“Olivia!” Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar. “Tidak mungkin secepat ini, kan!” seru orang-orang kaget. Seseorang buru-buru melihat ke luar jendela dan melihat konvoi mobil Stefan baru saja memasuki area rumah. Konvoi mobil itu sangatlah panjang. Walaupun halaman rumah Olivia dan Odelina sudah cukup luas, tetap saja tidak mampu untuk menampung ratusan mobil mewah yang dibawa oleh Stefan. Oleh karena itu, separuh mobil konvoi pernikahan terpaksa diparkir di luar area rumah. Jika dilihat dari atas, halaman rumah keluarga Hermanus tampak seperti pameran mobil mewah. Ada berbagai mobil mewah yang terparkir di sekitar area rumah mereka. Salah satunya adalah mobil mewah yang biasa Stefan gunakan sehari-hari. Mobil itu sekarang sudah didekorasi dengan indah dan terdapat tulisan “Hari Ini Kita Menikah” di bagian depan mobil. Stefan mengenakan jas hitam dengan tubuhnya yang tinggi dan wajah yang tampan. Stefan dahulu selalu memasang wajah serius dengan dikelilingi oleh b
Amelia membiarkan Russel untuk memimpin mereka hari ini, jadi dia pun berkata kepada Russel, “Om Stefan akan segera datang, jadi kamu tunggulah dia di luar dan jangan biarkan Om Stefan bisa menjemput Tante Olivia dengan mudahnya.”Russel terlihat bingung dengan perkataan Amelia. Dia tidak mengerti kenapa dia harus mencegah pamannya untuk menjemput Olivia. Dia mengangkat wajah kecilnya yang tampan lalu bertanya, “Om Stefan datang ke sini kan untuk menjemput Tante Olivia. Lalu kenapa aku nggak boleh membiarkannya menjemput tanteku? Aku kan juga masih harus mengikuti mereka ke pesta pernikahan.”Bukankah dia tidak bisa ikut dengan mereka ke pesta pernikahan kalau dia mencegah Stefan menjemput Olivia? Semua ini terasa sangat membingungkan bagi Russel. “Maksud Tante bukannya kamu nggak boleh membiarkan Om Stefan menjemput tantemu, tapi jangan sampai Om Stefan bisa menjemput dan membawa tantemu dengan mudahnya. Kita harus mempersulit Om Stefan agar dia tahu kalau betapa sulitnya dia untuk
“Berapa banyak yang kalian inginkan?” Russel sangat kooperatif karena dia sangat suka mengumpulkan amplop merah. Semakin banyak amplop merah yang dia kumpulkan, maka suasana akan semakin meriah. “Terima saja amplop itu sesuai keinginanmu.”“Aku nggak akan memenuhi tanganku ini dengan amplop merah sampai aku puas.”Amalia langsung tersenyum lalu berkata, “Russel, terserah kamu. Kamu terus saja cegah Om Stefan masuk. Kamu bisa memanggil Tante kalau kamu butuh bantuan.”Amelia langsung menutup pintu setelah melontarkan kata-katanya kepada Russel. Russel pun kembali menatap Stefan dengan tatapan tajam. “Om Stefan, aku akan menerima amplop sebanyak mungkin sampai aku puas. Setelah itu, baru aku akan mengizinkan Om untuk masuk dan menjemput Tante Olivia,” ujar Russel. Stefan berjalan ke depan lalu memberikan dua amplop lagi kepada Russel. Russel dengan cepat mengambilnya dengan penuh semangat. “Russel, Om Stefan harus segera menjemput Tante Olivia. Lagi pula, Russel kan juga menjadi pem
Stefan langsung melihat sosok Olivia yang sedang duduk di atas tempat tidur ketika dia melangkah masuk ke dalam kamar. Stefan sadar kalau istrinya adalah perempuan yang sangat cantik dan jarang berdandan. Namun, hari ini dia benar-benar terpana ketika melihat istrinya mengenakan gaun yang sangat cantik dengan riasan dan perhiasan yang menempel di tubuh Olivia. Perempuan ini benar-benar sangat cantik.“Pengantin prianya tercengang,” ujar orang-orang sambil tersenyum. “Stefan, kamu masih harus menemukan sepatu pernikahan Olivia sebelum kamu bisa membawanya,” ujar Amelia.Stefan berjalan mendekat lalu memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang. Kemudian dia melepaskan pelukannya dan menyentuh perhiasan yang dikenakan Olivia. “Apa perhiasan ini berat?” tanya Stefan cemas. Olivia tersenyum sambil mengangguk lalu berkata, “Tapi, aku masih bisa memakainya.”Sebenarnya, Stefan memberikan lebih banyak lagi perhiasan. Namun, Olivia merasa semua itu terlalu berlebihan. Jadi, dia meninggalkanny
Hari ini, pintu Vila Permai terbuka lebar. Para tamu berkumpul dan bergembira di sana. Keluarga Adhitama jarang sekali mengadakan pesta di Vila Permai. Kalaupun mereka mengadakan pesta, mereka akan mengadakannya di Mambera Hotel. Namun, Nenek Sarah sudah mengatakan kalau mereka akan mengadakan pesta pernikahan Stefan dan Olivia di Vila Permai. Sementara, Mambera Hotel juga ditutup untuk umum. Karena para pegawai Adhitama Group akan datang ke sana dan menikmati berbagai macam hidangan guna merayakan pernikahan Stefan yang merupakan pewaris keluarga Adhitama. Para karyawan Adhitama Group akan menikmati makanan lezat di sana sepanjang hari. Selain itu, mereka juga mendapat amplop merah dari CEO mereka. Stefan benar-benar murah hati dalam merayakan pesta pernikahannya. Pernikahannya akan menjadi hal yang sangat membahagiakan bagi seluruh Adhitama Group. Chintya datang ke acara pernikahan Stefan dan Olivia, tapi dia tidak mengenal siapa pun tamu yang ada di sana, kecuali Bram. Bram memer
“Pak Riko Arahan?”Chintya mengetahui tentang Riko Arahan setelah Bram memperkenalkan mereka berdua. Chintya juga tahu kalau Riko Arahan adalah kekasih Ricky Adhitama. Ternyata Ricky Adhitama adalah seorang gay. Namun, anehnya anggota keluarga Adhitama yang lain sama sekali tidak menghentikan Ricky untuk bersama dengan Riko Arahan. Mereka juga terlihat tidak berniat memisahkan pasangan gay itu. Chintya mengakui kalau Riko Arahan memang sangat tampan. Namun, entah mengapa Ricky bisa menjadi seorang gay. Apa mungkin Ricky Adhitama tertarik dengan aura dingin yang dipancarkan seorang Riko? Chintya menatap Riko Arahan yang sebenarnya adalah Rika Arahan dari atas kepala sampai kaki. Dia sedang menduga-duga alasan sebenarnya mengapa Ricky Adhitama bisa sampai jatuh cinta dengan laki-laki ini. “Bu Chintya,” sapa Rika. Rika Arahan lebih tua dari Chintya dan dia juga lebih berpengalaman dalam dunia bisnis. Dia memiliki integritas dan mata yang tajam dalam menilai orang lain. Jadi, wajar saj
Rika langsung mengatupkan bibirnya lalu berkata, “Tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi tahun depan. Sering kali, kenyataan tidak sesuai dengan rencana.”Chintya tersenyum lalu berkata, “Benar, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Perubahan tidak terduga sering kali terjadi dalam rencana yang sudah disiapkan. Akhirnya, kita terpaksa harus mengubah rencana itu.”“Pak Riko, Apa Bapak tidak keberatan untuk berjalan-jalan bersama saya?” ajak Chintya.Rika menolak ajakan Chintya setelah memikirkan ajakan itu baik-baik dengan berkata, “Di mata orang-orang saat ini, saya adalah kekasih dari Ricky Adhitama, sedangkan Bu Chintya adalah tamu yang diundang untuk datang ke acara ini bersama Pak Bram. Jadi, sepertinya kebersamaan kita mungkin akan mempengaruhi citra Bu Chintya ke depannya.”Chintya cukup terkejut dengan jawaban Riko lalu dia pun berkata, “Saya tidak akan memaksa Pak Riko. Tapi, saya cukup terkejut dengan jawaban Bapak.”“Apa kamu merasa saya sudah mengakui
Rika mendelik dan berkata dengan nada penuh peringatan, “Kamu jangan mencoba mendekatinya. Itu miliknya Bram. Chintya adalah anak dari pemilik Sanggar Bela Diri Keluarga Baruna. Sejak kecil sudah berlatih bela diri dan memiliki kemampuan yang bagus. Sekarang dia menjadi pelatih di sana.”“Dia perempuan yang menyenangkan dan polos. Nggak ada niat jahat sedikit pun. Aku sudah lama nggak pernah ketemu orang yang begitu polos.”Selain anak kecil, dia melihat semua orang di sekitarnya adalah orang-orang yang penuh dengan kelicikan. Bahkan ada beberapa anak kecil yang juga ada niat tersembunyi. Mungkin karena orang-orang di sekitarnya rata-rata mengenakan topeng.Ketika Bram membawa Chintya datang, Ronald tidak di tempat dan tidak tahu jika perempuan itu adalah milik Bram. Setelah mendengar ucapan kakaknya, pemuda itu berkata dengan kecewa,“Ternyata sudah punya Bram. Aku benar-benar nggak berani mengusiknya. Aku merasa dia sangat menarik. Bukankah Bram ada penyakit? Dia nggak bisa dekat de
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu