“Aku sudah makan bubur yang nggak habis dimakan Russel.”Odelina tidak ada nafsu makan.Russel tidak menghabiskan bubur di kotak makannya, jadi dia yang memakannya. Dia tidak merasa lapar, ataupun merasa kenyang. Dia juga tidak mau makan lagi.Junia sudah sarapan, jadi Olivia makan sendiri.Dia memakan mie dengan sangat cepat, sudah menghabiskan semangkuk besar mie hanya dalam beberapa menit.Olivia membereskan piring dan pergi ke dapur. Junia ikut pergi ke dapur dan bertanya padanya dengan suara pelan, “Oliv, apa kamu melihat mata kakakmu? Kelihatannya bengkak. Apa dia sempat menangis sebelumnya?”Olivia mencuci piring dalam diam.Setelah beberapa saat, dia berkata dengan suara pelan, “Albert pergi ke acara bisnis semalam dan melihat kakak iparku membawa seorang wanita ke pesta itu. Albert baru teringat ketika sudah pulang ke rumah semalam. Dia memberi tahu aku, dan aku memberi tahu kakakku.“Ha?” seru Junia dengan pelan, “Bisa-bisanya kakak iparmu selingkuh! Dia mengusulkan untuk pat
“Oliv, mulai besok dan seterusnya, kamu hanya perlu menjemput Russel. Aku akan berlari ke tokomu. Aku ingin menurunkan berat badan!”Odelina tidak melakukan itu demi mempertahankan Roni, tapi supaya memiliki citra yang baik dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan.“Oke.”Olivia sudah lama memberi tahu kakaknya itu, bahwa harus rutin berolahraga dan jangan sampai bertambah gemuk lagi.“Olivia.” Odelina tiba-tiba memeluk adiknya dan menangis. Menangis sangat keras.Hatinya benar-benar pedih.Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Roni, akhirnya malah jadi seperti ini. Kalau dia bilang hatinya tidak sakit, itu artinya dia berbohong.Dia hanya berpura-pura kuat dan tidak ingin putranya melihatnya menangis.Olivia memeluk kakaknya dengan erat. Matanya juga merah.Sama seperti lima belas tahun yang lalu, ketika dia mengetahui bahwa kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan mobil, kakaknya pergi menjemputnya dari sekolah dan membawanya pulang. Begitu melihat diri
Odelina berkata dengan penuh terima kasih, “Oliv, Stefan adalah pria yang baik. Kamu nggak salah lihat. Setiap kamu ada masalah, dia selalu ada di sisimu. Nggak pernah pergi, bahkan mengeluarkan uang dan tenaga untuk membantumu. Kamu harus hidup bersamanya dengan baik.”Olivia berkata, “Kak, aku pasti akan begitu.”Jika dia memberi tahu kakaknya bahwa pernikahannya dengan Stefan hanya setengah tahun dan mereka hanyalah pasangan suami istri di buku nikah saja, kakaknya pasti akan sangat sedih.Dia tidak boleh memberi tahu kakaknya tentang hal ini untuk sementara.“Oliv, jangan curigai Stefan hanya karena pernikahan Kakak nggak berhasil. Meski Stefan orangnya nggak banyak bicara, dia adalah orang yang baik.”“Kakak, aku nggak akan seperti itu.”Odelina khawatir pernikahannya akan mempengaruhi mental adiknya, bahkan mempengaruhi pernikahan adiknya.Bagi Odelina, Stefan adalah pria yang sangat baik.Pria itu benar-benar memperlakukan adiknya dengan baik juga.Namun, hal itu masih harus dip
Dia tahu bahwa Odelina sudah lama mencari pekerjaan, tetapi masih belum dapat. Itu karena Odelina masih ingin mencari pekerjaan yang mirip dengan pekerjaannya dulu sebelum menikah. Itu agak sulit, makanya dia masih belum dapat sampai sekarang.Sekarang, setelah tahu Roni selingkuh, wanita itu mungkin tidak pilih-pilih pekerjaan lagi. Stefan yakin wanita itu akan segera mendapatkan pekerjaan.“Itu mudah. Kamu bisa mengatur sebuah pekerjaan untuknya.”“Olivia pernah bertanya padaku, apa perusahaanku membutuhkan direktur finance, tapi finance department nggak kekurangan orang. Selain itu, aku sedang menyembunyikan identitasku, jadi nggak mungkin membiarkan kakaknya masuk ke perusahaan kita. Jadi, aku nggak bilang waktu itu, jadinya kakaknya harus pergi mencari kerja sendiri.”Stefan tidak merasa bersalah karena tidak membantu untuk mengaturkan pekerjaan untuk Odelina.Dia adalah pemimpin yang melihat bakat dan prinsip.Odelina telah meninggalkan dunia kerja selama lebih dari tiga tahun. D
