Mag-log inEmpat puluh miliar?! Kali ini gantian Ivan dan dua adiknya yang saling menatap mata satu sama lain. Mereka tidak mengira Felix punya nafsu yang sebesar itu. Mereka bisa saja membayar Felix dan Frederic sebesar empat puluh miliar, tetapi mereka tidak rela mengeluarkan uang sebanyak itu. Bagaimanapun juga bagi mereka sekarang, empat puluh miliar bukanlah angka yang kecil. Jika Ivan harus menanggung semua biaya itu sendirian, dia juga pasti akan pusing. Aset yang Ivan miliki saat ini memang lebih banyak dibandingkan rakyat jelata, tetapi aset dia rata-rata adalah aset tetap. Tabungan yang bisa dia cairkan paling hanya beberapa puluh miliar saja. Karena itulah dia merasa keberatan. Setelah bertukar pandang beberapa saat, Ivan berkata, “Empat puluh miliar terlalu banyak. Kami nggak bisa kasih. Di mata kalian mungkin kami kelihatan seperti orang kaya, tapi sebenarnya itu nggak benar. Kami nggak sekaya yang kalian bayangkan. Kalian juga pasti sudah tahu seperti apa peraturan di keluarga Ga
“Kalau skenario kecelakaan nggak bisa, masih ada skenario kedua. Langsung saja tabrak mobil pengawalnya dan bikin Felicia keluar dari mobil. Nanti kami yang langsung culik dia. Sisanya biar kami yang urus,” kata Ivan. Ivan sudah menyiapkan dua skenario. Apabila skenario pertama gagal, hajar aja mobil pengawalnya. Tanpa perlindungan dari pengawalnya, dan Vandi juga sedang tidak ada, Felicia yang tidak bisa bela diri akan dengan mudah ditaklukkan. Ivan akan menculik Felicia, menyiksanya, dan memotong-motong tubuhnya. Kemudian jasadnya akan dibuang ke laut agar tidak ada yang bisa menemukan. Begitu Felicia mati, maka semua harta warisan dari Patricia otomatis akan jatuh ke tangan mereka. Meskipun mereka tidak akan bisa mengambil alih Gatara Group atau menyingkiran Odelina, dengan kematian Felicia saja sudah cukup bagi mereka. Odelina baru saja menjabat dan belum memiliki pengalaman apa-apa. Belum tentu Odelina bisa mempertahankan posisinya dengan stabil. Setelah melalui perundingan panj
“Dia pasti bakal mendapatkan balasan,” kata Ivan. “Aku mau lihat gimana nasib dia nanti. Cepat atau lambat dia pasti bakal dibunuh juga sama mereka yang dari Mambera. Dia pikir dengan membunuh mamanya sendiri, dia diterima sama mereka? Mereka benci sama kami, dan Felicia mau gimanapun juga tetap adik kandung kamu. Nggak mungkin dia diperlakukan beda.” “Benar.” Selama perjalanan mereka tidak henti-hentinya mencaci Felicia. Begitu tiba di rumah Ivan, kedua kakak Fani turun dari melihat sekeliling mereka. Mereka berdua merasa rumah Ivan ini sungguh mewah. Ivan mengaku ini hanya rumah kecilnya saja, tetapi bagi mereka, ini sudah sangat megah. Jauh lebih bagus daripada rumah mereka di kampung. Ivan membawa mereka berdua masuk ke dalam. Kakak Fani yang paling tua berbisik kepada adiknya, “Frederick, mereka sekarang lagi berebut warisan sama Felicia. Pasti ada sesuatu, makanya kita dipanggil. Nanti apa pun yang mereka minta dari kita, bakal kutolak. Kamu juga jangan mau terima. Kalau merek
“Walaupun Felicia adik kandung kami, dia nggak pernah menganggap kami sebagai kakaknya. Adik yang kami akui cuma Fani. Serius, aku berharap waktu bisa diulang lagi. Jangan sampai Felicia pulang ke keluarga Gatara. Sejak dia pulang, keluargaku malah jadi berantakan. Sekarang mamaku sudah nggak ada, dan papaku juga cacat. Semua ini gara-gara Felicia,” ucap Ivan. “Felicia itu pengkhianat. Bisa-bisanya dia bersekongkol sama mereka yang dari Mambera. Bahkan sekarang dia masih berhubungan baik sama mereka dan mau menyerahkan keluarga Gatara ke mereka. Seharusnya itu jadi milik Fani.” Kedua kakak kandung Fani masih tak bersuara. Sejak awal mereka sudah tahu kalau Felicia bukan adik kandung mereka. Adik kandung mereka adalah Fani, karena itu mereka selalu menindas Felicia. Setelah Felicia dewasa, dia mulai belajar bagaimana melawan mereka. Namun tetap saja Felicia tidak bisa menang melawan dua orang sekaligus. Tetap saja Felicia yang kalah dan berakhir dirundung. Felicia sangat membenci mere
Kedua pria itu adalah kakak kandungnya Fani. “Baguslah. Nggak ada gunanya juga sakit hati terus. Aku harus membalas dendam untuk Fani supaya dia mendapat keadilan.” Kedua kakak Fani tidak berkomentar. Mereka tidak bisa apa-apa. Dulu ketika ayah mereka masih bekerja sebagai kepala pelayan di kediaman keluarga Gatara, dia mendapatkan gaji yang tinggi dan berbagai macam tunjangan. Keluarganya hidup dengan layak di kampung halaman. Merasa sudah banyak uang, kedua kakak Fani jadi tidak serius belajar. Mereka hanya menghabiskan waktu bermain dan mabuk-mabukan. Setelah menikah dan membina rumah tangga, mereka berdua jadi sedikit lebih baik. Namun pada saat itu ayah mereka sudah di berada di penjara. Felicia yang dulu mereka tindas sudah kembali ke keluarga Gatara. Fani tidak ingin pulang dan hanya mengirimkan uang untuk keluarganya. Kedua kakak Fani membangun rumah di kampung mereka dengan uang yang Fani berikan, serta sebagian dari tabungan ibu mereka. Namun setelah itu, kondisi keuangan
Siang harinya, Daniel sengaja datang lebih awal menunggu Odelina selesai bekerja untuk makan bersama. Felicia merasa iri melihat Odelina dan Daniel pergi berdua saja sementara dia hanya sendirian di depan pintu masuk gedung kantornya. Felicia sangat merindukan Vandi meski Vandi selalu mengikutinya dalam kegelapan. Felicia hanya belum terbiasa tidak melihat wajah Vandi dari pagi hingga malam. Namun Felicia harus bisa menahan diri dan dengan sabar menunggu, demi menjebloskan tiga kakaknya ke dalam penjara. Dalam hati Felicia berharap ketiga kakaknya cepat beraksi agar dia tidak menunggu terlalu lama. Ivan dan kedua adiknya baru saja keluar dari lift. Mereka sempat tersentak sesaat melihat adik mereka berada di depan, tetapi mereka langsung berpura-pura tidak lihat dan berjalan melewati Felicia begitu saja. Tak lama, tiga buah mobil yang masing-masing dikemudikan oleh ketiga kayak Felicia pergi meninggalkan area kantor. Felicia juga menuju ke parkiran setelah berdiri di sana selama beb






