Mag-log in“Aku sudah terbiasa Vandi selalu ada di sisiku. Giliran sekarang dia lagi bersembunyi, aku malah jadi nggak terbiasa,” kata Felicia mendecakkan lidahnya, “Bahkan mau cium dia juga cuma bisa di mimpi.” “....” Melihat reaksi Odelna yang diam tanpa kata seperti itu, Felicia tersenyum dan berkata, “Kenapa? Kamu merasa aku jadi kayak orang yang berbeda?” “Iya. aku nggak pernah lihat Felicia yang seperti ini sebelumnya.” “Vandi terlalu serius orangnya. Dia kelewat sopan sama aku. Kalau aku nggak berinisiatif duluan, mungkin tidur pun dia nggak berani menghadap ke aku andaikan sudah menikah nanti. Odelina jadi terpikir akan Vandi yang wajahnya selalu terlihat serius. Dia juga hanya bertingkah seperti orang normal di depan Felicia. Namun rasa hormat dia terhadap Felicia tidak diragukan lagi. Tak pernah satu kali pun Vandi berani menyinggung perasaan Felicia. “Sekarang kamu masih bos dia, jadi wajar kalau dia begitu,” kata Odelina. “Kalau sudah jadi suami istri, dia nggak bakal begitu lagi
Felicia yang bergerak pertama memecah keheningan yang canggung itu. Dia berjalan keluar dari lift, tetapi Ivan menutupi jalannya sehingga Felicia terhalang. Felicia sedang tidak ingin ribut dengan kakaknya. Dia berjalan mengitari mereka dan langsung menuju ke kantor CEO di mana Odelina berada. Ivan dan dua adiknya hanya melihat Felicia pergi menjauhi mereka. “Kak Ivan, ayo turun,” kata Julio seraya dia memasuki lift duluan. Ivan pun mengalihkan pandangannya kembali ke depan dan masuk ke dalam lift bersama dengan Erwin. “Aku dengar Vandi lagi disuruh Felicia pergi ke luar kota, mungkin baru pulang sekitar setengah bulan lagi,” kata Erwin dengan suara lirih. “Dari beberapa hari lalu aku lihat Felicia cuma ditemani sama pengawalnya, tapi aku nggak lihat Vandi. Setelah aku cari tahu, katanya Vandi baru pergi beberapa hari yang lalu dengan pesawat. Gimana, Kak Iva?” “Kita lagi di kantor. Jangan bahas soal itu dulu,” jawab Ivan pelan. “Nanti saja kita bahas di rumah.” Kedua adiknya lan
“Sekarang yang memimpin sudah bukan mama kalian lagi, tapi aku. Kalau kalian nggak bisa, jangan jadi wakil CEO. Gaji buta namanya.” Odelina tidak akan menoleransi mereka yang selalu bermalas-malasan. Ivan dan kedua adiknya juga rugi banyak ketika mereka melakukan investasi atau melakukan bisnis mereka sendiri. Hanya dengan membeli properti dan menyewakannya kepada orang lain yang bisa menjadi pendapatan stabil untuk mereka. Karena alasan itu juga Cakra menasihati ketiga putranya untuk membeli banyak properti yang disewakan. Cukup hidup dari uang sewa saja, setidaknya itu lebih aman daripada harus berbisnis atau melakukan investasi yang penuh risiko. Andaikan tidak bisa disewakan, dijual kembali juga masih untung. Andaikan mereka bertiga menjalankan bisnis sendiri, jangankan rugi, biasanya mereka malah berakhir dengan utang banyak. Saat Patricia masih hidup, entah sudah berapa kali dia menggunakan dana pribadinya untuk melunasi utang ketiga putranya. Memang ada momen di mana mereka un
Mereka mengajukan cuti sakit, tetapi begitu mendapatkan kabar bahwa Vandi sedang tidak ada, “penyakit” mereka langsung menghilang dan mereka kembali bekerja. Sifat mereka tidak berubah sedikit pun. Mereka masih suka pamer kekuasaan dan bersikap arogan seperti biasanya. Karyawan lain mengerjakan tugas yang diberikan oleh Odelina tepat waktu. Hanya mereka bertiga saja yang suka terlambat sampai harus didesak. Hasil pekerjaan mereka pun tidak pernah memuaskan. “Lihat laporan yang kalian serahkan. Berantakan begini. Kalian sudah duduk di bangku wakil CEO dan terima gaji tinggi, tapi cuma begini saja hasil pekerjaan kalian? Apa kalian pikir kalian layak digaji setinggi itu dengan performa kalian yang ampas begini?” Odelina sedang berada di ruang kantornya duduk di belakang meja kerjanya yang berbentuk seperti bulan sabit. Ivan dan kedua adiknya dipanggil menghadap Odelina dan berdiri di sisi luar meja. Odelina melempar hasil pekerjaan mereka ke atas meja sambil marah-marah dan memaki. I
Vandi berhenti, dan Felicia juga menghentikan langkahnya. “Ada apa?” tanya Felicia seraya menatapnya. “Apa kamu keberatan sama rencanaku?” “Aku pasti akan melakukan apa yang kamu minta. Tapi … Felicia, apa bisa diundur dua hari lagi? Aku khawatir ….” “Vandi,” sahut Felicia dengan ekspresi wajah serius, “Percayalah padaku! Kamu juga harus percaya sama diri sendiri. Kamu bisa melindungi diri sendiri dan melindungi aku. Aku paling cuma terluka sedikit saja, nggak sampai yang membahayakan nyawa.” Odelina dan Daniel yang berjalan di depan tidak menyadari Felicia dan Vandi berhenti berjalan. Jarak antara mereka pun perlahan menjauh. Selagi Odelina belum sadar, Felicia langsung memalingkan wajah Vandi, berjinjit, dan memberikan ciuman hangat di pipinya. Vandi pun spontan memeluk Felicia. Dia yang tadinya dicium, jadi mencium dengan lebih agresif. Perasaan mereka berjalan dua arah dengan harmonis. Namun Vandi tidak pernah mengambil inisiatif dalam berbuat intim. Biasanya selalu Felicia ya
Tidak banyak anak muda di keluarga Gatara yang bisa bergabung dengan kantor pusat Gatara Group. Kebanyakan dari mereka hanya bekerja di anak perusahaan dan diperlakukan tidak jauh berbeda dengan karyawan biasa. Gaji yang mereka dapatkan setelah satu bulan membanting tulang paling hanya sekitar sembilan sampai sepuluh juta saja. Mereka tidak diberi gaji yang lebih tinggi hanya karena mereka bagian dari keluarga Gatara. Tanpa keterampilan dan kegigihan yang memadai, mereka bahkan akan diterima pula di anak perusahaan. Saat Patricia masih hidup, dia pernah berkata, perusahaan milik keluarga Gatara tidak menerima orang yang malas. Jangan harap mereka bisa mendapat gaji yang tinggi hanya dengan bersantai-santai. Keuntungan terbesar menjadi anggota keluarga Gatara adalah mereka akan mendapatkan THR dan bonus liburan ketika hari raya. Semua tunjangan itu diberikan tanpa pandang bulu. Tua muda semuanya dapat dalam porsi yang sama. Baik itu bayi yang baru lahir atau kakek-kakek berusia 80 tahu