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Reiki pada Stefan.Stefan tersadar dari lamunannya dan berkata dengan datar, “Yang jelas nggak memikirkanmu.”Reiki tertawa, “Jika kamu memikirkanku, aku harus berhenti dari pekerjaanku ini. Aku masih ingin menikah dan punya anak.”Stefan memelototi pria itu“Aku akan kembali bekerja. Beberapa hari ini kamu kerjanya cepat banget. Aku jadi ikut kelelahan karenamu.”Setelah meminum segelas air, Reiki bangkit, “Akhirnya, hari kembali cerah.”Stefan hanya salah paham, mengira ada sesuatu di antara Olivia dan Albert dan cemburu tanpa sebab. Itu saja sudah membuat mereka menderita seperti ini. Suatu hari nanti kalau mereka ada konflik yang lebih serius, mereka mungkin akan sengsara.Menyadari hal tersebut, Reiki hanya bisa berdoa dalam hati agar kedua orang itu selalu saling mencintai.Oh, saling mencintai sih belum, tapi cepat atau lambat akan begitu.Stefan sudah menyukai Olivia, tapi masih keras kepala dan menolak untuk mengakuinya. Di saat perasaannya sema
Beberapa mobil datang dan berhenti di depan toko buku Olivia.Dua orang yang baru saja memasuki toko memandangi mobil-mobil itu. Mata Olivia juga tajam, menyadari bahwa mobil-mobil itu milik sepupunya. Raut mukanya seketika berubah masam. Orang-orang ini tidak ada habisnya!Sepupu-sepupu Olivia, dipimpin oleh Yoga, masuk ke dalam toko.Pria itu membawa dua keranjang buah di tangannya.“Olivia.”Yoga meletakkan keranjang buah di tangannya di atas meja kasir sambil tersenyum, lalu berkata kepada Olivia, “Aku membeli sedikit buah segar untukmu dan kakakmu.”Melihat Russel, dia bertanya, “Ini anak kakakmu, ‘kan? Dia agak mirip dengan kakakmu.”Setelah mengatakan itu, dia ingin menyentuh kepala Russel, tetapi Russel menghindarinya dan tidak membiarkan pria itu menyentuhnya.Yoga tersenyum, “Hei, jangan takut. Aku ini pamanmu.”Yang lain juga meletakkan keranjang buah di tangan mereka di meja kasir. Ketika meja kasir sudah tidak muat lagi, mereka meletakkannya di lantai.Olivia bertanya deng
Setelah terdiam sejenak, Bobby bertanya pada Olivia, “Lalu, kamu maunya kami bagaimana?”“Olivia.” Sebagai sepupu tertua, Yoga berkata dengan nada menegur pada Olivia, “Nggak peduli seberapa banyak konflik antara kita di masa lalu, kita semua masih satu keluarga. Papamu sudah nggak ada, tapi itu nggak bisa menghapus fakta bahwa dia adalah paman kandungku.”“Iya, kami memang salah sebelumnya, dan kami tahu kami salah. Kamu orangnya pemaaf. Maafkanlah kami. Kami janji nggak akan bersikap seperti itu lagi padamu dan kakakmu.”Dengan bantuan Internet, mau melakukan sesuatu di zaman sekarang itu sangat mudah.Namun, keadaannya juga gampang berubah.Hari ini, dia bisa menggunakan internet untuk mengekspos adik-adik sepupunya. Namun, besoknya bisa jadi giliran mereka yang ikut.Kalau tidak pernah merasakannya, pasti tidak tahu rasanya. Tidak akan tahu rasanya di-bully di internet, dimaki-maki netizen dan disalah-salahkan oleh semua orang.Sejak Olivia memposting untuk membantah, mereka sekelu
“Kalau kita terus bermusuhan, apa kamu pikir kamu akan mendapat keuntungan dari situasi ini? Jangan sampai tokomu ini kami buat jadi nggak bisa jualan lagi. Toko online-mu juga. Aku bisa menyuruh orang untuk menulis komentar buruk di sana, sampai toko online-mu juga tutup.“Olivia, siapa yang berani menyuruhmu untuk tidak membuka toko lagi? Siapa yang berani memberi komentar buruk di toko online-mu?”Amelia datang mencari Olivia. Begitu turun dari mobil, belum lagi masuk ke toko, dia sudah mendengar suara angkuh Bobby yang mengancam. Amelia dari sananya sedang tidak mood, jadi dia seketika langsung kesal.Apa orang-orang ini tidak tahu kalau Olivia itu penasihat cintanya?Dia tidak akan memaafkan orang yang berani mengancam penasihat cintanya. Dia bisa membuat orang-orang sombong dan tidak tahu malu ini untuk berubah dalam waktu singkat.Amelia masuk dengan dagu terangkat, sambil membawa beberapa kotak makanan ringan yang telah dibungkusnya dari Avana Coffeehouse dan kunci mobilnya.Ya
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu