Share

Bab 7

Suasana pusat perbelanjaan tampak lumayan ramai. Mengingat ini adalah akhir pekan. Keempat orang yang semuanya tidak menunjukkan raut bersemangat itu, berjalan bersama-sama.

Masih jelas di ingatan Ana, bagaimana mata Rena yang memakai kontak lensa warna abu-abu itu memelotot, saat melihatnya dengan berani menggandeng lengan Arjuna. 

Sementara Arjuna sepertinya hanya bisa pasrah, mengingat Yuda—asisten pribadi Barata—ikut bersama mereka. Kalau dia macam-macam, sudah pasti Yuda akan melapor pada sang kakek. Dan mengingat Ana saat ini kesayangan Barata, bisa habis dia dimarahi.

Langkah Ana terhenti begitu Rena akan mengajaknya masuk ke salah satu gerai pakaian. Wanita cantik itu menampilkan raut enggan yang begitu kentara.

"Kenapa?" tanya Arjuna yang ikut berhenti. Dia kesal karena Ana terus-terusan membuat ulah.

"Aku gak mau ke situ, aku mau ke sana." Ana menunjuk gerai yang terkenal mahal. Dia sering mendengar Mirna menceritakan artis yang memakai brand tersebut. Salah satu bajunya yang menjadi seserahan pun juga ada brand di depannya.

"Ngapain? Udah, ikut kataku saja. Kita ke sana," ujar Rena tidak terima. Sejak tadi mantan pembantu itu seperti menguji emosinya dan sekarang mau berulah lagi? Tidak akan dia biarkan!

Ana menoleh pada laki-laki yang berada di belakang mereka, "Mas Yuda kata kakek aku boleh milih apapun, 'kan?" tanyanya penuh kemenangan.

Jangan harap Rena berhasil mengintimidasinya. Dia sendirian saja bisa melawan, apalagi ada Yuda yang merupakan kaki tangan Barata. Jelas dialah pemenangnya.

Yuda mengangguk seraya tersenyum sopan.

"Oke jadi kita ke sana." Tidak memedulikan raut kesal Rena, Ana langsung menarik sang suami menuju gerai yang dia maksud.

"Kenapa kamu gak nurut apa kata Rena saja?" bisik Arjuna. Sebenarnya wanita apa yang dia nikahi? Terlihat pendiam ternyata menyebalkan. Tak ada takut-takutnya sama sekali.

"Ngga apa-apa, aku cuma pengen masuk sini," ujar Ana bohong. Alasan sebenarnya hanya ingin membuat Rena jengkel saja.

Arjuna menatap tidak percaya pada istrinya. Dia mulai sadar, wanita di sampingnya ini tidak sepolos yang dia kira. Kentara sekali Ana tidak asal memilih tempat, wanita itu jelas tahu kalau barang mahal.

"Memangnya kenapa? Kamu keberatan kalau aku memilih tempat ini?" Ana mengerjap dengan wajah polos.

Pertanyaan sang istri menyadarkan Arjuna dari lamunannya, "terserah kamu!" jawabnya ketus. Lagipula apa maksud Ana menggunakan ekspresi seperti itu? Mau menggodanya! Tak akan bisa!

Mengedikkan bahu tanda tidak peduli, Ana mulai menyusuri toko, mencari baju mana yang sekiranya mau dibeli. Ya, meski sebenarnya dia tidak tertarik sama sekali untuk belanja. Hanya saja dia ingin mempermainkan kedua sejoli itu.

Apakah dia terlihat jahat? Masa bodoh, Ana tidak peduli. Toh, mereka dulu yang menjadikan Ana alat untuk mencapai keinginan mereka yang masih penuh misteri.

Sambil membawa beberapa baju di tangannya, Ana berjalan menuju sang suami dan saudara tirinya berada. Kedunya duduk bersama di kursi panjang yang disediakan toko.

Mana yang tadi berkata akan membantunya memilih baju? Yang ada Rena malah duduk menempeli Arjuna terus. Memuakkan!

"Sudah?" tanya Arjuna begitu melihat Ana.

"Iya."

"Sebanyak itu?" sinis Rena seraya menatap baju yang dibawa Ana. Baginya Ana adalah perempuan tak tahu malu. Tadi sok menolak, sekarang malah memborong sebegitu banyaknya.

"Iya. Memangnya kenapa Mbak? Ada yang salah?" Ana pura-pura melihat barang yang dibawanya dengan bingung. Seakan tak mengerti maksud pertanyaan Rena.

"Memang mau kamu buat apa baju sebanyak itu?"

"Dipakai lah," ujar Ana tenang yang semakin membuat Rena geram. Serius, berperilaku seperti ini membuat Ana seperti tokoh antagonis di sinteron yang sering dilihat Mirna dan Eka. Namun, entah mengapa rasanya menyenangkan. Wajah kesal Rena adalah hiburan tersendiri untuknya.

"Arjuna, lihat itu kelakuan istrimu? Memanfaatkan keadaan," ejek Rena.

Tidak mengindahkan kalimat Rena, Ana justru menatap pada suaminya, "Mas Arjuna keberatan membayar semua ini?" tanya Ana lembut.

Dia bahkan mengerjap berkali-kali seakan sedang menggoda sang suami agar keinginannya terpenuhi. Ada untungnya juga dia ikut menonton drama bersama pekerja lain, memudahkannya bermain peran.

"Ngga." Arjuna berdeham pelan, saat merasakan ada yang aneh di hatinya, saat sang istri menatapnya begitu intens. Sial! Dia kenapa?

"Tuh kan, Mas Arjuna ngga keberatan, kok. Jadi kenapa Mbak Rena harus marah-marah ngga jelas? Lagipula yang bayar suamiku bukan mbak," ucapnya penuh penekanan.

Mata Rena memelotot. Namun, belum sempat dia membalas ucapan Ana. Suara seseorang memanggil namanya membuat wanita itu menoleh ke belakang. Wanita itu mengumpat lirih begitu mengetahui siapa yang barusan memanggilnya.

Tidak jauh berbeda dengan Rena, Arjuna juga tampak terkejut mengetahui siapa yang memanggil kekasihnya. Apalagi ini? Kenapa banyak masalah yang harus dia hadapi saat pernikahannya baru berusia dua hari?

Sedangkan Ana mengerutkan kening, begitu menyadari sikap Rena dan Arjuna yang tampak salah tingkah. Pasti ada sesuatu! Jadi, siapa wanita cantik yang kini berjalan cepat ke arah mereka?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status