelina. Meskipun Odelina tidak pernah menerima, Daniel tetap bersikeras melakukannya setiap hari.Stefan membantu Russel mendaftar di TK Pusat Mambera. Mulai bulan September, Russel aka
"Tiga bulan pertama itu sangat penting. Kalau kamu mau jalan-jalan, kita bisa melakukannya setelah anak kita lahir. Aku janji akan temani kamu sampai kamu nggak ingin lagi jalan-jalan."Reiki berjanji pada istrinya. Sekarang, yang terpenting adalah bayi di dalam kandungan Junia. Meskipun kondisi fisik Junia sangat baik dan dia baru saja hamil, tapi bagi Reiki lebih baik berhati-hati agar tidak terjadi apa-apa. Reiki tidak berani mengambil risiko. Begitu mengetahui Junia hamil, dia langsung menghentikan perjalanan mereka dan bergegas membawa Junia pulang. Dia bahkan meminjam pesawat pribadi keluarganya.Ketika Bram mendengar tentang kehamilan tersebut, dia sangat memperhatikannya. Begitu Reiki menelepon, dia langsung mengatur pesawat pribadi untuk mengangkut pasangan muda itu pulang.Reiki adalah orang pertama di generasinya yang menikah, dan bayi dalam kandungan Junia adalah generasi pertama berikutnya dari keluarga Ardaba. Seluruh keluarga sangat bersemangat ketika mengetahui tent
Amelia tersenyum, "Kalian berdua bahagia banget, deh. Pas bulan madu sudah hamil saja. Junia, selamat ya, seandainya kami tahu kamu hamil, kami seharusnya bawa tonikum buat kamu.""Oliv dengar dari Stefan, kalian mengakhiri perjalanan bulan madu lebih awal dan pulang. Oliv khawatir, ngajak aku langsung ke sini untuk menjenguk kamu. Kami nggak sempat membeli apa-apa."Junia segera berkata, "Kalian nggak perlu bawa apa-apa kali. Sebelum aku sampai di rumah saja, kerabat Reiki sudah kirim banyak banget tonikum. Aku sampai kaget."Keluarga besar yang kompak itu, ketika sudah mengirim hadiah, bisa sampai membuat Junia terkejut. Sangking banyaknya."Aku padahal ‘kan baru hamil, nggak perlu suplemen berlebihan. Makan tiga kali sehari normal saja sudah cukup. Nggak usah kirimin apa pun, ya. Kasihani aku," kata Junia sambil membuat gerakan memohon, membuat semua orang tertawa.Pelayan membawa buah dan kue.Junia mempersilahkan dua sahabatnya untuk makan kue.Olivia dan Amelia juga tidak sungkan
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu