***Selepas Gadis pamit padanya, Yamazaki langsung terdiam di kamarnya. Ia merasa bersalah karena membuat Gadis menangis dan ketakutan. Yamazaki langsung mengutuk dirinya yang terlalu keras pada perempuan itu. “Aku memang bodoh! Harusnya tidak sekeras itu padanya,” gumamnya menyesal. Yamazaki langsung sadar bahwa Gadis terlalu rapuh, ia melihat Gadis menyimpan banyak luka di sorot matanya. Yamazaki penasaran dengan kehidupan Gadis dan ia langsung mencari nama ayah Gadis di internet.Prof. Dr. Hadi Rudyatmo, M.SIE adalah ayah kandung dari Gadis dan merupakan rektor salah satu universitas negeri top di Indonesia. Dan hal yang membuat Yamazaki terkejut adalah berita tentang perceraian Gadis yang heboh karena perselingkuhan suaminya. Kento menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa perempuan secantik dan sepintar Gadis diselingkuhi?Pintu kamar diketuk, ia melihat Harumi tersenyum di balik pintu dan langsung masuk ke kamarnya dan Kento langsung menutup laptopnya.“Kenapa Oniichan belum tidur
***Gadis memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya Mesya untuk berbuka puasa, meski ia datang agak terlambat. Ia memakai cardigan dan pashmina warna senada yang Kento hadiahkan untuknya. Gadis melihat lelaki itu sedang berbicara dengan Mesya dan lainnya. Entah kenapa wajah Yamazaki membuat hatinya teduh.“Gadis!” sapa Yamazaki, ia terkejut dengan kedatangan perempuan itu.“Assalamu’alaikum, Sensei,” sapa Gadis tersenyum.“Wa’alaikumussalam,” balas Yamazaki. “Kamu sudah sehat?”“Alhamdulillah. Sekarang sudah sehat,” jawab Gadis. “Sensei, di mana Harumi?”tanyanya, ia tidak melihat sosok gadis itu.“Tadi dia di sini, tapi temannya mendadak masuk ke rumah sakit. Jadi Harumi pamit duluan,” balas Yamazaki.“Wah, cantiknya kamu sayang, Masya Allah,” puji Mesya. ia takjub melihat jilbab yang melekat di kepala Gadis. Kali ini aura kecantikannya terpancar. “Yamazaki-San, Gadis kami sangat cantik kan memakai jilbab? Lihat anggun sekali ya dia!” ucapnya meminta pendapat Yamazaki.Yamazaki
***Gadis masih memikirkan apa yang dikatakan Eva semalam. Apa benar apa yang ia rasakan saat ini bukanlah hanya sekedar kagum saja pada lelaki itu? Apa benar ia memiliki perasaan yang lebih padanya? Gadis langsung menepis apa yang Eva tuduhkan, tidak mungkin ia bisa secepat itu untuk jatuh cinta. Gadis bergegas ke ruang lab 117 untuk memulai mengerjakan tugas yang diberikan Kento padanya.“Gadis!”Gadis menoleh dan ia pun tersenyum singkat dengan seseorang yang memanggil namanya. “Hai, Albert! Sepagi ini kamu sudah berada di lab,” balasnya.Albert terkejut dengan penampilan Gadis yang dipikirannya itu sebagai penutup kepala yang terbuat dari kain. “Kamu memakai kain di kepala saat ini?”Gadis tersenyum. “Ini jilbab namanya, bukan sekedar kain penutup kepala.”“Yeah, saya sering melihat beberapa perempuan dari Turki, Malaysia dan Indonesia memakainya. Kenapa kamu ikut-ikutan memakainya? Kamu cantik dengan rambut hitam yang tergerai,” balas Albert.“Bukan saya yang ikut-ikutan mereka,
***Seperti biasa, pagi ini Yamazaki melihat Gadis di ruang labotarium seorang diri. Sepagi ini Gadis sudah fokus di depan laptop dan terlihat serius. Wajahnya sangat teduh dan pashmina warna pastel yang melekat di tubuhnya membuat Gadis semakin anggun, kecantikan yang terjaga sempurna.“Assalamualaikum…”Gadis menoleh dan ia tersenyum. “Wa’alaikumussalam, Sensei.”“Sudah sejauh mana tugas yang saya berikan padamu? Apa kamu enjoy mengerjakannya?”“Alhamdulillah, saya mengerjakannya dengan senang hati dan nanti saya akan buktikan kalau saya mampu membabat habis tugas yang Sensei berikan ini. Tinggal dua hari lagi saya akan melakukan presentasi ini,” jawab Gadis dengan antusias.Yamazaki tersenyum, kali ini ia begitu tak sabar menanti kejutan dari sang mahasiswi bimbingannya itu. Gadis terasa spesial untuknya. “Kamu bawa kotak makan banyak sekali, apa kamu juga jualan?” tanya Yamazaki terkejut melihat banyak kotak makan yang berjejer.