Share

7 Masih Sah Suami Istri

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2023-10-06 20:15:01

“Ingatan tentang bagaimana sedihnya kamu saat melihatku bersama Ririn, telah menjadi mimpi buruk bagiku selama dua bulan ini.”

Siska sama sekali tidak bereaksi, dia sengaja membiarkan Roni menikmati halus kulitnya di pahatan wajahnya yang nyaris tanpa cela.

“Aku bisa pahami kemarahan kamu terhadap keputusanku,” sambung Roni lagi. “Tapi aku tidak akan semudah itu membiarkan kamu pergi. Apa pun akan aku lakukan untuk membuat kamu tetap berada di sisiku.”

Siska sengaja tertawa kecil untuk menutupi perasaannya yang sudah tidak keruan lagi.

“Terserah kamu,” katanya. “Bukankah seorang suami bebas untuk melakukan apa saja yang dia suka?”

Siska menyingkirkan tangan Roni dengan gerakan pelan dan tidak terkesan buru-buru mendorongnya.

“Jangan memancing kesabaran aku, Siska.” Roni tidak mengizinkan Siska memegang tangannya dan segera ditariknya dagu wanita muda itu hingga bibirnya maju lebih dekat dengan bibirnya sendiri. “Ingat, kita ini masih sah suami istri.”

Dan segera dilahapnya bibir merekah Siska dengan sekali serang, sebuah pancingan yang Roni harapkan mampu untuk membuat pertahanan angkuh istrinya runtuh dalam sekejap.

Namun, Siska tak gentar semudah itu. Dia tidak membalas kecupan yang Roni berikan, tapi dia menerimanya dengan sangat dingin dan sengaja membiarkannya tanpa hasrat sedikitpun.

Sakit hati yang diukir Roni telah membekas terlalu dalam di hati Siska, hingga kini tak ada sisa ruang lagi bagi dirinya untuk memupuk kembali benih cinta yang dulu mereka tanam bersama.

“Kenapa ...?” Roni mengakhiri kecupannya, sadar jika Siska sama sekali tidak merespons tindakannya. “Kamu sudah tidak menginginkan hubungan kita diperbaiki?”

“Menurut kamu?” tanya Siska balik. “Dua bulan berlalu dan kamu ke mana saja?”

Siska yang awalnya tenang kini berubah menjadi emosional sesaat. Tanpa menunggu jawaban apa pun dari Roni, dia berbalik dan menarik pegangan pintu dengan serampangan. Jantungnya sudah tidak mampu dia kendalikan lagi lebih dari ini.

Roni mampu melihat sedikit celah yang bisa digunakannya untuk mengendalikan Siska lagi. Dibantingnya pintu mobil dengan keras dan dikuncinya, kemudian diputarnya bahu Siska hingga menghadap kepadanya.

“Kenapa buru-buru?” tanya Roni seraya mencondongkan tubuhnya. “Aku ingin tahu berapa lama lagi kamu bisa menghadapi aku.”

“Bukankah dari tadi aku sudah menghadapi kamu, Mas?” komentar Siska tenang. “Sampai sekarangpun aku masih menghadapi kamu, jadi apa masalahnya?”

Roni menyipitkan matanya tidak percaya saat melihat keangkuhan Siska yang semakin menjadi-jadi.

“Masalah ciuman tadi, aku malas membalasnya karena ...” Siska sengaja menahan kalimatnya sebentar, membuat Roni menunggu dengan geram. “Menurut aku itu hal yang biasa aku dapatkan.”

“Apa kamu bilang?” tanya Roni tajam dengan cengkeraman yang begitu kuat di kedua bahu Siska. “Hal biasa yang kamu dapatkan? Apa itu artinya kamu sudah berciuman dengan begitu banyak laki-laki?”

Siska menarik napas.

“Apa pentingnya hal itu buat kamu?” kata Siska letih. “Memangnya kamu masih peduli?”

Roni sulit mempercayai jika Siska akan semudah itu berinteraksi dengan laki-laki selain dirinya. Karena selama ini dia mengenal Siska sebagai istri yang sangat menjaga batas aman dengan lawan jenisnya.

