“Kamu memang suka masak, kamu ingin semua orang bisa makan enak tapi nggak mahal, atau mau perkembangan restoran kamu lebih maju lagi? Dalam hal mengelola restoran ini, kamu harus lebih tegas dan ada caramu sendiri. Jangan sampai pusatnya hancur, begitu hancur maka semuanya juga akan ikut hancur.”“Odelina, aku percaya kamu bisa sukses dan juga jangan buru-buru. Pelan-pelan saja, setiap langkah kita juga bisa dijadikan pelajaran dan pengalaman yang berharga,” ujar Daniel.Odelina mengangguk dan berkata, “Benar yang dikatakan Pak Daniel. Aku akan perlahan-lahan dan nggak terburu-buru. Dari pada nanti jatuh ke jurang dan aku sendiri yang rugi total.”Dia masih muda dan masih bisa berjuang delapan hingga sepuluh tahun. Odelina akan melihat keadaan dulu baru menentukan apakah akan membuka hotel berbintang. Setelah mendorong Daniel keluar dari restoran, Odelina menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menutup pintu restoran.“Bu Odelina, biarkan saya saja,” ujar anak buah keluarga Lumanto
Hari ini satu anak buah yang lain izin karena ada urusan yang lain dan hanya sisa satu orang saja. Odelina khawatir lelaki itu tidak sanggup menopang Daniel. Anak buah tersebut tidak menolak.Dia dan Odelina bersama-sama membantu Daniel masuk dalam mobil. Setelah itu, Odelina memasangkan sabuk pengaman. Sedangkan anak buahnya mengangkat kursi roda dan meletakkannya di bagasi.Daniel menatap Odelina ketika perempuan itu memasangkan sabuk pengaman. Jarak mereka cukup dekat hingga membuat Daniel nyaris tidak bisa mengendalikan kedua tangannya. Dia ingin sekali memeluk perempuan itu. Namun, pada akhirnya dia tetap mengendalikan keinginannya.Sekarang Odelina semakin mirip dengan keluarganya. Jika dia gegabah, kemungkinan semua usahanya di awal akan sia-sia.“Pak Daniel, sebenarnya kalian nggak perlu mengantarku. Jaraknya nggak jauh.”Daniel menatapnya dalam-dalam dan berkata, “Aku nggak akan tenang kalau nggak melihat kalian berdua masuk rumah.”Setelah berpandangan sejenak dengan lelaki i
Odelina sebenarnya menolak Vila yang diberikan oleh Stefan dan Olivia padanya. Oleh karena itu, semua surat administrasi pemindahan nama masih belum bisa dibuat. Odelina juga tidak pernah pindah ke sana.Perempuan itu memilih diam. Melihat reaksi Odelina membuat anak buah tersebut tidak berani berkata-kata. Dia mengantarkan Odelina ke rumahnya dan menatap perempuan itu masuk, lelaki itu berkata,“Bu Odelina, ingat kunci pintunya. Saya pamit dulu.”“Baik, terima kasih. Hati-hati di jalan,” pesan Odelina.Dia meletakkan putranya di sofa dan berjalan keluar lagi. Setelah melihat anak buahnya Daniel sudah tidak ada, Odelina bergegas mengunci pintunya dan kembali ke sofa. Dia menggendong putranya masuk ke kamar.“Tidurnya pulas sekali. Masih belum mandi.” Odelina mencubit wajah mungil putranya tanpa memanggilnya bangun. Besok pagi saja baru memandikan Russel.“Russel.” Odelina membungkuk dan mengecup wajah mungil bocah itu.“Kamu sudah menderita karena ikut Mama. Harus ikut berangkat pagi d
Ketika orang tua mereka meninggal, usia Olivia masih sepuluh tahun. Bisa dibilang kakaknya yang membesarkannya. Perasaannya pada Odelina sungguh sangat dalam. Dia sudah menganggap kakaknya seperti ibunya sendiri.Setelah Olivia menjadi Nyonya Muda keluarga Adhitama, Odelina akan menerima bantuan adiknya dan adik iparnya jika terjadi masalah yang besar. Namun dalam kehidupannya, dia menolak pemberian adiknya.Stefan dan Olivia juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan Odelina. Siapa pun yang membujuknya, sikap perempuan itu akan tetap sama. Bahkan Yuna juga pernah membujuknya.“Pak Daniel, aku sudah tinggal cukup lama di sini dan selalu aman. Nggak pernah ada kejadian apa pun. Malam ini kami hanya bertemu lelaki mabuk saja. Lain kali aku juga nggak akan pulang semalam ini. Hari ini keadaannya khusus.”“Nggak masalah kalau aku masih belum bisa jadi sandaran adikku, tapi aku nggak boleh merepotkan dia. Vila di sana harganya sudah pasti puluhan miliar. Biasanya Stefan akan selalu me
"Pak Daniel, sudah sangat larut. Kamu juga harus istirahat.""Iya, kamu cepat istirahat juga. Sekarang aku bisa dibilang nggak bisa mengerjakan apa pun. Nggak masalah kalau tidur larut dan bangun siang."Setelah saling mengucapkan selamat malam, Daniel bersiap untuk turun dari mobil. Anak buahnya menurunkan kursi roda terlebih dahulu, kemudian menurunkan Daniel secara perlahan. Setelah lelaki itu duduk di kursi rodanya, anak buah tersebut mendorongnya masuk ke rumah.Sekarang seluruh orang di keluarga Lumanto sudah terlelap. Namun ketika Daniel baru masuk, lampu langsung menyala dan seluruh rumah menjadi terang benderang. Yanti yang menyalakan lampu tersebut."Ibu," sapa anak buahnya dengan sopan."Ma, sudah malam sekali kenapa masih belum tidur?"Yanti berjalan mendekat dan memberi kode pada anak buah tadi untuk pulang. Dia mendorong putranya ke arah dalam."Mama nggak tenang kalau kamu belum pulang. Nggak bisa tidur jadinya memperhatikan suara dari arah luar. Begitu dengar suara gerb
Sekarang Odelina sudah menjadi seorang bos. Pakaiannya juga sudah berubah dna sedikit berkelas. Perempuan itu memang sudah cantik. Karena dulu dia gemuk, sehingga kecantikannya menjadi tertutupi. Setelah berhasil diet, kecantikannya kembali lagi. Seluruh aura di dirinya langsung keluar. Ke mana pun dia pergi, akan ada banyak orang yang memperhatikannya. Siapa yang bisa menjamin jika tidak ada orang yang tertarik? "Aku menyarankan dia untuk menerima pemberian Stefan dan pindah ke Harfa Residence. Aku juga ada rumah di sana, kalau dia mau pindah maka aku juga akan pindah. Lain kali nggak sulit untuk saling menjaga. Aku juga bisa menemaninya atau meminta anak buah untuk mengikutinya.""Odelina juga memiliki sifat yang keras." Mengingat kembali ketika dia mencari Odelina dan ingin membujuknya meninggalkan Mambera, perempuan itu membalasnya hingga membuatnya tidak bisa berkata apa pun.Dia menggunakan kemampuannya sendiri untuk membuktikan dirinya sendiri."Dia memang keras kepala." Danie
Setiap membahas Russel, ekspresi Daniel akan berubah lembut. Dia berkata pada ibunya, "Hari ini Russel tidur di pelukanku. Ketika aku melihatnya tidur dengan begitu lelap di pelukanku, hatiku langsung meleleh.""Anak itu semakin lucu dan aku semakin menyukainya. Aku nggak berani berharap dia memanggilku Papa. Mendengar dia memanggilku dengan panggilan 'Om' saja sudah membuat hatiku berbunga-bunga."Roni masih ada. Meski hubungan Russel dengan ayahnya tidak dekat, bocah itu tahu jika Roni adalah ayahnya.Dulu ketika Daniel tengah membujuk Russel dan ingin menjadi ayah tirinya, bocah itu berkata bahwa dia sudah memiliki ayah dan tidak perlu mencari ayah yang lainnya lagi. Bahkan Russel bilang dia tidak boleh tamak. Sudah cukup dengan memiliki seorang ayah, tidak perlu dua.Ucapan bocah itu membuat Daniel mengerti bahwa Russel tidak akan memanggilnya dengan sebutan "Papa".Oleh karena itu dia juga tidak akan memaksakan diri. Jika dia sudah bisa menikahi Odelina, maka sudah lebih dari cuku
“Daniel sudah pulang?”“Iya, sudah pulang. Sekarang lagi istirahat di kamar.”Yanti mendekat dan bertanya, “Kenapa kamu juga bangun?”Darius menutup majalahnya dan berkata, “Kamu khawatir dengan putramu, aku juga khawatir. Daniel belum pulang jadi aku nggak bisa tidur dengan tenang. Harus dengar suara mobilnya yang familiar itu dan pastikan dia sudah pulang baru bisa tidur.”“Iya, ‘kan? Dia nggak pulang, kita nggak ada yang bisa tidur.”“Dia ada bilang kenapa dia pulang larut? Apa yang kalian bicarakan lagi?”Yanti duduk kembali di kasurnya sambil berkata, "Dia lagi menunggu Odelina yang pulang kerja. Setelah itu dia mengantarkannya pulang sebelum kembali ke rumah.""Hari ini Odelina luar biasa sibuk. Selanjutnya dia nggak akan pulang selarut ini lagi. Kondisi Daniel juga sangat baik, jangan khawatir. Sudah malam sekali, cepat tidur. Kami juga nggak ada membicarakan apa-apa, hanya membicarakan masa depannya dan Odelina saja."Darius menunggu istrinya berbaring kemudian mematikan lampu
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu