Mobil yang biasanya Olivia naiki sudah menunggu di depan rumah. Si pengawal membukakan pintu untuk Russel dan membantunya naik, serta memasangkan sabuk pengaman untuknya. Setelah Olivia juga masuk, dia mengganti sepatu hak tingginya dengan sepatu datar biasa.“Russel, sudah pakai sabuk pengaman?”“Om yang tadi sudah masangin aku sabuk pengaman. Ayo, Tante, kita berangkat.”Sekitar dua puluh menit kemudian, dua mobil, satu yang dinaiki oleh Olivia dan Russel, satu lagi yang dikemudikan oleh pengawal yang lain, tiba juga di parkiran mobil yang terletak di area depan sekolah. Russel melepas sabuk pengamannya sendiri dan mengambil tasnya. Olivia membukakan pintu untuk Russel, dan ketika Russel turun, dia berpesan kepada Olivia, “Tante, nanti siang waktu Om Daniel jemput aku, jangan lupa ingatkan Om Daniel untuk bawa koperku, ya.”“Kamu nggak mau pulang ke rumah dulu untuk beres-beres?” tanya Olivia. “Gimana kalau kamu pulang makan dulu, baru berangkat?”Russel berpikir untuk sejenak, “Om D
Namun, Olivia tidak pernah melihat Lisa dan Giselle muncul di saat yang bersamaan, jadi Olivia masih tidak sepenuhnya yakn. Kecuali, jika dia melihat mereka berdua muncul secara bersamaan, barulah Olivia bisa meyakinkan dirinya kalau Lisa bukanlah Giselle yang sedang menyamar.Giselle tidak menunggu Olivia di tempat semula. Kalau sampai mereka berdua berpapasan lagi di tempat yang sama, maka kelihatan sekali kalau Giselle memang sengaja ingin bertemu dengan Olivia dan itu malah membuatnya curiga. Lota sudah bilang kepada Giselle kalau Olivia sedang menyelidikinya. Namun tentu saja Olivia tidak berhasil menemukan sesuatu yang berguna. Giselle ingat pernah satu kali dia bertemu dengan Rosalina, kakaknya yang paling dia benci. Suara Rosalin sudah tak asing lagi di telinganya, dan seharusnya Rosalina yang memberi tahu Olivia, makanya Olivia mulai menyelidikinya. Namun untungnya Lota cukup pintar, dia bisa membuat Olivia tidak menemukan apa-apa tentang mereka. Yang bisa Olivia temukan palin
“Iya,” sahut Olivia.Setelah Russel dibawa oleh gurunya masuk ke sekolah, Olivia langsung kembali ke parkiran. Dia kebetulan bertemu dengan Lisa yang baru saja mau naik ke mobilnya. Ketika Lisa menatap ke jendela dan melihat Olivia, dia melambaikan tangannya. Sebagai bentuk sopan santun, Olivia tentu saja membalasnya.Setelah mobil yang membawa Lisa pergi meninggalkan area sekolah, Olivia langsung meraih ponselnya dan memberikan pesan suara kepada Rosalina yang berisikan, “Rosalina, aku ketemu sama si Lisa itu lagi. Giselle nggak datang cari ribut sama kamu, ‘kan?”Kala itu Rosalina masih di rumah. Dia akan mengadakan pertemuan dengan video pagi itu karena ada beberapa pekerjaan kantor yang harus dikerjakan sehingga tidak pergi ke toko bunganya.Malam hari itu Rosalina pulang ke Vila Permai bersama dengan Calvin. Tak terasa waktu sudah akhir pekan. Akhir pekan mereka tidak ke kantor. Jika ada keperluan mendadak, ada Doni yang mengurus. Dengan begitu Rosalina bisa kembali ke toko bungan
“Haish, sudah bosan aku dengar kisah cintamu sama Stefan,” kata Rosalina.“Tapi Calvin juga sayang banget sama kamu,” balas Olivia.Percakapan mereka selesai di sana. Olivia tidak lagi mengganggu Rosalina yang sedang sibuk. Seketika Olivia baru akan naik ke mobilnya, dia mendengar seseorang menyerukan namanya. Spontan Olivia menoleh dan melihat Roni.“Olivia!” seru Roni sembari menghampiri. Melihat Olivia hanya seorang diri, dia bertanya, “Kamu sudah ngantar Russel?”“Iya, kamu mau ketemu dia?”“Aku kebetulan lagi lewat daerah sini, jadi sekalian mau nengokin Russel. Aku kira kalian masih belum sampai. Ternyata kalian pagi juga, ya.”“Russel baik-baik saja,” kata Olivia dengan datar.“Iya, aku tahu. Aku dan Odelina merasa tenang memercayakan Russel ke kamu. Kata Russel kakakmu lagi pergi karena ada urusan kerjaan dan masih lama pulangnya?”“Kenapa?”“Nggak apa-apa, cuma nanya saja. Kakakmu benar-benar lama banget baru pulang ke sini?”“Kurang tahu juga.”“Oh.”“Kalau nggak ada lagi, ak
Mobil Olivia sudah sampai di depan gedung kantor Lumanto Group dan sedang menunggu Daniel turun. Tidak sampai dua menit berlalu, Daniel sudah menampakkan dirinya dengan mobil.“Olivia,” sapanya seraya menurunkan kaca mobil, “Kopernya Russel kasih aku saja.”“Ak uamu antar kalian ke bandara juga. Kak Daniel, barang-barangnya Russel sudah di mobilku. Sebentar lagi dia selesai sekolah. Kita ke sekolah dulu saja.”“Oke. Stefan nggak ikut?”“Aku nggak bilang ke dia. Dia juga lagi sibuk banget.”Mobil Olivia melaju duluan diikuti oleh mobil Daniel di belakang. Sesampainya di sekolah, tak disangka lagi-lagi Olivia bertemu dengan Giselle yang sedang menyamar.“Eh, datang lagi ya untuk jemput keponakan kamu?” ujarnya basa-basi. Padahal dia memang sengaja menunggu di sini. Matanya langsung berbinar melihat Olivia kali ini datang bersama dengan Daniel. Kalau saja dia masih berdiri cukup jauh, dia pasti sudah mengambil foto mereka berduaan. Stefan sangat menyayangi istrinya, tetpai apa dia tahu ka
“Tante Olivia, Om Daniel!” Russel menyapa begitu dia dibawa keluar oleh guru. Dia melepaskan tangan dari genggaman gurunya dan berlari secepat mungkin.“Russel, jangan lari-lari, awas jatuh!” seru Olivia.Hanya dalam sekejap mata, Russel sudah berlari sampai di depan Olivia. Olivia berjongkok bermaksud untuk menggendong Russel, tetapi Russel malah meronta turun.“Di perut Tante lagi ada adik. Kalau Tante peluk aku, nanti aku mala menimpa dia.”Terkadang Russel juga suka mengelus-elus perut Olivia dan menyapa adiknya yang belum lahir itu. Bahkan dia juga kadang bertanya mengapa yang lahir adalah adik laki-laki, bukan perempuan, tetapi sayang adiknya itu masih belum bisa menjawab. Olivia bilang tinggal sebulan lagi saja, adiknya itu sudah bisa membalas sapaannya.“Nggak apa-apa, Russel nggak berat. Nggak mungkin sampai menimpa adik.”Semua orang khawatir Russel tak sengaja menendang perut Olivia, maanya mereka tidak mengizinkan Olivia menggendong Russel. Russel dapat memaklumi hal itu. O
“Sudah, kok. Nggak usah takut, nggak mungkin Tante bikin kamu bolak-balik. Biar menghemat waktu, Om Daniel juga ikut untuk jemput kamu sekalian. Yuk, mama kamu sudah menunggu di Cianter.”“Om Daniel, ayo kita cepat berangkat. Jangan bikin Mama menunggu kelamaan,” kata Russel.“Oke, ayo kita berangkat sekarang kalau begitu.”Daniel meminta pengawalnya untuk mengantar mereka langsung ke bandara, di mana pesawat pribadi mereka sudah menunggu.“Russel lapar, nggak?” tanya Daniel.“Tadi aku sudah makan sedikit di sekolah.”Di jam makan siang biasanya sekolah pasti akan menyediakan makanan untuk para murid. Russel tahu dia sebentar lagi sudah mau pergi, jadi dia makan sedikit lebih banyak dari biasanya supaya tidak kelaparan sewaktu di perjalanan.“Kalau lapar, kamu bisa pesan makan di pesawat atau di mobil. Sekarang kita nggak makan dulu, makannya nanti saja kalau sudah ketemu sama mama kamu.”“Oke!”Daniel sudah menyiapkan banyak makanan dan minuman untuk perjalanan mereka agar Russel tida
Russel pernah tinggal di rumah keluarga ayahnya selama dua tahun, tetapi sekarang semuanya sudah berbeda semenjak direnovasi. Setiap kali pulang ke sana, Rita selalu mengajarkan Russel untuk bilang ke Odelina supaya dia mau baikan dengan Roni. Namun saat itu Russel masih sangat kecil dan tidak memahami apa maksudnya. Rita pun coba menjelaskan dengan lebih sederhana, yaitu supaya kedua orang tua kandung Russel mau tinggal bersama lagi. Namun Russel menolak karena dia lebih suka tinggal dengan ibunya. Russel juga bilang di sana ada Adien yang selalu saja merebut mainan Russel.Andi dan Rita berjanji akan membela Russel, tetapi Shella selalu saja bilang keluarga Russel kaya raya. Sudah punya banyak mainan, tetapi tidak pernah mau berbagi dengan Aiden. Shella juga bahkan diam-diam meminta Russel untuk mengambil uang untuk diberikan padanya. Selain itu semua, Shella sering kali mengatakan Russel itu bodoh karena membiarkan uang jajannya dipegang oleh Odelina. Alhasil lama kelamaan Russel ja
Ronny tidak ingin mengundang Iwan dan putrinya masuk. dan putrinya ke kamarnya. Dia berkata, "Pak Iwan, tunggu sebentar. Saya akan kembali ke kamar untuk mengambil ponsel, lalu kita bisa pergi ke kafe di lantai satu hotel, duduk minum kopi, dan berbincang pelan-pelan." Iwan tersenyum dan berkata, “Boleh.”Ronny berbalik dan kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel, lalu keluar. "Ayo, saya traktir kalian berdua minum kopi." Setelah menutup pintu kamar, pemuda itu berjalan di depan dan mengajak kedua orang itu untuk mengikutinya. Iwan mengikuti langkahnya dan berkata,“Mana boleh biarkan kamu yang traktir. Saya yang mengganggu Pak Ronny, seharusnya saya yang traktir.”Ronny tersenyum dan berkata, “Satu gelas kopi nggak mahal. Pak Iwan jangan rebutan dengan saya soal ini.”Lelaki paruh baya itu juga ikut tersenyum. Dia merasa saingannya yang muda ini cukup baik. Hanya saja dia masih belum tahu kemampuan memasak pemuda ini.Iwan sangat ingin bekerja sebagai koki di keluarga Pangestu.
“Pak Ronny, aku orang yang pergi wawancara bersamamu di keluarga Pangestu.”Ronny ingat dirinya pergi sendiri ketika pergi ke kediaman keluarga Pangestu. Saat tiba di sana, dia mendaftarkan identitasnya dan duduk di mobil yang sudah disiapkan oleh pelayan untuk masuk ke kediaman keluarga Pangestu.Kediaman keluarga Ouyang memiliki tanah yang sangat luas. Meskipun tidak sebesar Vila Permai, perjalanan dari gerbang utama hingga ke depan bangunan utama cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, kepala pelayan biasanya mengatur mobil untuk menjemput tamu dan mengantar mereka masuk. Dengan cepat, Ronny menyadari sesuatu. Yang datang bersamanya ke keluarga Pangestu adalah pesaingnya. Orang itu ternyata sudah menyelidiki dirinya. Sepertinya orang tersebut punya kemampuan juga. Tampaknya, dia benar-benar bertekad mendapatkan posisi koki keluarga Pangestu. Ronny bangkit dan berjalan ke pintu. Dia membukanya dan melihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan yang berdiri
“Kalau begitu, aku harap kamu berhasil dan bisa membawa Yohana secepatnya untuk menemui kami di sini.”Ronny langsung menyela seraya berkata, “Masih terlalu dini. Aku masih mau melajang saat tahun baru nanti.”“Sebentar lagi tahun baru, aku juga nggak berharap kamu melepas masa lajangmu secepat itu. Mungkin tahun baru di tahun depan kamu sudah bisa melakukannya. Lagi pula, kakakmu yang nomor Samuel dan Hansen juga masih belum bisa melepas masa lajangnya tahun ini.”Samuel benar-benar merahasiakan proses pengejaran istrinya. Bahkan Stefan juga tidak terlalu mengetahui bagaimana kelanjutan kisa Samuel dan calon istrinya. Namun, Stefan juga tidak ingin terlibat dalam urusan pribadi saudara-saudaranya. Stefan pernah berkata kalau dirinya tidak akan mencari tahu ataupun ikut campur dalam urusan pribadi saudara-saudaranya selama mereka tidak berinisiatif sendiri mendatangi Stefan dan meminta bantuannya. Lagi pula, dia juga bukan tukang gosip seperti Reiki. Dia bisa mendatangi Reiki jika ada
Kemudian dia kembali duduk di sofa lalu bersandar. Dia memikirkan, makanan apa yang harus dimasaknya besok agar dia bisa menaklukkan perut Yohanna dan mendapatkan posisi koki di rumah keluarga Pangestu. Apa dia harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya atau memasak makanan yang jarang dimasaknya? Dia menyeruput teh yang ada di tangannya. Akhirnya, dia memutuskan memasak makanan biasa dan nyaman untuk disantap. Dia akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk memasak. Ini adalah kesempatan terakhirnya. Dia sudah senang memasak selama belasan tahun. Walaupun dia masih muda, makanan biasa dan nyaman yang akan dia masak ini adalah makanan-makanan yang dianggap sangat lezat bagi orang awam. Contohnya saja, seperti camilan yang dia masak hari ini bukanlah makanan andalannya, tapi Yohanna tetap memakannya. Walaupun dia tidak tahu Yohanna memakan masakannya atau tidak, dia yakin kalau Yohanna pasti memakannya. Jika tidak, pengurus rumah tidak akan mungkin memanggilnya untuk memasak lagi besok
“Apa peduli Kakak kalau dia berasal dari kota yang jauh dari sini? Kakak kan sedang mencari koki bukannya suami.”Dira pun tersenyum lalu berkata, “Semuanya akan berjalan dengan baik selama dia bisa memasak masakan lezat dan Kakak bisa memakannya dengan baik.”Yohanna tidak terlalu peduli kepada Ronny karena dia juga belum pernah melihat laki-laki itu. Namun, dia cukup terkejut setelah mengetahui Ronny yang berasal dari Kota Mambera yang berada di Provinsi Gorda. “Aku juga berharap ada koki yang bisa nggak membuatku bosan untuk makan, jadi aku nggak perlu berganti koki terus-menerus.”Yohanna menepuk bibirnya lalu berkata, “Aku juga nggak tahu, kenapa mulutku sangat aneh begini.”“Kak, apa kamu masih mau camilan ini?” tanya Dira setelah melihat Yohanna berhenti mengunyah. “Aku sudah nggak lapar, jadi nggak mau makan lagi.”Kemudian Yohanna melihat jam dan berkata, “Aku mau rapat dulu. Kamu ikut aku rapat, ya.”“Oke.”Dira mengambil kotak makan camilan itu lalu berkata, “Aku habiskan
Dia belum mengetahu kemampuan memasak laki-laki itu karena baru mencicipi camilan ini saja. Mungkin saja, laki-laki itu memang mahir memasak, tapi kemampuannya mungkin tidak setara dengan koki-koki keluarga Pangestu selama ini. Laki-laki itu tidak akan bisa bekerja di rumah keluarga Pangestu jika kemampuannya tidak sebaik para koki-koki sebelumnya. Yohanna berkata, “Aku akan menyuruh pengurus rumah untuk memanggilnya besok sore agar aku bisa mengujinya. Aku akan makan malam di rumah besok malam agar bisa mencicipi masakannya. Jangan sampai ada yang membantunya agar dia bisa mempersiapkan masakannya sendiri.”Dia harus mempersiapkan nasi dan semua lauk pauknya dengan tangannya sendiri tanpa bantuan siapa pun.Dira tersenyum lalu berkata, “Oke, besok malam kita makan malam di rumah, ya.”Walaupun Yohannalah yang ingin berganti koki, Dira dan adik-adiknya juga sering makan di rumah Yohanna. Jadi, koki itu juga harus menyesuaikan masakannya dengan selera makan mereka. Kemudian Yohanna be
Dira memperhatikan kakaknya dan langsung merasa lega setelah melihat mulut Yohanna bergerak dan tidak memuntahkan makanannya. Dia takut Yohanna memuntahkan makanannya yang artinya koki tampan itu tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk bekerja di rumah keluarga mereka. Yohanna kembali memotong makanan ringan itu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. “Kak, enak, ya?”Yohanna langsung mengangguk. “Makanan ini mungil dan cantik. Rasanya juga lezat, sekalipun agak kering.”Dira menuangkan segelas air hangat lalu menyodorkannya kepada sepupunya seraya berkata, “Mungkin, dia bukan ahli dalam membuat makanan ringan, makanya makanan itu agak kering. Tapi, dia koki yang cukup bagus karena sudah bisa membuat Kakak memakan makanan itu.”“Aku sudah sempat mewawancarainya. Dia mengatakan kalau dia sudah masuk dapur sejak dia berusia 6 tahun. Oleh karena itu, pengalaman memasaknya sudah lebih dari 10 tahun, sekalipun usianya belum sampai 30 tahun.”“Apa dia berasal dari keluarga koki?”Yohanna t
“Aku tahu kalau Kakak makan hanya sedikit tadi siang, makanya aku bawakan sekotak makanan yang baru saja dimasak oleh koki yang melamar hari ini. Kami sudah sempat mencicipinya dan setuju kalau koki itu cukup bagus.”Yohanna berbalik lalu berjalan menghampiri Dira seraya berkata, “Aku bosan dengan makanan yang mereka masak akhir-akhir ini. Aku nggak nafsu makan siang ini, tapi aku lapar karena belum cukup makan.”Yohanna kembali ke mejanya lalu duduk di kursi dan mengambil paper bag yang Dira bawa. Kemudian dia mengeluarkan kotak makanan di dalamnya. Makanan di dalamnya adalah makanan ringan kecil yang berbentuk bunga dan buah-buahan. “Cukup rapi dan mungil. Apa ini enak? Jadi, ini dibuat oleh koki yang melamar hari ini?”“Ya, orang itu yang memasaknya. Dia adalah koki yang datang dari luar kota. Tapi, dia tampak masih sangat muda, usianya mungkin belum sampai 30 tahun. Kak, aku akan mempekerjakan orang itu kalau memang kamu nggak mau mempekerjakannya. Dia tuh tampan dan tinggi banget
Ivan sama sekali tidak memiliki kendali dalam setiap keputusan yang dibuat oleh ibunya. Akhirnya, dia pun berkata dengan terpaksa,” Baik, Ma. Kami akan menjaga Papa dengan baik. Hati Mama mungkin akan merasa kesepian karena kalian sudah tinggal terpisah. “Itu urusanku. Aku yang akan menyelesaikannya sendiri. Kalian nggak perlu khawatir. Rawat saja ayah kalian dengan baik dan tunjukkan bakti kalian,” pungkas Patricia lalu memutus sambungan telepon. *** Kota Aldimo yang berada di Provinsi Sarga. Di ruang kantor CEO yang berada di sebuah gedung pencakar langit berlantai 38, seorang perempuan jangkung dengan rambut panjang yang diikat sanggul sedang berdiri di depan jendela sambil menatap langit abu-abu hari ini. Perutnya berbunyi karena dia makan kurang kenyang siang ini. Bukan karena dia tidak suka dengan makanannya, tapi karena dia bosan dengan makanan yang dimasak oleh koki. Namun sayangnya, dia belum menemukan koki baru yang sesuai dengan seleranya. Dia terkenal dengan lidahnya