“Ini buat teman-teman juga. Saya sudah janji sama me
***“Gadis, biar saya yang antar!”Albert dan Gadis langsung melihat ke arah sumber suara. “Sensei,” seru Gadis.“Gadis dan saya ada urusan nanti malam di Masjid Camii, jadi kita akan pergi bersama ke sana,” tambah Yamazaki menjelaskan.“Iya, Sensei. Syukur kalau Gadis tidak pulang sendirian karena saya khawatir,” balas Albert.“Bagaimana dengan tugas yang saya berikan? Apa kamu dan Deborah sudah selesai mengerjakan?” tanya Yamazaki.“Saya dan Deborah sudah selesai mengerjakannya, tapi Deborah saat ini masih makan siang. Saya akan panggilkan dia,” sahut Gadis.“Tidak usah! Kamu saja yang ke ruangan saya sekarang! Deborah bisa nyusul nanti,” tukas Yamazaki. “Albert, nanti suruh Deborah setengah jam lagi menemui saya di ruangan,” pintanya.“Baik, Sensei,” balas Albert.Setelah di ruangan Yamazaki mengoreksi beberapa yang salah, ia sangat teliti bahkan tidak segan-segan membuat Gadis terdiam karena Yamazaki begitu tegas dan ia memberi kritik yang tajam. Melihat Gadis yang diam saja membu
***Gadis merasa lega karena semalam ia bisa menumpahkan segala kerinduan yang dulu ia enggan katakan pada ayahnya karena ia malu dan canggung untuk mengatakan langsung. Gadis tersenyum melihat wajah ayahnya yang tidak bisa menyembunyikan rasa harunya karena ia mengatakan rindu dan tentunya saat ia mengatakan bahwa saat ini resmi menutup aurat. Gadis menghela napas panjang, hari ini ia dan Mesya akan pergi masjid Camii untuk datang ke perkumpulan komunitas muslim di Jepang. Gadis bergegas pergi agar ia tidak terlalu telat.“Mesya!” pekik Gadis terkejut.“Baru bangun?” tanya Mesya menyelidik, belum Gadis menjawabnya Mesya langsung bertanya lagi, “Kamu habis nangis?”Gadis menghela napasnya dan ia menggelengkan kepalanya. “Memang tadi selepas subuh, aku ketiduran saat asyik membaca buku dan semalam aku nangis karena merindukan keluargaku. Ayahku pun semalam menangis, tapi ayah menangis karena terharu kalau aku sekarang gendutan. Aku gendutan ya?”“Kamu sekurus ini disebut gendut? Lalu a
***Gadis termenung menatap layar laptop, setelah melakukan video call sebentar bersama Elang yang sudah lama tak pernah bertemu meski di layar gadget, ia menangis merindukan saudara satu-satunya itu karena biasanya bulan ramadhan selalu menghabiskan waktu secara khusus untuk keluarga saat Elang bisa pulang.“Gadis, kenapa menangis?” tanya Albert, ia duduk di depan Gadis.Gadis tersenyum dan ia menyeka air matanya dengan tissue. “Aku hanya merindukan keluargaku, biasanya aku enggak pernah jauh dari mereka. Ramadhan kali ini sungguh berbeda dan hari raya nanti aku pun tidak bersama mereka, seperti ada tempat yang kosong di hatiku.”“Di sini ada aku dan lainnya, jadi kamu tidak kesepian. Bagaimana kalau kita merayakan hari raya agamamu dengan pergi berwisata ke Sapporo?” kamu pernah pergi ke sana?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Di mana itu?”“Sapporo terletak di bagian utara negara Jepang dan Sapporo adalah salah satu destinasi liburan musim panas di dunia dan menghadirkan pemandangan
***“Bagaimana puasa di Tokyo?” tanya Aisyah.“Sedikit agak berat karena waktunya lebih lama dan puasa kali ini bertepatan dengan musim panas. Tapi yang lebih membuat sedih itu karena ini adalah puasa pertama yang jauh dari keluarga,” jawab Gadis.“Memang agak berat bagi yang pertama kali datang ke Jepang. Tapi semuanya tidak terasa berat karena di sini kita menemukan orang-orang yang baik. Dulu juga aku begitu, merasa sedih karena jauh dari sanak saudara,” ucap Aisyah. Lalu ia mengehela napas sejenak sebelum melanjutkan obrolannya. “Gadis, waktu itu maafkan aku ya! Aku enggak tahu tentang masalahmu. Maafkan aku kalau ucapanku itu membuatmu sakit hati.”Gadis tersenyum. “Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, Kak. Aku pergi begitu saja tanpa pamit dan mengucap salam. Harusnya aku menjawab pertanyaanmu bukan lari.”“Aku yang salah. Aku langsung saja menanyakan hal yang pribadi di depan banyak orang. Harusnya kalau aku tanya ya hanya ada kamu saja. Maafkan aku ya!”“Enggak masalah, Kak