Kakak, jangan lupa beri dukungan pada ArAy dengan cara memberi komentar pada tiap bab yang diupdate ya. Dan, terima kasih yang sudah setiap saat kasih komentar maupun ulasan buat mereka. :)
Arlo berbaring di samping Ayudhia yang sudah kembali tertidur pulas dengan masih menggenggam tangan Ayudhia yang sudah tak mencengkram.Tubuhnya miring menghadap Ayudhia, menatap wajah Ayudhia yang sudah tak dipenuhi guratan kecemasan lagi.Arlo tak mengalihkan pandangan sedikit pun dari wajah Ayudhia. Masih dengan posisinya sekarang, dalam hatinya berkata, ‘Kamu lupa, kenapa kamu suka menggenggam tanganku, tapi aku tidak akan pernah lupa, kenapa aku membiarkanmu menggenggam tanganku.’Keesokan harinya.Ayudhia perlahan membuka kelopak matanya dan pemandangan pertama yang dilihatnya saat terbangun adalah wajah tampan Arlo yang begitu damai dalam lelap. Dia melirik ke tangan kanannya yang masih digenggam Arlo walau tak terlalu erat.Kedua sudut bibir Ayudhia tertarik ke atas, tatapannya tak teralihkan sama sekali dari wajah Arlo. Tiba-tiba kedua pipinya memanas, bahkan suara detak jantung Ayudhia tiba-tiba menembus rongga dada.Ayudhia tak langsung bangun dari ranjang. Dia malah membetu
Mendengar pertanyaan Ayudhia. Arlo diam sejenak menelisik ke dalam sorot mata Ayudhia dan menangkap ketakutan dari mata sang istri.“Aku akan tinggal di sini malam ini,” katanya kemudian.Ayudhia melebarkan senyum saat menganggukkan kepala, lalu dia segera berjalan menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.Tatapan Arlo masih mengikuti langkah Ayudhia yang semakin menjauh hingga menghilang dari pandangannya, tersirat sesuatu begitu dalam dari sorot matanya yang tak bisa dideskripsikan.Arlo berada di ruang tamu hingga larut malam. Tiba-tiba saja ada kecanggungan yang merayap di dadanya. Dia sudah sekamar, dalam satu ranjang dengan Ayudhia, bahkan pernah bersentuhan meski secara tidak langsung, tetapi kejadian tadi, apa yang dilihatnya tadi, membuat perasaannya aneh, itu sangat mengganggu pikirannya.Arlo mendengkus kasar setelah menggeleng pelan untuk mengusir semua yang memenuhi pikirannya. Dia menoleh ke pintu kamar. Arlo diam sejenak, sejak pergi untuk mengganti pakaian, Ayudhia tida
Ayudhia mengerutkan kening, apalagi Arlo mengalihkan pandangan darinya seperti tadi. Dan kali ini, Ayudhia melihat telinga Arlo agak merah, membuat kerutan di kening Ayudhia semakin dalam.“Kenapa tidak boleh? Bukankah akan lebih masuk akal dan mengurangi kecurigaan penguntit itu kalau aku yang terlihat berkeliaran di apartemen ini?” tanyanya lagi.Arlo akhirnya kembali menatap pada Ayudhia setelah sebelumnya sedikit melirik ke kaki Ayudhia. “Apa kamu berniat keluar dengan pakaian seperti ini? Apa tanggapan orang saat melihat penampilanmu?”Ayudhia menurunkan pandangan perlahan dan mengamati penampilannya. Sontak dia merapatkan kedua kakinya sambil menarik pelan ujung bawah kemeja agar lebih menutup bagian pahanya lagi.Lagi-lagi Ayudhia melihat Arlo mengalihkan pandangan darinya dan saat itu dia kembali melihat telinga Arlo semakin memerah. Keduanya diam sesaat, sampai Arlo kembali bicara, “Aku akan minta security membawakan pakaianmu ke sini.”Sebelum mendapat balasan dari Ayudhia,
Ayudhia tersenyum getir saat menggelengkan kepalanya. Terlalu pahit saat mendengar nama Ardhana disebut. “Bukankah bagus kalau keluarga Ardhana tidak ada yang menghubungiku?” Menatap kekecewaan kembali tersirat di mata Ayudhia, Arlo kembali berkata, “Diamnya Ardhana membuatku curiga jika Ardhana terlibat dalam membesarnya berita tentangmu.”“Daripada Papa, aku malah lebih curiga ke Fiona,” timpal Ayudhia, “Papa benar-benar menjaga reputasi, tidak mungkin dia membuat masalah yang bisa menyeret nama Ardhana. Sedangkan Fiona ….”Ayudhia menjeda lisannya, senyumnya begitu getir sebelum melanjutkan bicara, “... mungkin dia terlibat dalam besarnya berita yang beredar mengingat sejak Fiona masuk ke keluarga Ardhana, aku selalu mendapat masalah dan Fiona selalu berpura-pura menjadi anak baik di depan semua orang dan berusaha menjatuhkanku dari belakang.”Arlo diam sejenak dengan tatapan tertuju pada Ayudhia yang sedang menusuk-nusuk makanan menggunakan garpu. “Aku akan menyelidiki masalah in
“Jika kamu izinkan, aku mau melanjutkan merancang desainnya di penthouse ini. Aku akan membawa perlengkapan yang aku butuhkan ke sini.” Ayudhia menjawab dengan hati-hati, tatapannya menelisik ekspresi wajah Arlo.Melihat diamnya Arlo, Ayudhia kembali berkata, “Aku mungkin akan mengerjakan semuanya sendiri karena anggota tim ragu padaku, hanya Maya yang bisa kupercaya saat ini. Itu pun aku takkan membiarkannya datang ke sini karena aku tahu, tempat ini privasi untukmu.”“Lakukan apa pun yang bagimu benar.”Satu kalimat dari Arlo menjawab semuanya. Ayudhia langsung terangkat begitu lebar, belum juga Ayudhia berterima kasih, Arlo sudah kembali bicara.“Aku akan menyediakan semua kebutuhanmu untuk membuat gaun itu. Kamu fokus saja pada gaunnya.”Kedua bahu Ayudhia turun dengan tenang saat bibirnya semakin merekah lebar dan matanya berseri-seri berbalut kelegaan. Kepalanya lalu mengangguk-angguk saat mengucapkan terima kasih.“Aku akan menepati janjiku memberikan gaun terbaik untuk Atelier
Kedua tangan Ayudhia masih gemetar saat memegang payung yang digunakan untuk melindungi dirinya. Namun, ketegangan di wajah Ayudhia mengendur saat melihat wajah dari balik helm yang baru saja dibuka. Membuat payungnya terlepas dari kedua tangan dan membentur lantai. Ayudhia melangkah cepat dengan bola matanya langsung berkaca-kaca. Dia langsung menubruk dan memeluk Arlo yang akhirnya datang ke penthouse.Arlo tertegun dengan kedua tangan masih menggantung di udara. “Ada apa?” “Aku sudah ketakutan setengah mati di sini, kenapa kamu semakin membuatku takut?” Suara Ayudhia begitu berat dan tertahan di sela isak tangisnya. Jantungnya memompa begitu cepat sampai membuat aliran darah di tubuhnya mendesir hebat.Ayudhia panik tetapi juga lega karena akhirnya ada Arlo bersamanya.Merasakan tubuh Ayudhia yang gemetar, Arlo membalas pelukan Ayudhia menggunakan satu tangan yang bebas. Dagunya dia letakkan di pucuk kepala Ayudhia.“Kukira … kukira kamu penguntit yang menerobos masuk ke sini,” l