“Kamu itu masih istri aku, Siska.” Roni menegaskan. “Itu artinya aku berhak atas kamu, tidak akan aku biarkan kamu memberikan satupun bagian tubuh kamu untuk dinikmati laki-laki lain. Paham kamu?”

Siska sama sekali tidak menganggap serius ucapan Roni barusan.

“Lucu sekali,” komentarnya. “Untuk apa kamu merasa memiliki aku kalau kamu tidak bisa mempertahankan aku sebagai satu-satunya istri kamu?”

Roni tak berkutik selama beberapa saat lamanya.

“Kamu tidak perlu mengungkitnya, aku masih ingat keputusan aku saat itu.” Roni tidak mengelak. “Tapi sekali lagi aku tegaskan sama kamu kalau kamu masih istri aku dan selamanya akan tetap begitu.”

Siska menggeleng prihatin.

“Jadi itu sebabnya kamu merasa aku harus membalas ciuman tadi?” komentarnya. “Oke, aku akan memberikan ciuman paling eksklusif untuk kamu.”

Siska mencondongkan tubuhnya juga dan mengulurkan kedua lengannya ke leher Roni. Dia memiringkan wajahnya dan dengan malas menyatukan bibirnya sendiri ke bibir suaminya dan mengecupnya pelan tanpa hasrat.

“... dengan gratis,” ucap Siska setelah mengakhiri perbuatannya yang bagi Roni sungguh tak terduga. Segera ditariknya wanita itu dalam dekapannya seakan tidak ingin melepasnya lagi untuk yang kedua kalinya.

Siska membiarkan Roni mendekapnya tanpa berniat berontak untuk melepaskan diri. Sama seperti ciuman tadi, dia tidak ingin menunjukkan kepada suaminya itu jika dia masih lemah dengan status hubungan mereka.

Dengan tidak bereaksi apa-apa terhadap pelukannya ini, Siska ingin membuat Roni tahu bahwa dirinya sudah tidak berarti apa-apa lagi untuknya.

“Aku akan melakukan apa saja untuk membuat kamu tetap berada di sisiku,” ucap Roni di telinga Siska.

“Tadi kamu sudah mengatakannya,” sahut Siska datar. “Kamu tidak tahu saja kalau aku sengaja datang ke seminar ini untuk kepentingan anak-anakku.”

“Kamu harus tetap di sisiku, tidak bisa tidak.” Roni masih mempertahankan Siska dalam pelukannya.

“Silakan kamu berkhayal setinggi langit,” kata Siska. “Kalau memang mendekap aku bisa membuat kamu merasa mendapat kekuatan, silakan saja. Aku kasihan melihat kamu begitu sulit melepaskan aku. Apa istri kamu tidak berusaha membuat kamu setuju untuk menggantikan aku?”

Roni merasa ingin melarikan Siska ke rumah mereka dan memberinya pelajaran atas kekurangajaran ucapannya ini.

“Puas-puaskan saja kamu mendekap aku,” ujar Siska ringan, “Karena belum tentu besok kita akan bertemu lagi. Mungkin Pasha juga sedang menunggu aku.”

Roni langsung melepas Siska dan mendorongnya dengan keras sampai punggung Siska terantuk pintu.

“Sejak kapan ada Pasha di antara kita?” katanya tajam.

Siska tertawa kecil.

“Sejak beberapa waktu yang lalu,” sahutnya ringan. “Entahlah ... biarpun aku tidak bisa mencintainya, tapi Pasha selalu saja berada di samping aku setiap kali keadaan aku susah. Laki-laki seperti dia tidak bisa aku sepelekan begitu saja, bukankah begitu?”

Roni tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia membuka kunci dan memandang Siska dengan sorot mata tajam bagai pisau yang siap memotong leher musuhnya.

“Keluar sekarang,” perintahnya.

Siska dengan tenang merapikan rambut panjangnya dan mendorong dirinya keluar dari mobil Roni. Dia menoleh dan melayangkan senyuman manisnya ke arah Roni sebelum pergi.

“Terima kasih atas pertemuan istimewa kita malam ini, Mas. Harus aku akui kalau pelukan kamu masih sama eratnya seperti dulu. Tapi maaf, kamu bukan lagi tujuanku,” ucap Siska seraya memutar wajahnya dan berlalu pergi dari mobil Roni yang terparkir.

Roni meninju dasbor dengan keras. Sepatu hak tinggi yang dikenakan Siska beradu keras dengan lantai di area parkir dan terdengar seperti bunyi genderang perang yang membuka pertarungan ego mereka berdua.

Di luar, Siska cepat-cepat menghubungi Pasha karena khawatir kalau pria itu sedang mencarinya.

“Halo, Pasha?” sapa Siska.

“Sis, kamu ke mana saja?” seru Pasha dengan nada khawatir. “Aku mencari kamu ke mana-mana, aku pikir terjadi sesuatu sama kamu!”

Bersambung—

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Juniarth
suwer, novel ini bagus!!!!!!!!!!
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Dasar Roni laki² menjijikan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    117 (TAMAT) S3: Pikirkan Sebelum Bertindak

    Pasha mengangguk kuat-kuat, dia sendiri tidak habis pikir apa motif Ririn melakukan itu. Disuruh Roni kah? “Apa? Jadi Ririn adalah salah satu pelaku?” Siska terbelalak lebar ketika Pasha menyampaikan apa yang dilihatnya tadi. Pasha mengangguk. “Benar-benar keterlaluan, dia sudah bikin aku dan sahabatku malu luar biasa. Aku harus telepon Roni sekarang!” “Buat apa, mau bikin keributan?” “Istrinya yang kurang kerjaan, masa suaminya sampai tidak tahu?” Pasha juga sama herannya, dia tidak kuasa menahan Siska yang terlihat memendam emosi tak tertahankan. Sementara itu, Roni sedang berada di jalan ketika ponselnya berdering nyaring. “Siska ... Halo?” “Ron, kamu tuh bisa mendidik istri kamu atau tidak sebenarnya?” Siska langsung menyembur telinga Roni dengan api kemarahan. “Maksud kamu apa?” “Aku yang seharusnya tanya, maksud Ririn apa pakai ngumbar-ngumbar masa lalu aku di akun berita online?” “Aku tidak paham, ini aku juga baru saja dihubungi polisi karena Ririn ada di sana!” “B

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    116 S3: Suami Baru Siska yang Mandul?

    Pasha memeluk bahu Siska dengan penuh kehangatan. “Aku janji akan menyelesaikan ini semua, aku juga resah sama pemberitaan itu.” “Maaf ....” “Jangan minta maaf, bukan salahmu.” Siska membalas pelukan Pasha dengan erat, dia bertekad ingin menatap langsung wajah pelaku yang telah mengganggu ketenangan hidupnya itu. “Pokoknya siapapun dia, aku mau dia dihukum berat.” “Pasti, biar dijadikan pelajaran oleh siapa pun untuk tidak menggali masa lalu seseorang seenak jidat.” Setelah pembicaraan mereka berakhir, Siska memutuskan untuk tidur karena dia ingin berangkat lebih awal ke kantor. “Gimana, Mas?” Di kediaman Roni, Ririn sedang menghidangkan secangkir teh hangat dan roti selai. “Aku dapat beberapa kontrak dari klien baru,” kata Roni memberi tahu. “Apakah klien itu dari mereka-mereka yang membatalkan kerja sama dengan perusahaan saingan kamu?” “Aku tidak tahu, karena aku tidak pernah tanya-tanya soal itu. Menurutku tidak bagus kalau kita terlalu menunjukkan kesenangan kita atas b

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    115 S3: Jangan Lagi Buka Media Sosial

    “Tapi aku belum punya bukti untuk menguatkan kecurigaan aku,” ujar Pasha menyesalkan. “Aku juga tidak mau kalau Cuma asal tuduh saja, semua kasus di dunia ini membutuhkan bukti.” “Kamu suruh orang saja untuk memata-matai Roni, cari yang profesional.” Ezra mengusulkan. “Oke, tapi aku juga harus tanya pendapat Siska dulu. Jangan sampai apa yang aku lakukan justru menimbulkan masalah baru.”Ezra memandang Pasha dengan sangat serius.“Kamu bertindak terlalu hati-hati ternyata.”“Bukankah harus? Keselamatan istri dan anak-anak sambungku juga harus dipikirkan,” kilah Pasha.“Aku setuju kalau yang kita bicarakan ini adalah tentang Shadan atau Monic yang agak-agak psikopat, tapi Roni? Aku bahkan tidak tahu menahu latar belakangnya selain dia adalah mantan suami Siska.”Pasha terdiam.“Dia pernah mendapat kontrak kerja di edisi sebelumnya,” katanya mengingatkan.“Ya, dua poin itu.”Setelah mempertimbangkan baik buruknya, pasha akhirnya setuju untuk mengintai Roni diam-diam.Beber

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    114 S3: Sengaja Ingin Menjatuhkan

    “Aku tahu Vit, kamu tidak perlu khawatir. Pasha tidak tinggal diam, aku yakin Pak Ezra juga akan berbuat sesuatu untuk pelaku yang sudah menyebarkan masa lalu kita ke orang banyak.” “Ezra juga mulai mengusut masalah ini, Sis. Biasanya dia kerja sama dengan suami kamu dalam segala hal kan?” Siska mengangguk. “Aku penasaran siapa pelakunya.” “Apa mungkin ... pelakunya adalah Yura?” Siska menatap Kavita dengan sangat lekat. “Tapi aku tidak ada urusan apa-apa sama Yura, Vit. Kalau betul dia pelakunya, maka sama saja dia sudah mengibarkan bendera perang terhadapku.” Kavita diam sambil berpikir. “Betul juga, kalau sama aku sih wajar. Yura tidak punya motif apa-apa untuk menjatuhkan kamu atau perusahaan Pak Pasha.” Sepasang sahabat itu sibuk berpikir dengan logika masing-masing. “Otakku buntu, aku tidak punya tersangka yang bisa aku curigai.” Siska akhirnya menyerah. “Kalau begitu biarkan suami-suami kita yang menyelidikinya.” “Betul, kamu juga jangan terlalu kepikiran. Masa lalu b

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    113 S3: Memiliki Dua Suami dalam Satu Waktu

    “Maksud kamu? Dih, aku nggak sebodoh yang kamu pikirkan! Kalau orang sudah nggak percaya, tentu mereka akan beralih untuk mencari perusahaan baru kan? Nah, situasi ini bisa kamu manfaatkan, Mas!”Roni terdiam, betul juga apa yang Ririn katakan. Namanya persaingan bisnis, sah-sah saja kan jika dia mengambil kesempatan dalam situasi seperti apa pun?***Untuk pertama kalinya sejak berita tentang masa lalu itu terbongkar luas di platform digital, Siska dan Kavita bertemu di kafe untuk minum kopi bersama.Kalau biasanya mereka memilih kafe standar masyarakat umum, khusus untuk pertemuan kali ini mereka memilih kafe ekslusif demi kenyamanan privasi masing-masing.“Vit, bagaimana kabar kamu?” tanya Siska begitu mereka duduk berhadapan.Wajah Kavita tampak sayu seperti orang yang kekurangan waktu tidur yang berkualitas.“Aku? Baik, Sis.”Suasana sedikit canggung, sehingga Siska bingung bagaimana cara untuk mencairkannya.“Kita ... sudah lama tidak bertemu, ya? Jujur aku kangen ngopi-

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    112 S3: Istri yang Diumbar Masa Lalunya

    “Jadi ... kita diam saja, Sha?”“Untuk sementara, nanti kalau mereka sudah tahu dan bergerak, baru kita ikut bantu.”Siska terpaksa setuju, dia geram sekali dengan si pembuat berita yang mengumbar masa lalunya.Bahkan Kavita juga ikut dikulik habis-habisan.Sesuai dengan rencana Pasha, Siska tidak berani menghubungi Kavita sejak berita tentang masa lalu mereka beredar. Bukan apa-apa, dia merasa tidak enak hati sendiri jika harus pertama kali membahas topik itu.Meskipun jauh di sudut hatinya, Siska juga sangat penasaran mengenai kebenaran pernikahan kontrak yang terjadi antara Kavita dan Ezra, bos mereka sendiri.“Sha, Pak Ezra bagaimana?” tanya Siska setelah berdiam diri selama beberapa hari tanpa mengontak Kavita. “Setiap aku bertemu sama dia, sikapnya tidak ada yang aneh ....”“Mustahil berita itu belum sampai ke telinga Pak Ezra!” bisik Siska dramatis. “Kecepatan informasi di jaman ini kan benar-benar gila, Sha. Aku khawatir seandainya tanpa sepengetahuan kita, Pak Ezra d

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    111 S3: Akun yang Memposting Berita

    “Besok ayah traktir sepuasnya, ayah baru saja dapat kontrak kerja ....”“Yes!”“Makan-makan!”Siska dan Pasha tertawa lebar bersama anak-anak mereka.Ketika kebahagiaan mewarnai keluarga baru Siska, hal yang berbeda justru tengah dirasakan Roni dan istrinya.Semangat Roni yang tadinya menggebu-gebu kini seolah tidak lagi ada, seluruh harapan yang semula dia pikul di pundak seketika luruh tanpa sisa.“Apa mungkin kamu bikin kesalahan yang bikin pemilik kontrak kerja itu nggak mau pilih perusahaan kamu, Mas?” tanya Ririn sok tahu.“Maksud kamu apa sih?”“Nggak mungkin kan kalau perusahaan kamu baik-baik saja, tapi kalah sama perusahaan suami Siska?”Roni melirik Ririn, ingin sekali dia mengomel karena ketidakpekaan istrinya. “Kamu tidak bisa baca situasi ya?”“Maksud kamu?”“Seharusnya kamu bisa lihat kan, apa yang aku rasakan sekarang ini?”Ririn melongo. “Kok jadi kamu yang terbawa perasaan sih, Mas? Aku kan tanya baik-baik ....”“Terserah,” potong Roni, dia berdiri dar

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    110 S3: Tidak Bisa Menerima Kegagalan Suami

    “Aku tidak bermaksud apa-apa, Rin. Takutnya kalau kamu berisik terus, aku tidak bisa dengar apa yang dikatakan pembawa acara.”Ririn semakin sewot mendengar alasan Roni yang menurutnya konyol sekali, memangnya suara dia sekeras apa coba?“Rin, lihat! Sebentar lagi akan diumumkan perusahaan siapa yang berhasil mendapatkan kontrak!” bisik Roni antusias.Mendengar ucapan Roni, kini giliran Ririn yang mengerutkan keningnya.Tadi katanya nggak boleh ribut, gimana sih. Perempuan itu membatin kesal.Di kursi lainnya, Siska dan Kavita tidak kalah tegang menunggu pengumuman pemenang kontrak. “Ezra atau Pak Pasha?” Kavita menoleh ke arah Siska.“Pak Ezra atau Pasha, bebas!”Kavita mengangguk, sebelah tangannya meremas jemari Siska untuk menyalurkan ketegangan yang terasa.“... akan ada dua perusahaan yang mendapatkan kontrak kerja ini, sehingga kolaborasi keduanya diharapkan bisa meningkatkan daya beli konsumen dan menjaga persaingan sehat di masa-masa yang akan datang.”Siska dan Ka

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    109 S3: Peringatan Kecil Buat Siska

    Ririn menganggukkan kepalanya seraya memahami layar laptop Roni yang menyala. “Dyaksa Company, itu perusahaan Siska?” celetuk Ririn. “Bukan, itu perusahaan pesaing aku. Siska kerja di situ sudah lama, sejak aku masih merintis dari nol.” “Oh ya? Terus kenapa dia masih jadi pegawai di sana setelah kamu sukses?” Roni menarik napas, dia berusaha mengingat kembali momen ketika Siska tidak ingin berhenti kerja dari Dyaksa Company. “Katanya dia merasa sayang sama pencapaian dia di perusahaan itu,” ucap Roni lambat-lambat. “Siska nyaman bekerja di sana, jadi dia mempekerjakan beberapa asisten rumah tangga demi pekerjaannya di Dyaksa Company. Padahal aku sudah bilang sama dia kalau aku sanggup memenuhi semua kebutuhan rumah tangga, tapi dia tidak mau melepaskan pekerjaannya.” Ririn bahkan sampai melongo mendengar penjelasan Roni tentang alasan Siska. Kok bodoh banget ya Siska itu, pikir Ririn. Punya suami sukses, disuruh berhenti kerja malah nggak mau. Kan enak tinggal ongkang-ongkang ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status