MasukDi mansion Cassandra.Wanita itu meremat rambutnya, frustasi dengan ancaman yang Andreas berikan.“Kamu benar-benar ingin menyingkirkanku, Andreas? Lihat saja, aku benar-benar akan menghancurkan kalian!” geram Cassandra.Dia berteriak keras untuk melepas beban amarah yang menekan dadanya, saat Cassandra sedang berusaha untuk menenangkan diri, ponselnya berdering dan kini nama sang ayah terpampang di layar.Menjawab panggilan dari sang ayah, Cassandra mendengar suara keras dari seberang panggilan.“Apa, hah? Katakan! Apa yang sudah kamu lakukan?!”Cassandra begitu geram mendengar amukan sang papa tanpa tahu masalah yang terjadi, sehingga Cassandra membalas dengan nada suara tinggi.“Apa? Aku melakukan apa? Selalu saja, ada kesalahan sedikit pun, Papa meluapkan semuanya padaku!”“Kamu masih berani meneriakiku? Kamu berulah apa lagi sekarang, sampai-sampai Andreas membatalkan semua kerjasama dan investasi yang telah diajukan perusahaan kita? Bahkan mereka memblokir perusahaan kita agar t
Di tempat Andreas.Andreas berdiri di depan pintu kamar Zahra, menunggu dokter selesai melakukan terapi pada Zahra.Setelah beberapa saat, dokter akhirnya keluar menemui Andreas dan Zaki yang sudah menunggu di luar.“Apa ada perkembangan?” tanya Andreas.Zaki yang ada di dekat Andreas juga menatap cemas. Dia sangat berharap sang ibu bisa sembuh seperti dulu.Dokter tersenyum mendengar pertanyaan Andreas, lalu dengan sikap tenang, Dokter menjawab, “Ada perkembangan signifikan. Bu Zahra lebih tenang dari sebelumnya, dia bisa diajak bicara walau yang diingatnya masih soal masa lalu. Mungkin karena beliau sempat koma, sehingga Bu Zahra tidak ingat setelah kejadian terakhir yang dialaminya.”Zaki mengembuskan napas lega mendengar balasan Dokter, begitu juga dengan Andreas yang usahanya tidak sia-sia untuk menyembunyikan Zahra.“Tadi, Bu Zahra menanyakan keberadaan wanita bernama Lani, sepertinya kondisinya saat ini ada kaitannya dengan kedatangan wanita ini yang menemuinya,” ucap Dokter la
Henry benar-benar pulang setelah mendengar semua yang Andreas katakan.Setelah penerbangan belasan jam, akhirnya Henry tiba di kota. Melanjutkan perjalanan menggunakan mobil yang menjemputnya, akhirnya Henry tiba di mansion Cassandra.Setibanya di mansion.Langkah cepat Henry langsung tertuju ke arah Cassandra berada, di balkon lantai atas mansion.Saat mencapai balkon, tatapan Henry langsung tertuju pada Cassandra yang sedang duduk menikmati teh. Kakinya berhenti melangkah, dia melihat sang mama menolehnya, senyum wanita itu merekah sempurna.“Henry, Sayang. Akhirnya kamu pulang juga.”Cassandra langsung berdiri dari tempatnya. Kakinya terayun cepat ke arah Henry berdiri, dengan kedua tangan yang terbuka untuk memeluk putranya.Namun, Henry melangkah mundur saat Cassandra hampir memeluknya, membuat Cassandra terkejut dengan tatapan bingung.“Ada apa, Sayang?” tanya Cassandra dengan tatapan bingung.“Aku mau bertanya sesuatu,” kata Henry.Melihat tatapan serius sang putra, senyum Cass
Di koridor perusahaan.Andreas langsung memeriksa kondisi tubuh Ayudhia, memastikan putrinya baik-baik saja.“Henry menyakitimu? Bagian mana yang sakit?”Menatap pada sang papa yang sangat mencemaskannya, senyum Ayudhia terangkat kecil. Mencoba menghentikan Andreas yang terus memperhatikan tubuh hingga wajahnya, Ayudhia berkata, “ Aku baik-baik saja, Pa. Tidak kubiarkan dia menyentuhku.”Mendengar ucapan Ayudhia, Andreas kini menatap lega pada putrinya ini.Mengembuskan napas kasar, Andreas lantas kembali berucap, “Papa benar-benar geram dengan tingkah Henry. Dia bertindak seolah berhak mengatur semuanya.”Ayudhia terdiam mendengar ucapan Andreas. Dia sempat melihat kekecewaan yang begitu dalam dari sorot mata Henry, tetapi semua yang didengar pria itu tadi, semata-mata karena sikap arogannya sendiri.Andai Henry tidak bertindak gegabah melabrak Ayudhia lagi, Andreas juga pasti tidak akan mengatakan fakta yang menyakitkan tentang Henry.“Sudah, jangan terlalu emosi, Pa. Semoga setelah
Henry sangat terkejut mendengar ancaman Andreas dengan tatapan tak percaya.Sambil menunjuk ke arah Ayudhia yang berdiri di dekat Andreas, Henry berucap, “Hanya karena wanita ini, Papa tega menghancurkan bertahun-tahun rumah tangga kalian? Apa dia lebih baik dari Mama?”“Ya,” jawab Andreas begitu tegas.Sekali lagi Henry terhenyak karena ucapan ayahnya, tangan yang menunjuk ke arah Ayudhia kini turun perlahan.Tersenyum getir memandang Andreas, Henry kembali berucap, “Baiklah, baiklah kalau memang Papa lebih memilih wanita ini daripada Mama. Aku tahu tidak berhak ikut campur karena aku bukan siapa-siapa, tapi setidaknya Papa seharusnya memikirkan pengorbanan Mama selama ini!”“Pengorbanan mana yang kamu maksud?”Balasan cepat Andreas, membuat Henry menatap tak senang.“Balasan karena sudah membesarkanmu?”Kening Henry berkerut samar mendengar ucapan Andreas.“Selain untuk dirimu, tidak ada yang mamamu lakukan untukku.” Andreas menatap setajam pisau dengan ekspresi wajah sedingin es.“
Ayudhia turun ke lobby untuk mengambil minuman yang dipesannya melalui layanan delivery order.Ayudhia melangkahkan kaki keluar dari lift sambil memperhatikan ponselnya karena sedang berbalas pesan dengan Arlo.Hingga saat melangkah menuju meja resepsionis, Ayudhia menghentikan langkah ketika melihat sepasang kaki menghalangi langkahnya.Saat mengangkat pandangannya, Ayudhia tersentak melihat Henry benar-benar kembali menemuinya.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Ayudhia dengan sikap tenang.“Sepertinya kamu tidak bisa diajak bicara baik-baik.”Ayudhia kini tersenyum miring menatap Henry, tidak seperti kemarin yang kebingungan dengan amukan pria ini.“Maaf, aku tidak ada keperluan denganmu,” ucap Ayudhia malas meladeni Henry.Apalagi Arlo sudah memperingatkan agar sebisa mungkin menghindari Henry jika tanpa diduga bertemu dengan pria ini.Ayudhia ingin melangkahkan kaki menuju meja resepsionis, tetapi Henry kembali menghalangi langkahnya.Ayudhia mendengkus kasar. Kembali menatap Henry yan







