Tidak … baku tembak tidak mungkin karena Odelina dan yang lain tidak memiliki senjata api, kecuali jika dia terlibat baku tembak dengan polisi. Mungkinkah rencana mereka terbongkar, dan Odelina melaporkannya ke pihak kepolisian?Patricia coba menghubungi Dikta sekali lagi, dan kali ini akhirnya Dikta mengangkatnya.“Dikta, ada apa?” tanya Patricia.“Nggak ada apa-apa, Bu Patricia,” jawab Dikta.“Terus kenapa tadi aku telepon nggak diangkat? Kenapa nggak berjalan sesuai rencana kita?” Patricia masih tidak memercayai alasan Dikta dan terus menanyaianya.Dikta pun menjelaskan situasinya, “Tadi aku lagi menyuruh yang lain untuk mundur, jadi nggak sempat mengangkat telepon. Mereka sepertinya sudah mengetahui rencana kita dan menyusun taktik untuk membalas. Kalau kita tetap melancarkan rencana awal, nggak cuma gagal, tapi kita akan berada di posisi yang nggak menguntungkan kalau sampai termakan oleh taktik mereka.”“Maksud kamu, mereka juga menaruh anak buah di pemakaman dan lagi menunggu ki
“Aku cuma menjalankan perintah dari Bu Patricia. Apa pun yang Ibu minta, akan kulaksanakan dengan baik. Aku nggak akan melakukan sesuatu tanpa persetujuan dari Ibu,” ucap Dikta dengan penuh hormat.Jika Patricia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, maka Dikta juga akan menemaninya ke akhirat. Sedari awal mereka sudah ditakdirkan untuk mengikuti majikan hingga akhir hayatnya. Apabila Patricia mati, maka Dikta juga akan ikut mati bersamanya. Deddy adalah pengecualian di antara mereka, karena pada saat itu dia tidak ikut mati saat majikannya meninggal dunia. Mungkin itu Deddy lakukan untuk membalas dendam.Patricia bagaimanapun sangat memercayai Dikta. Seperti yang Felicia katakan, siapa pun bisa saja berkhianat, tetapi tidak dengan Dikta.Dengan begitu, percakapan antara Patricia dan asisten kepercayaannya di telepon pun berakhir. Di sisi lain, Yuna dan yang lain sudah menuruni gunung. Mereka keluar dari area pemakaman keluarga Gatara dan pergi ke area pemakaman di sebelah untuk memberi
“Aku jadi bingung, kenapa dia nggak jodohin Amelia sama salah satu dari kalian?”Ketika ditanya seperti itu oleh Rubah Perak, Ricky spontan menoleh ke arah kakaknya. Melihat Stefan tetap bersikap cuek, dia pun dengan lantang berkata, “Dulu Amelia sempat suka sama Kak Stefan, tapi Kak Stefan nggak tertarik sedikit pu sama dia. Semua orang di Mambera tahu tentang itu. Setelah Kak Stefan menikah sama Kak Olvia, Amelia langsung mengubur perasaan dia ke Kak Stefan dalam-dalam. Nenek tahu Amelia pernah jatuh cinta sama Kak Stefan. Kalau memang cocok, Nenek pasti sudah jodohin Amelia sama salah satu dari kamu bersaudara. Nenek pasti khawatir nanti malah jadi canggung, dan lebih khawatir lagi nanti Amelia bakal tanpa sadar membanding-bandingkan salah satu dari kami dengan Kak Stefan. Nanti yang ada malah ribut. Kami memang menganggap diri kamu hebat, tapi kalau dibandingkan Kak Stefan sih masih kalah.”“Haha, ternyata begitu, ya. Tapi tunangan Amelia yang sekarang lumayan juga. Kelak kalau dia
Rubah Perak menatap Ricky sejenak, dan berkata seraya tersenyum padanya, “Benar juga. Ricky orang yang sangat baik, dia pantas untuk Rika.”Kata Rhoma, “Saudara kandungnya Ricky semua juga anak-anak yang baik. Kudengar Pak Rubah Perak juga punya banyak murid yang nggak kalah hebatnya, siapa tahu ada yang cocok.”Stefan dan Ricky sama-sama terdiam, “….”Danu berkata, “Semua muridnya pada nurut sama Rubah Perak. Satu-satunya hal yang mereka nggak nurut itu cuma kalau disuruh menikah. Begitu didesak untuk cepat menikah, mereka malah melawan dengan alasan nggak menikah pun tetap bisa hidup bahagia di masa tua, jadi untuk apa harus menikah? Mereka juga bilang sudah mau terima murid, jadi anggap saja murid-murid itu anak mereka sendiri. Nanti kalau murid-murid itu sudah dewasa, biar mereka yang merawat sampai tua. Jadi nggak perlu menikah juga sama saja seperti sudah punya anak.”“Murid kesayanganmu sih menikah, kamu sudah lega karena tugasmu selesai. Waktu Sonia belum menikah, kamu juga pan
Jalan rahasia tersebut memiliki tiga titik akses. Satu di dalam rumah, satu di halaman depan, dan satu lagi di halaman belakang. Adanya jalan rahasia itu meningkatkan kesempatan bagi Sofia untuk menyelamatkan dirinya andaikan terjadi sesuatu yang mengancam nyawa. Kalaupun jalan rahasia itu tidak ada, secara diam-diam Setya sudah menempatkan mata-mata di dalam rumah. Di saat Patricia aan mengakhiri hidupnya bersama Yuna dan yang lain, mata-mata itu akan segera beraksi menahan Dikta agar Dikta atau anak buahnya tidak bisa menyalakan api.Sekuat apa pun Dikta, dia tidak sekuat Lima Kaisar yang di masa kejayaannya pernah menguasai wilayah itu. Di era sekarang ini, Lima Kaisar hanya sedang bersembunyi, tetapi mereka memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai profesi, dan tentunya memiliki koneksi yang sangat luas di seluruh ota.Namun, tak ada salahnya membiarkan Patricia senang dulu mengira rencananya telah berhasil.“Ya, dia nggak cuma sudah menunggu di sana, tapi juga nggak mengizin
“Tante, memangnya Dokter Kellin tadi ngapain sampai Tante kagum begitu sama dia?”Odelina cuma tahu kalau Kelling memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi dia tidak tahu seberapa hebat kemampuan lain yang Kellin miliki. Dia mengira Kellin memiliki kemampuan selayaknya tokoh-tokoh di novel kungfu, di mana dia bisa terbang melewati tembok tinggi atau melukai orang lain hanya dengan menggunakan daun.“Aku juga nggak lihat jelas, tapi yang jelas dia bisa bikin pengawalnya Patricia lumpuh. Dia bilang cuma pakai jarum beracun, tapi aku nggak tahu jarumnya keluar dari mana,” kata Yuna.“... jarum beracun?”Rupanya benar-benar seperti adegan yang ada di novel kungfu.“Pak Setya bilang Kellin nggak cuma jago di bidang kedokteran, dia juga pandai menggunakan macam-macam jenis racun. Dia paling suka bikin ramuan beracun, untung saja dia nggak pakai ramuannya itu untuk menyakiti orang lain. Kalau iya, mengerikan banget,” tutur Yuna. Dia merasa Kellin sesungguhnya adalah orang yang cukup men
“Dia sudah keluar dari rumah sakit, tapi masih belum balik ke kantor. Patricia minta dia untuk istirahat di rumah. Sebenarnya Patricia nggak kasih Felicia balik ke kantor karena nggak mau Felicia tahu rencananya dan jadi bocor. Bahkan Patricia ngasih obat tidur ke Vandi untuk dia gunakan ke Felicia. Begitu Felicia tertidur, dia minta Vandi untuk bawa Felicia pergi meninggalkan Cianter. Patricia sudah siapkan semuanya untuk Felicia, tapi Felicia menolak. Vandi juga jelas nggak mungkin mengkhianati Felicia, makanya begitu Felicia bebas dari rumah sakit, Vandi menyerahkan obat tidur itu ke aku untuk dicek.”Setelah sesaat terdiam, Odelina kembali bicara, “Felicia sebenarnya nggak jahat karena dia nggak tumbuh besar didampingi Patricia. Dia masih punya persepsi yang bagus. Kalau bisa, aku sebenarnya nggak mau dia mati.”Yuna pun terdiam sejenak sebelum dia membalas ucapan Odelina. “Baik itu sekarang atau nanti, selama Felicia nggak lebih dulu memusuhi kita, kita juga nggak akan menyerang d
Yuna setuju dengan Odelina. “Aku jadi tenang kamu sudah mempersiapkan segalanya. Semoga saja setiap dari kita bisa pulang dengan selamat. Olivia bilang mau Stefan sendiri yang jemput dia dan Russel di Vila Ferda. Oh ya, Daniel juga bilang ke aku, kamu harus pulang ke Mambera tanpa terluka sedikit pun. Dia sudah menunggu kamu di rumah untuk menikah di tahun depan.”Yuna memegang tangan Odelina saat dia membicarakan pernikahan. Dia juga tak kuasa menahan senyumannya. “Tante senang banget bisa lihat kamu menikah sama Daniel, bisa menghadiri pernikahan kalian, dan melihat Olivia melahirkan. Aku ikut senang untuk mama kamu.”Lantas dengan wajah memerah Odelina berkata, “Tahun depan langsung menikah apa nggak terlalu terburu-buru?”“Kan cuma menikah secara resmi, bukan acara resepsinya. Nggak terburu-buru, kok. Sama saja kayak waktu Olivia menikah sama Stefan. Mereka ambil akta pernikahan dulu, baru pilih tanggal untuk mempersiapkan pesta resepsinya. Daniel mau bikin pesta yang super besar,
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna